tag:blogger.com,1999:blog-78431097232027209972024-03-18T21:02:50.743-07:00djasMerahputihlacak hakikat, endus sejarah, berebut masa depan.La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.comBlogger267125tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-76662406944922068992021-12-15T22:39:00.003-08:002021-12-20T06:04:59.181-08:00>>> BERKETUHANAN<p><span style="text-align: justify;">Mengapa berke-Tuhanan lebih agung dan kemudian lebih dipilih daripada
istilah beragama..? Sebuah kontradiksi tanpa akhir akan kita temui jika saja
pemahaman kebangsaan kita masih terbatas pada sekat-sekat formal institusional
belaka.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Keber-<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">agama-</b>an kita mudah
terbelah oleh kebe-<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">ragam-</b>an
suku-suku bangsa dan kepercayaan di bumi nusantara. Berke-Tuhanan adalah sebuah
proses yang lebih menekankan kepada hubungan Tuhan dengan hambanya. Kedudukan
Tuhan dalam agama apapun adalah lebih tinggi dan bersifat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">vertikal</b> terhadap hambanya tanpa mengenal asal muasal dari suku
mana dia berasal.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Kesadaran untuk meleburkan diri<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>membentuk sebuah bangsa memerlukan tingkatan pemahaman beragama yang
lebih tinggi dari para penganutnya. Sebab Tuhan dalam agama manapun tidak
menghendaki kerusakan dan pemusnahan satu golongan tertentu apalagi dengan
mengatasnamakan Tuhan itu sendiri. Manusia dengan latar belakang apa saja
tetaplah seorang hamba di hadapan Tuhan mereka masing-masing. Tuhan adalah
absolut dan tidak akan pernah terjadi perpecahan dalam diri-Nya sendiri. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Relasi Tuhan dan hambanya adalah bentuk hubungan <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">vertikal</b> terhadap unsur Sang Pencipta sehingga di titik manapun di
permukaan bumi ini tidak akan pernah dan tak mungkin terjadi benturan dalam
proses tersebut, sekalipun setiap debu dan tetesan embun melakukannya dalam
waktu bersamaan. Dengan bentuk bumi yang bulat bahkan dalam beberapa kilometer
saja kerapatan hubungan itu telah terlihat longgar. Pendekatan terhadap analogi
ini bisa kita perhatikan pada duri seekor landak.<span></span></span></p><a name='more'></a><p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Sementara dalam hal keber-<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">agama-</b>an
kita, adalah sebuah mekanisme lain yang berbeda karena merupakan sesuatu yang
terbentuk oleh hubungan sosial dan budaya antar manusia dengan wataknya yang <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">horisontal</b>. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Mungkin inilah sebabnya pada awal konsepsi atau rumusan Pancasila Bung
Karno malah menempatkan sila Ketuhanan dalam urutan yang kelima. Sebab membahas
dasar negara adalah berbicara tentang hubungan<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> </b></span><span style="mso-ansi-language: EN-US;">horisontal<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> </b></span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN">antar manusia</span></b><span lang="IN"> yang bersepakat
untuk mendiami suatu wilayah dalam batas teritorial tertentu dengan kesamaan
pandang bersama untuk menjalani proses kehidupan setiap warga negara tersebut.
Sedangkan </span><span style="mso-ansi-language: EN-US;">ibadah dalam agama </span><span lang="IN">adalah</span><span style="mso-ansi-language: EN-US;"> sebuah</span><span lang="IN"> proses internal </span><span style="mso-ansi-language: EN-US;">bersifat
vertikal </span><span lang="IN">setiap individu dengan Tuhannya masing-masing.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Di sisi lain masalah agama diletakkan sebagai masalah individu dan
internal seseorang yang harus dihargai dan dihormati <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">setinggi-tingginya</b> dengan kesadaran bahwa sebagai individu maupun
kelompok, masyarakat dalam sebuah bangsa adalah hamba atau abdi dari Tuhannya
masing-masing. Dalam hal penghormatan yang tinggi inilah akhirnya para penyusun
naskah Pancasila selanjutnya menempatkan sila Ketuhanan menjadi prioritas utama
dalam kehidupan berbangsa kita dan dirumuskan sebagai sila pertama dari lima
sila yang ada.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Sepintas sila pertama Pancasila ini akan begitu mudah dilaksanakan dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari bangsa indonesia. Seharusnya dengan
kesadaran berbangsa dan tekad meleburkan diri ke dalam satu wadah kebangsaan
tadi seluruh umat beragama sudah bisa menjalin hubungan dengan Tuhannya
masing-masing dengan nyaman, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tanpa
terusik ataupun mengusik ketenangan orang lain baik secara individu maupun
kelompok serta golongan tertentu. Tak seorangpun yang boleh atau berani
memonopoli kebenaran dalam segala bentuknya. <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Kebenaran adalah mutlak urusan Tuhan</b>. Manusia hanya diperbolehkan
menakar kepatutan dan kelayakan suatu hal, itupun terbatas hanya dalam
interaksi horisontal sosial kemasyarakatan dalam sebuah bangsa.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Namun ternyata, mungkin karena usia yang relatif muda sebagai bangsa,
justru perjalanan bangsa Indonesia masih terus berputar-putar dalam masalah ke-<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">ragam<span style="color: #92d050;">-</span></b>an
keber-<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">agama<span style="color: #ffc000;">-</span></b>an
ini.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kesadaran kebangsaan kita ternyata masih
begitu rendah untuk menempatkan urusan agama ini agar menjadi sebuah masalah
yang seharusnya sudah <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><u>tuntas</u></b>.
Masalah beragama belum dipandang sebagai hal berke-Tuhanan dengan sifatnya yang
vertikal. Beragama justru dijadikan tameng dalam berpolitik dengan tujuan
sempit jangka pendek dan tanpa visi kebangsaan sama sekali. Partai-partai
dengan latar belakang agama berbeda malah saling menjatuhkan dalam
memperebutkan kekuasaan dan pengaruh dalam masyarakat.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Dalam hal ini mereka tidak sadar bahwa <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">pada saat sebuah kelompok keagamaan menyalahkan pihak lain, di saat
bersamaan mereka telah memperlihatkan kekeliruan mereka sendiri. Dan ketika suatu
golongan merasa diri paling benar, di waktu itu pula mereka dengan nyata-nyata telah
menodai hakekat kebenaran yang ingin dibelanya.</b></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">//djasMerahputih<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: center; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN"><o:p> *****</o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: center; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN"><o:p> </o:p></span></p>La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-42737989243751797332021-12-15T06:01:00.005-08:002021-12-20T06:04:32.554-08:00>>> NUSANTARA MEMANG UNIK <p><span style="text-align: justify;">Nusantara memang unik berangkat dari
kutipan sebuah karya tulis dari tokoh nasional idola penulis; </span><b style="text-align: justify;">Y.B. Mangunwijaya</b><span style="text-align: justify;">.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 47.25pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm 47.25pt 10pt 36pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN">“Indonesia ini memang negeri
yang unik, penuh dengan hal-hal yang seram serius, tetapi penuh dagelan dan
badutan juga. Mengerikan tapi lucu, dilarang justru dicari dan amat laku,
dianjurkan, disuruh tetapi malah diboikot, kalah tetapi justru menjadi amat
populer dan menjadi pahlawan khalayak ramai, berjaya tetapi keok celaka,
fanatik anti PKI tetapi berbuat persis PKI, terpeleset tetapi dicemburui, aman
tertib tetapi kacau balau, ngawur tetapi justru disenangi, sungguh misterius
tetapi gamblang bagi semua orang. Membuat orang yang sudah banyak makan garam
seperti saya ini geleng-geleng kepala tetapi sekaligus kalbu hati <span style="mso-bidi-font-style: italic;">cekikikan</span>. Entahlah, saya tidak tahu.
Gelap memprihatinkan tetapi mengandung harapan fajar
menyingsing......(menyanyi) itulah Indonesia. Menulis kolooom selesai.</span></i><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN">["Fenomena PRD dll," dalam <span style="mso-bidi-font-style: italic;">Politik Hati Nurani</span>, hlm. 28].” </span></i><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;"><o:p></o:p></span></i></p>
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 47.25pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm 47.25pt 10pt 36pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN">― <a href="http://www.goodreads.com/author/show/626568.Y_B_Mangunwijaya"><span color="windowtext" style="text-decoration: none; text-underline: none;">Y.B.
Mangunwijaya<span></span></span></a></span></i></p><a name='more'></a><p></p>
<p class="MsoNormal" style="margin-right: -0.1pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Mungkin suasana yang digambarkan adalah masa yang disebut dengan zaman
edan di mana segala hal seperti dibolak-balik. Sebuah zaman yang sebelumnya sudah
diramalkan oleh Prabu Jayabaya di awal abad ke 12 M dengan sebutan zaman
Kalabendu. Keadaan ini juga menginspirasi seorang <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jaya Suprana</b> dalam merintis cabang ilmu terbarunya yang diberi nama
“KELIRUMOLOGI”. Ilmu yang justru mempelajari segala hal yang keliru untuk dapat
menemukan sesuatu yang benar. Sebuah ilmu yang unik dan sekaligus menambah
jumlah keunikan di dalam nusantara kita.</span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;"><o:p></o:p></span></i></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Selain gambaran tersebut dalam dunia pemerintahan kita juga terdapat
keunikan tersendiri. Sistem pemerintahan kita sejatinya adalah sistem
Presidensial (seharusnya memakai kata lain karena dapat ditafsirkan oleh kaum
kelirumolog dengan “Presiden yang Sial”). Namun dalam praktek pengelolaan
pemerintahan lebih mirip dengan sistem Parlementer dimana keputusan Eksekutif
harus selalu melalui campur tangan Parlemen dalam hal ini DPR. Belum lagi,
masyarakat kita yang sejarahnya berasal dari tatanan sistem pemerintahan
Kerajaan sehingga praktek-praktek </span><span style="mso-ansi-language: EN-US;">pemberian
</span><span lang="IN">upeti dan pengkultusan pimpinan serta </span><span style="mso-ansi-language: EN-US;">para </span><span lang="IN">pejabat marak terjadi</span><span style="mso-ansi-language: EN-US;"> dalam perilaku politik</span> <span style="mso-ansi-language: EN-US;">bangsa kita</span><span lang="IN">. Padahal dalam
sebuah negara berbentuk Republik fungsi pemimpin pusat ataupun di daerah adalah
sebagai pelayan rakyatnya. Doktrin untuk mempermudah pelayanan kepada
masyarakat akhirnya dibalik dengan istilah “Kalo masih bisa dipersulit kenapa
harus dipermudah?”. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Keunikan lain adalah dalam hal beragama.</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="mso-ansi-language: EN-US;">P</span><span lang="IN">enganut Islam </span><span style="mso-ansi-language: EN-US;">di nusantara
</span><span lang="IN">dapat berlebaran pada hari yang berbeda-beda walaupun
menggunakan kalender hijriah yang sama. Bukankah kalender digunakan untuk
mempermudah perhitungan waktu </span><span style="mso-ansi-language: EN-US;">manusia</span><span lang="IN"> moderen? Apakah kalau manusia sepakat dengan satu tanggal yang sama
Tuhan akan protes? Atau jangan-jangan peristiwa ini adalah penafsiran
berlebihan terhadap Bhineka Tunggal Ika dengan prinsip </span><span style="mso-ansi-language: EN-US;">asal </span><span lang="IN">“Berani beda!”. Atau
juga penjabaran kebablasan dari makna “Perbedaan adalah rahmat?" </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="mso-themecolor: text2; mso-themeshade: 128;">Karakter Bhinneka Tunggal Ika pada prinsipnya adalah menyatukan segala hal
yang berbeda dalam wujud toleransi</span></b><span lang="IN">. Bukan malah membuat
sesuatu yang seharusnya satu menjadi berbeda-beda. </span><span style="mso-ansi-language: EN-US;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN">Sekali lagi kenyataan dan “kekacauan” dalam pemerintahan dan masyarakat
kita ini semakin mempertegas pernyataan bahwa Nusantara kita memang merupakan
sebuah tempat yang UNIK. Walaupun kata ‘unik’ itu sendiri mungkin tidak cukup
untuk menjelaskan keunikan ideologi nusantara, sebab keunikan Pancasila justru
adalah pada cakupannya yang Universal.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN">//djasMerahputih<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN"><o:p> </o:p></span></p>La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-39098243932957821962020-10-01T07:01:00.002-07:002021-12-20T06:03:45.585-08:00>>> CERDASKAN BANGSAMU<p><br /></p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Manusia adalah makhluk sempurna. Ia adalah Masterpiece Tuhan
di alam semesta. Tuhan bahkan menciptakannya berulangkali hingga Malaikat dan Iblis pun melakukan protes. Malaikat memilih bersikap pro, sebaliknya Iblis
bersikap kontra.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Tuhan sebagai pemilik semesta mengakomodir mereka berdua. Sebab
dengan begitu, kisah-kisah anak manusia akan semakin menarik, dramatis dan
berirama. Bayangkanlah tentang cerita Surga yang berisi orang baik semua atau
Neraka yang seisinya adalah buaya itu menjadi skenario Tuhan di dunia. Pelajaran
sejarah tentu menjadi tak berarti dan sinetron tak bakalan laku, karena kisahnya menjadi monoton.<span></span></p><a name='more'></a> <o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal"><b>Bersyukurlah menjadi manusia</b><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Sebagai bentuk rasa syukur itu maka manusia seharusnya
berusaha untuk menjadi sebaik-baik manusia. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Apa itu...???<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak <b>manfaatnya</b> bagi
manusia lain.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Tak seperti hewan yang harus saling memangsa makhluk lain untuk
menjaga keseimbangan ekosistem, manusia dapat memenuhi seluruh kebutuhan
hidupnya tanpa harus memangsa atau mambunuh makhluk lain, apalagi sesama
manusia.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Bahkan agama pun harusnya selaras dalam hal ini.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Meskipun manusia adalah omnivora, namun ia dibekali
kemampuan untuk bertani dan beternak. Di sini, <b>kecerdasan</b> menjadi kata kunci.
Kapasitas kecerdasan manusia jauh di atas makhluk apapun di bumi ini. Yang
menjadi masalah, apakah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kecerdasan itu
bermanfaat atau malah membawa petaka?<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Hal serupa juga bisa kita tarik ke dalam proses berbangsa
dan bernegara. Apakah kecerdasan kita bermanfaat atau malah mejadi petaka bagi
negeri. Mukadimah UUD 45 mengamanatkan agar negara menjadi wadah bagi usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Nyatanya...???<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Sangat menyedihkan, ternyata masih ada segelontor orang (tak
sedikit, maksudnya) yang malah mengeksploitasi kebodohan saudara sendiri.
Sementara negara nampak tak berdaya dan hanya bisa (terpaksa) menyaksikan
proses eksploitasi itu.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Sulitkah menghentikan pembodohan itu? <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Rasanya tidak...!!!</p>
<p class="MsoNormal">Negara hanya butuh sedikit nyali tambahan untuk menghentikan
blunder ini. Momentum memang menjadi penting. Sebab pasang surut politik bisa
menjadi jebakan bagi perahu kecil yang akan bersandar di dermaga hulu.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Namun, <b>kesadaran</b> sebagai makhluk termulia harusnya telah
cukup menjadi modal awal agar usaha mencerdaskan kehidupan bangsa berjalan
lancar tanpa kendala. <b>Kesadaran</b> sbg makhluk termulia harusnya telah memadai utk
menghentikan eksploitasi kebodohan itu.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal"><b>Kebodohan</b> itu nyata.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dan negara memintamu untuk cukup menjadi manusia saja. Manusia
yang mensyukuri jatidirinya sebagai manusia. Manusia terbaik di mata Tuhan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Pribadi terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi
bangsa dan negara.<o:p></o:p></p>
<b>Cerdaskanlah bangsamu</b><br />
<p class="MsoNormal">Itu sudah cukup utk membuktikan keberadaanmu sebagai
manusia. Makhluk<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang mampu membuat
malaikat dan iblis iri kepadanya. Buatlah Malaikat dan Iblis semakin iri padamu,
agar Tuhan tak kecewa mengutusmu ke muka Bumi ...!!! <o:p></o:p></p>La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-37352295109523937962020-08-17T06:16:00.009-07:002020-10-01T07:03:05.151-07:00>>> TENGGELAM DI KEDANGKALAN<p><span style="font-family: Arial; font-size: 12pt;"><br /></span></p><p><span style="font-family: Arial; font-size: 12pt;">Agustus adalah bulan kemerdekaan, dimana setiap warga negara Pancasilais kembali merayakan kemenangan negeri dari cengkeraman keterjajahan. Keterjajahan secara fisik maupun keterjajahan secara mental. Sayang sekali, keterjajahan secara mental masih belum hilang di benak anak negeri. Akibat berguru pada sumber tidak kredibel, para pemuda itu kini tenggelam dalam ilusi dangkal. Tenggelam di kedangkalan.</span></p><p><span></span></p><a name='more'></a><span style="font-family: Arial; font-size: 12pt;"><br /></span><p></p><span><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: Arial; font-size: 12pt; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal;">Tenggelam di kedangkalan, hmmm... terdengar sangat aneh.. ya.... tapi begitulah yang sebenarnya terjadi pada kader-kader pemuja agama. Sebuah fenomena beragama di sebagian kalangan pemuda negeri ini. Mengejar bungkus/kemasan, namun kehilangan adab dan jati diri. Menghiasi agama tapi kehilangan spiritualitas. Mencari kedamaian dan cinta malah bersikap sinis dan benci pada manusia lain. Bukankah KEMANUSIAN itu lebih universal dari AGAMA..??</span></span></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 12pt; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal;"><br /></span></span></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dxxlEHmDkdfoPxspP1mXdFdV9DAxgGnTM1lymwj7Lj94WCWoVVDDO1XNAU1wfAc4cTGzEsKKwLvbgzT7310aw' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div></span></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: Arial; font-size: 12pt;"><br style="box-sizing: border-box;" /></span></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: Arial; font-size: 12pt; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal;">Ironis... para penyembah agama tanpa sadar telah tenggelam di kedangkalan ilmu. Lebih tragis lagi adalah, para murid itu ditenggelamkan justru oleh guru-guru mereka sendiri. Bukankah para guru tersebutlah yang seharusnya menjadi penolong-penolong mereka..??</span></span></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: Arial; font-size: 12pt;"><br style="box-sizing: border-box;" /></span></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: Arial; font-size: 12pt;"><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; font-family: Arial; font-size: 12pt; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">Dalam setiap proses pencarian ilmu, Khalifah Umar bin Khattab memaparkan tentang tiga tingkatan sikap seseorang sesuai kadar keilmuan di dalam diri mereka. Jika seseorang memasuki tingkatan pertama, dia akan sombong. Kemudian, jika </span><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; font-family: Arial; font-size: 12pt; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">sese</span><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; font-family: Arial; font-size: 12pt; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">orang memasuki tingkatan kedua, dia akan bersikap r</span><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; font-family: Arial; font-size: 12pt; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">endah diri (tawadh</span><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; font-family: Arial; font-size: 12pt; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">u'). Dan terakhir, sa</span><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; font-family: Arial; font-size: 12pt; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">at seseorang memasuki tingkatan tertinggi, maka ia akan merasa tak berarti apa-apa. </span></span></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: Arial; font-size: 12pt;"><br style="box-sizing: border-box;" /></span></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: Arial; font-size: 12pt; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal;">Para penyembah agama adalah mereka-mereka yang masih dangkal ilmu dan kelebihan semangat. Tak beda jauh dengan karakter ABG, masih sedang dalam proses pencarian jati diri. Ciri-ciri golongan ini antara lain, merasa diri dan kelompoknya paling hebat, paling suci dan paling benar. Sebuah kombinasi serasi, namun pasti akan bermuara pada ekspresi kesombongan. Kesombongan, sebuah karakter yang tadinya hanya dimonopoli oleh makhluk bernama Iblis namun kini banyak dipraktekkan oleh makhluk bernama manusia. Tinggalnya di Indonesia lagi. So sad....!!! </span></span></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: Arial; font-size: 12pt; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal;"><br /></span></span></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="font-family: Arial; font-size: 12pt; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal;">*****</span></span></div><div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; padding: 0px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span style="color: white; font-family: Arial; font-size: 12pt; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal;"><br /></span></span></div></span>La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-70970321748811178962019-12-29T19:33:00.004-08:002020-08-17T06:31:04.100-07:00>>> PAPUA, BERLIAN DI GERBONG TERAKHIR<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Sabang hingga Merauke, itulah bentang rangkaian pulau-pulau besar dan kecil dalam bingkai Nusantara kita. Terhampar indah mengukir samudera biru, melukis hamparan laut di sepanjang garis katulistiwa. Meski Indonesia telah merdeka sejak tahun 1945, Papua baru secara resmi menjadi bagian wilayah NKRI pada tahun 1963.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span><a name='more'></a></span><span style="text-align: justify;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Sebuah
fakta, bahwa Papua, selain Timor-Timur yang pernah masuk sebagai teritori
Indonesia, adalah tergolong wilayah-wilayah dengan laju pembangunan paling
tertinggal dibanding wilayah lain di Nusantara. Selain faktor sejarah,
kebijakan Negara selama ini memang terlihat kurang memberi porsi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ideal bagi kemajuan dan perkembangan wilayah
Papua. Untung saja keadaan ini tak lagi berlarut-larut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="" style="mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Pembangunan
telah mulai terasa dengan selesainya beberapa proyek jalan, jembatan, pelabuhan
maupun bandara di Jayapura, Manokwari, Sorong dan Merauke. Jalan utama
penghubung antar propinsi pun tengah dibangun secara masif. Sebentar lagi,
warga Papua akan setara dengan saudara-saudara mereka dalam merasakan nikmat
kemerdekaan yang telah lama diproklamasikan itu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span lang="" style="mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPPkYbT-UqtX6h3RmFBYCiUHkc4eBelcWpqvZWf7fFFWn2BGsxsoy7eyEyfcx8obRVyB8YcSK1m4IZM4GYQGqbGnuEORK0oVZsLg9MXuSVpUQTTkr5LhDhmIJRYBCSFsfsiY5qgwxtriqy/s2048/Lake+Sentani+01.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1152" data-original-width="2048" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPPkYbT-UqtX6h3RmFBYCiUHkc4eBelcWpqvZWf7fFFWn2BGsxsoy7eyEyfcx8obRVyB8YcSK1m4IZM4GYQGqbGnuEORK0oVZsLg9MXuSVpUQTTkr5LhDhmIJRYBCSFsfsiY5qgwxtriqy/w400-h225/Lake+Sentani+01.jpg" title="Danau Sentani Jayapura" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Danau Sentani Jayapura<br /></td></tr></tbody></table></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span lang="" style="mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Kondisi
masyarakat tradisional Papua menjadi pekerjaan rumah serius bagi usaha-usaha
pemerataan pembangunan di wilayah ini. Kebiasaan hidup di pedalaman dalam jangka
waktu lama ikut memperlambat proses adaptasi mereka terhadap pola hidup maupun
tatanan perilaku masyarakat perkotaan. Namun semua itu tak akan menjadi kendala
jangka panjang, mengingat minat mereka dalam hal pendidikan cukup tinggi. Orang
Papua moderen adalah termasuk penutur Bahasa Indonesia yang paling baik yang
pernah ada di negeri ini. Salut buat mereka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="" style="mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Sebagai
“anak bungsu”, Papua dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan Negara
dalam rangka mewujudkan Sila Kelima Pancasila, yaitu Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Saat segala bentuk kemajuan peradaban menjelma dan
terpampang nyata di wilayah Papua, maka saat itu pulalah Negara telah berhak
merayakan keberhasilan dalam rangka mewujudkan cita-cita Proklamasi 1945.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="" style="mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Hal ini
menjadi penting, sebab kita adalah termasuk Negara merdeka paling awal setelah
Perang Dunia II berakhir, namun juga paling terlambat dalam upaya menyejahterakan
kehidupan seluruh warganya. Papua, dengan Sumber Daya Alam melimpah, saat
Sumber Daya Manusianya telah sejajar dengan saudara-saudara mereka di Jawa,
Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dll. Maka ia akan menjadi sesuatu yang
mengagumkan, sesuatu yang ditunggu dan dinanti-nanti oleh para pendiri
bangsa. Papua, bagai Berlian di Gerbong
Terakhir.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Semoga
kendala politis dan kerikil-kerikil lain tak lagi ada di depan kita.
Bersatulah..!!! Majulah Papua, Jayalah Indonesia…!! Selamat datang tahun baru
2020. Selamat datang Indonesia Raya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="" style="mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="" style="mso-ansi-language: EN-ID;">Merauke, Desember 2019<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="" style="mso-ansi-language: EN-ID;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="" style="mso-ansi-language: EN-ID;"><i>@djasMpu</i><o:p></o:p></span></div>
<br />La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-37755457545011392112018-06-23T20:20:00.001-07:002020-08-17T06:30:35.107-07:00>>>032 AADB2<br />
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Bon-bon mematikan
gawai cerdas di tangan. Ia menghela nafas panjang. Perlahan rasa gugup itu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mulai menghilang. Pandangannya kini tertuju
pada seseorang di meja berbeda, di depan, namun berada pada deret berbeda dengannya.
</span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Wanita itu masih
cekikikan sendiri. Bon-bon baru sadar, wanita itulah yang melintas di samping
meja saat hape miliknya hampir saja terjatuh. Ya, saat menerima telpon dari
Mercy ia begitu gugup dan hampir saja gawai itu terlepas dari genggaman.
Bon-bon merasa konyol, berusaha mengatur posisi duduknya, untuk menegaskan
bahwa tak pernah ada peristiwa konyol yang baru saja ia lakukan. </span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span><a name='more'></a></span><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Kini suasana kembali
normal terkendali. Bon-bon berusaha tak mengarahkan pandangan pada Sang Wanita.
Namun semua tak berlangsung lama. </span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Ia tiba-tiba saja
teringat Mamam. Tapi, kenapa..??</span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Bon-bon menolehkan
wajah kembali. Mereka bertatapan sekejap, sangat singkat, sesingkat satu
dua kedipan mata, sebelum Sang Wanita lebih dulu mengalihkan pandangan.</span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Bon-bon belum
melepaskan tatapannya. Dan.... betul saja, Sang Wanita kembali melirik ke arah Bon-bon. Saat itulah Bon-bon melihat kehadiran Mamam di
depannya. Ya.. Sang Wanita mengingatkan Bon-bon pada Mamam, tepatnya pada raut
wajah Mamam saat masih gadis, sosok seorang wanita tegar, cuek dan tomboi. Tapi
Sang Wanita nampak lebih dewasa.</span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">(Hening)</span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Bon-bon telah
menghabiskan dua batang rokok di tangan dan Sang Wanita tetap saja masih berada di
sana. Duduk dengan sebelah kaki dinaikkan ke kursi. Nampaknya ia sedang asyik
melahap sesuatu di atas meja. Bukan, bukan makanan.. melainkan sebuah buku
sebentuk novel. Ia sedang menikmati bacaannya, nikmat sekali. Tatapan tajam,
setajam silet, dari mata Bon-bon tak ia hiraukan sedikitpun. Bon-bon merasa tak
nyaman, tubuhnya terasa menghilang saat ini.</span><br />
<div style="font-family: calibri; font-size: 11pt;">
<span style="font-size: 11pt;"><br /></span>
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="font-family: calibri; font-size: 11pt; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyKB39KZi3Q_padAyyswUO5F3zdxv-otzJtMqEyu-NOlVCj43PtMvm3Da9T3WuP3qrYL94EfDn0ArCHG0sKpNxCgWxwhNbdZJyJo0cft63Rt3VU-nE2wwfjEZEN0AcubutUu_MtWCD2sLY/s1600/9+Angels.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="689" data-original-width="1023" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyKB39KZi3Q_padAyyswUO5F3zdxv-otzJtMqEyu-NOlVCj43PtMvm3Da9T3WuP3qrYL94EfDn0ArCHG0sKpNxCgWxwhNbdZJyJo0cft63Rt3VU-nE2wwfjEZEN0AcubutUu_MtWCD2sLY/s400/9+Angels.png" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">img. 9 Angels</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Baru saja Bon-bon
berniat menyapa saat tiba-tiba terdengar suara pemilik kafe memanggil ke arah Sang
Wanita, "Nengnong nggak makan? Biasanya langsung nyantap kalo ke
sini.."</span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Wayan, pemilik Kafe,
menghampiri Nengnong di pojok depan Kafe.</span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">"Biasanya juga
nggak duduk di sini... Tumben.. Ada apa sih, Neng..??!!"</span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Bon-bon mau tak mau
menguping percakapan mereka, "Ooo... Namanya Nengnong. Biasanya nggak
duduk di situ. Trus maksudnya apa duduk di meja tepat di depanku..??"
Bon-bon bergumam dalam hati.</span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">"Nngggg...
Nggada<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>apa-apa, Bli... Pengen nyari
suasana baru aja..." Terdengar suara Nengnong membalas sapaan Wayan.
Mereka duduk bersebelahan, bagai kakak adik yang sedang merayakan kebersamaan
keluarga.</span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Bon-bon hanyut dalam
lamunannya sendiri. Bayangan Mamam bergelayut dalam ingatan. Tak terasa sudah
lebih seminggu ia belum menyapa Sang Ibu tersayang... "Saatnya menelepon
Mamam..!!" Bon-bon bergumam sambil bergegas meraih gawai di atas meja. Namun,
sebuah video call tiba-tiba saja masuk sesaat tangannya menyentuh gawai.
Bon-bon girang bukan kepalang.. Diraihnya gawai ke hadapan wajah yang masih
tertutup asap rokok.</span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">"Hi Mike...!!! How are you..??" Suara Bon-bon begitu bersemangat hingga membuat Nengnong
dan Wayan terkejut.</span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">"Fine Bond...
What about you..??" Suara seorang pria menyapa dari layar gawai.</span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Keduanya hanyut
dalam percakapan hangat. Sudah empat tahun Mike, kakak sepupu Bon-bon dari
pihak Ibu, tak pernah memberi kabar tentang keberadaannya. Kini ia sedang
berada di tanah Papua setelah berpindah-pindah di berbagai wilayah Nusantara
mengikuti instruksi penugasan dari kantor tempat ia bekerja sebagai <span style="font-style: italic;">engineer</span>. </span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">"Eh... Kamu
bareng Mamam di Balinya ya..??" Mike memutus percakapan.</span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">"Mamam...??"
Bon-bon heran bercampur bingung. Darimana Mike bisa kepikiran kalau ia sedang bersama Mamam..??</span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in;">
<span style="font-family: inherit;">Parfum itu.. Ya..
Wangi parfum yang sejak tadi juga telah terekam dalam ingatan Bon-bon. Nengnong
baru saja melintas dari belakang setelah kembali dari arah meja prasmanan
mengambil sepiring makanan untuk disantap. Wajahnya terekam dalam kamera gawai
Bon-bon saat berbincang dengan Mike. Bon-bon kini menyadari asal muasal
pertanyaan Mike.</span></div>
<br />La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-60094614055956928682017-06-01T04:01:00.000-07:002018-06-24T20:33:14.637-07:00>>>Hari Lahir PANCASILA<blockquote class="tr_bq">
Hari ini telah resmi dijadikan sebagai hari peringatan lahirnya ideologi negara, Pancasila. Tanggal 1 Juni juga menjadi hari libur nasional. Kekhawatiran akan semakin pudarnya pemahaman generasi penerus tentang Pancasila menjadi latar belakang pemerintahan Jokowi dalam mengambil langkah tersebut.<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Pemahaman yang rendah atau keliru pada Pancasila memang sangat membahayakan keutuhan bangsa. Pancasila adalah perekat persatuan, Bhinneka Tunggal Ika. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Berbagai macam ideologi telah mengujinya dan Pancasila tetap sanggup merekatkan kembali puing-puing perpecahan akibat rongrongan falsafah dan ideologi asing di masa lalu. Liberalisme, Komunisme dan Islamisme tak sanggup menggantikan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. </blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXxAgR3k-j8fbERHxpToRFTM8SNjv9_r8HFj-7zRgZ0x1LnKc3poVofh7Ya4oy9cakLlall0tu292Rl_Rq8RnBBeNuzikeVvBbts3wZYi6JsAqQQJFYl4Wb5mWtuRzybtZ6MT9hCNcTg14/s1600/pancasila+soekarno.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="271" data-original-width="427" height="253" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXxAgR3k-j8fbERHxpToRFTM8SNjv9_r8HFj-7zRgZ0x1LnKc3poVofh7Ya4oy9cakLlall0tu292Rl_Rq8RnBBeNuzikeVvBbts3wZYi6JsAqQQJFYl4Wb5mWtuRzybtZ6MT9hCNcTg14/s400/pancasila+soekarno.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPIi21biKdwf2loxfNEExVy3N_V2jATcFaiwkLxl6AubSFsjBBrztj7q3iMdhT_X8oqlYp8AbGe0SzIOE5SHLjhnonIbn0up8WHmYftmmq3jKGoXQLB3my7MOjEYLpPLDiHYanhkWMh4U/s1600/pancasila+soekarno.jpg">img.</a> <i>Sidang BPUPKI</i></td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq">
Tanggal 1 Juni memang merupakan tanggal bersejarah, di mana pada hari itulah pertama kali Pancasila disebutkan dengan tegas oleh Bung Karno di depan sidang BPUPKI tahun 1945, sebagai usulan untuk dijadikan dasar falsafah negara Indonesia merdeka. Sila-sila Pancasila versi Sukarno ini pulalah yang kemudian digodok dan disempurnakan kembali oleh tim 9 hingga akhirnya sampai pada naskah final Pancasila seperti yang kita kenal saat ini. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Sebelumnya, Bung Karno mengusulkan kelima sila tersebut sebagai berikut: </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<ol>
<li>Kebangsaan Indonesia</li>
<li>Internasionalisme atau Perikemanusiaan</li>
<li>Mufakat atau Demokrasi</li>
<li>Kesejahteraan Sosial</li>
<li>Ketuhanan yang Maha Esa </li>
</ol>
</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Kemudian berbagai pertimbangan dikaji dan diolah hingga pada akhirnya disepakatilah naskah final Pancasila, yaitu: </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<ol>
<li>Ketuhanan yang Maha Esa.</li>
<li>Kemanusiaan yang adil dan beradab.</li>
<li>Persatuan Indonesia.</li>
<li>Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.</li>
<li>Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. </li>
</ol>
</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Pemahaman yang akurat tentang dasar negara Pancasila memang amatlah penting bagi keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara kita, sebab kita adalah bangsa majemuk dan memiliki adat-istiadat berbeda-beda. Apalagi akhir-akhir ini, di mana faham-faham radikal berbasis agama berusaha menggantikan Pancasila dengan ideologi Khilafah sesuai keyakinan mereka. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila adalah final. Tak perlu ada lagi perdebatan tentang dasar negara. Boleh-boleh saja mengusung ideologi lain sesuka hati, tapi jangan di sini, jangan di INDONESIA. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Kita Indonesia, kita Pancasila..!!</blockquote>
<div style="text-align: center;">
*****</div>
<br />
<br />La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-40123143736505449992017-05-18T17:16:00.001-07:002018-06-24T20:49:55.469-07:00>>>031 AADB2<blockquote class="tr_bq">
Mata Bon-Bon tertuju pada kalung pemberian Sang Kakek. Kenangan tentang pengalaman misterius sebulan lalu kembali mengusik perhatian Bon-Bon. Warnah merah pada batu kalung tetap tak berubah. Saat pertama menerima kalung dari Sang Kakek warnanya kebiruan, berbeda dengan sekarang. Bon-Bon teringat, warna batu itu berubah merah saat mereka telah kembali ke alam nyata.<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOSc8iiBWaWuNMF06UFKngU40SfVM9XJ8wdveSFXJIQYyu60x6zdoTM3YyPRMsGuB6el-7b77MpujOYP72kGf1PtUGWJEvf9YMnFkNk-UIy5XkBWaZyxRjSDPanfE1MehiKqRU3EMmfYFC/s1600/Kalung+Merah+Delima.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOSc8iiBWaWuNMF06UFKngU40SfVM9XJ8wdveSFXJIQYyu60x6zdoTM3YyPRMsGuB6el-7b77MpujOYP72kGf1PtUGWJEvf9YMnFkNk-UIy5XkBWaZyxRjSDPanfE1MehiKqRU3EMmfYFC/s400/Kalung+Merah+Delima.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh83OIVwO4ol5Cf8gldB98sjj5ZoXYDkuGFKeXtFCXjBKvlL7vemizAYxcAh7ExMoJ6NqiZJOYfFKLLW-iRMWa3FxH4kCvRxJKvwe-rVU-9_ZYR_2jH0-8DrfJghYM2vAA30Qj3AmNGV9CZ/s1600/Kalung+Merah+Delima.jpg">img.</a> <i>Kalung batu akik</i></td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq">
Sudah lama Made dan Helena tak mengontak Bon-Bon, entah kemana mereka berdua. Bon-Bon penasaran. Segera ia meraih gawai cerdas dan mengirim pesan WA untuk Made.</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
> Apa kabar, Bli..?? <</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
> Boleh ketemuan, nggak..?? <</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Sepertinya sedang sibuk, Made tak segera membalas pesan Bon-Bon. Bon-Bon mengalihkan perhatian dengan menelusuri situs-situs berita di internet. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Tak lama kemudian, sebuah pesan dari Made masuk.</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
> <i>Sorry</i>, Bond. Tadi lagi ada <i>client</i>. Mau malam ini? <</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
> Bond.., sudah tau belum Mercy lagi di Bali sekarang? < Made tak sabar mengabarkan kedatangan Mercy pada Bon-Bon.</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
> Iya, boleh. Malam ini ya..?? <</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
> Eh.., masa iya Mercy lagi di Bali? Kok <i>nggak</i> ngabarin saya?? <i>Ntar</i> saya kontak Mercy dulu deh. C U < </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Bon-Bon mengakhiri percakapan.</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Bon-Bon bergegas keluar. Ia harus mencari tempat yang pas untuk menelpon Mercy. Bon-bon ingin memastikan suasana di sekitar cukup nyaman untuk berbincang lama di telepon bersama Mercy. Hatinya berbunga-bunga.</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Apakah ia sedang jatuh cinta?</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Hanya Bon-Bon yang tahu.</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Kafe 9 Angels menjadi tujuan Bon-Bon. Di sanalah mereka bertemu pertama kali. Setelah menyeduh sendiri secangkir kopi panas, Bon-Bon berjalan menuju sebuah meja di pojokan. Ia meraih gawai cerdasnya, memegang perlahan, menemukan kontak Mercy lalu segera menekan tombol "<i>call</i>". Jantungnya berdegub kencang.</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Sepersekian detik sebelum menyentuh tombol tersebut, tiba-tiba saja Bon-Bon mengurungkan niat. Ia masih harus mengendalikan perasaan tak menentu ini. Sebatang rokok mungkin bisa menjadi penenang. Aktifitas yang sebenarnya telah jarang dilakukan Bon-Bon. Entahlah, kali ini ia merasa cukup gugup. Apa sih susahnya untuk sekedar menekan tombol "<i>call</i>" itu??</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
"Nelpon <i>nggak</i>, yaahh..??" Bon-Bon bertanya dalam hati. Asap rokok mengebul menutupi sebagian wajah Bon-Bon.</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Suasana kafe terlihat sepi. Pengunjung lama telah pulang dan tamu baru belum pada datang. Siang menjelang sore itu Bon-Bon bergelut seorang diri, dengan perasaannya sendiri. Ia merasa sangat konyol. Harga diri dan jiwanya bergejolak. Apakah ia memang serapuh ini??</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Entah berapa batang rokok telah dihabiskan. Kini Bon-Bon telah menemukan kembali kepercayaan dirinya. Tombol "<i>call</i>" itu hanyalah cecunguk tak berarti. Kekuatan hati Bon-Bon telah tak terbendung. Telunjuk kini mengarah pada tombol tak berdaya itu. Niat Bon-Bon sudah bulat untuk menelpon Mercy sekarang juga! Pasti..!!</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Namun, tak dinyana, sebuah panggilan masuk mengagetkan Bon-Bon tepat saat jari telunjuknya telah berada beberapa milimeter dari tombol. Hampir saja gawai cerdas itu jatuh terlepas dari genggaman Bon-Bon. Bukan oleh suara dering telepon, tapi oleh wajah profil kontak si penelepon yang muncul di layar hape. MERCY..!!</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Bon-Bon terlihat sibuk mengendalikan <u>kegugupan</u>. Cangkir kopi di atas meja nyaris tersenggol. Seorang pengunjung yang baru saja datang tersenyum menyaksikan kelakuan Bon-Bon. Ya, Bon-Bon salah <a href="https://djasmerahputih.blogspot.com/2018/06/032-aadb.html">tingkah</a>..!</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<br /></blockquote>
La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-18073112341902746512017-04-18T03:43:00.000-07:002017-06-01T04:06:41.799-07:00>>>030 AADB2<blockquote class="tr_bq">
"Waaahh... lukisannya keren bangeettt...!!" Rini melemparkan pujian pada Paris. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Kepandaian melukis Paris semakin terasah. Ia memang sangat berbakat. Tak butuh waktu lama untuk mampu menghasilkan lukisan indah layaknya karya para pelukis profesional. Rayi ikut senang. Cukup mudah Sang Guru mengarahkan kemampuan melukis Paris. Dan kini, pujian pertama dari seseorang telah ia dapatkan. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
"<i>Thanks</i>, Rini"<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJdUBQB-6-iyBLS0nXaDW1BwNvnFkRx-6cdS7fto8Vr91tNO9VlcqBklmYPFTDSHQG7MOyr1Woeh208X6LWlLumjW2eCHyq0vuTlY-swy-gMNTCoY2Pbz3IWtIOcuv-k2py7OjDPCCllFl/s400/a-moment-in-light.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="400" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://designspiration.net/image/2535206063230/">img.</a> lukisan</td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq">
"Ini dijual kalau harganya berapa ya..??" Paris bertanya tanpa perasaan bersalah. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Rayi dan Rini saling berpandangan. Tak menduga pertanyaan seperti itu sudah terpikir di benak Paris. Keduanya tersenyum. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Rayi menatap Paris penuh keteduhan. Ia berharap sang murid tak kecewa dengan penjelasan yang akan ia sampaikan. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
"Paris..., untuk menjadi pelukis hebat, terkenal dan berharga mahal itu butuh proses dan perjuangan seumur hidup. Beberapa di antara mereka yang lukisannya semakin mahal justru setelah Sang Pelukis sendiri telah tiada. Lukisan bukanlah industri. Ia adalah karya seni. Seni tak bisa diukur dari ongkos produksi maupun teknologi pembuatannya. Lukisan berbobot membutuhkan pengembaraan imajinasi yang intens." </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
"Tapi, bukankah Einstein pernah berujar, Imajinasi lebih berharga dari ilmu pasti?" Tiba-tiba saja Rini menambahkan penjelasan Rayi. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Ketiganya terdiam. Rayi dan Rini sedikit cemas menunggu respon Paris. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
"<i>Relax man...!!</i>" Paris menjawab santai. <i>"I'm just asking. I won't sell my paintings at any cost. It's all about passion. Nothing else." </i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<i>"Are you sure..??!!"</i> Rini menanggapi pernyataan sahabat karibnya itu. Mata Rini berbinar. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<i>"Yeaahh... Of course, yes..!!" </i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Ketiganya tertawa riang. Rayi bahagia mengetahui kesederhanaan dan kepolosan Paris. Dugaannya meleset, tak seperti yang ia pikirkan sebelumnya. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
"Ya, sudah! Minggu depan kita akan belajar melukis objek berbeda. Pasti hasilnya akan jauh lebih bagus..!!" Rayi mengakhiri sesi pelajaran sambil memberi semangat tambahan kepada Paris. Rini dan Paris pamit dan bergegas menuju agenda traveling berikut mereka <a href="http://djasmerahputih.blogspot.com/2017/05/aadb2.html">hari itu</a>. </blockquote>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: center;">
*****</div>
</blockquote>
<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
</blockquote>
La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-67683000894230735912017-03-13T08:42:00.002-07:002017-06-01T04:08:31.476-07:00>>>029 AADB2<blockquote class="tr_bq">
Cheryl menggeliat, ia nampak lesu. Mamam ikut prihatin. Mungkin Cheryl ikut merasa sedih dan kesepian tanpa kehadiran Sang Tuan. Sejak kepergian Bon-bon, Cheryllah satu-satunya kawan bercengkerama di rumah besar itu. Dan kini.. ia sedang tak bergairah.<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Sementara di tempat berbeda, Bon-bon tak mampu memejamkan mata. Meski hawa sejuk di sekitar tempat mondok Bon-bon begitu menggoda untuk tiduran, tetap saja kegelisahan itu menghalangi keinginan Bon-bon melepas penat. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Seharian tadi ia berkeliling Ubud untuk mewawancarai beberapa penduduk lokal dan seorang pemimpin adat. Dua bulan sudah Bon-bon di perantauan. Berbagai kisah telah ia alami. Dari yang konyol hingga pengalaman penuh misteri bersama seorang Kakek. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
> Lagi ngapain, Bon? < Sang Ibu tak tahan untuk tak menghubungi Bon-bon lewat pesan WA. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Bon-bon berbalik ke arah suara hape. Ia masih saja gelisah di pembaringan. Wajahnya berubah riang saat tahu ada pesan WA dari Mamam. Ya, mungkin kerinduan pada suasana rumah itulah yang membuat ia gelisah. Bon-bon teringat Cheryl si kucing kesayangan. Sudah lama tak mendengar kabar tentangnya. </blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><a href="http://www.gdnonline.com/gdnimages/20170309/20170309111818whatsapptexting_t.jpg"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC5klsisV62tr094cXncMqzMC5AvfLaOV9nZeNM1QFs1ENYcltTekb_PkU4MppnMKcfZiIzfyk_RTPPUWbpk0os0Hvm5o2pLxhDDGtlps7MaBXc_ykPdFv56Gj0iFcdvTB_4KWRof6RDWl/s400/20170114085650whatsapptexting.jpg" width="400" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://www.gdnonline.com/gdnimages/20170309/20170309111818whatsapptexting_t.jpg">img.</a> <i>Chatting</i></td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq">
> Baik, Mamam..<<br />
> Lagi rebahan, nggak bisa tidur..!! < </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: right;">
> Cheryl lagi sakit, nih <</div>
<div style="text-align: right;">
> Kangen kali sama kamunya < </div>
</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
> Aduuhhh, kasiann... <<br />
> Bawa ke dokter, Mam..! Ntar bulunya pada rontok loh..!! < </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: right;">
> Ngga perlu..!! Mamam video call sekarang ya?</div>
<div style="text-align: right;">
Biar kamu bisa menyapa Cheryl yang sedang gundah tuh.. < </div>
</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Bon-bon sudah menduga respon Mamam. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
> Ya udah, buruan..!! < Bon-bon tak sabar ingin melihat kondisi Cheryl. Ini bukan pertama kali Cheryl menderita sakit saat Bon-bon melakukan perjalanan jauh. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Tak lama kemudian, anak-ibu dan si kucing kesayangan terlihat saling melepas rindu lewat gawai masing-masing. Tentu saja Cheryl hanya nampak mengeong saat menyaksikan wajah tuannya di layar hape. Segera ia bangkit dan mendekat ke arah hape di genggaman Mamam. Layar hape Mamam basah oleh jilatan Cheryl pada citra wajah Bon-bon. Bon-bon hanya tersenyum. Ia berharap perjumpaan via video call itu mampu meringankan derita Cheryl. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
"Semoga Cheryl segera pulih" Bon-bon bergumam sesaat setelah komunikasi itu usai. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Kini Bon-bon merasa lebih rileks. Tak butuh waktu lama baginya untuk terlelap. Mimpi bertemu Mercy menambah kecerahan wajah Bon-bon saat terbangun di <a href="http://djasmerahputih.blogspot.com/2017/04/030-aadb2.html">keesokan pagi</a>. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
*****</blockquote>
La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-42476545425763961262016-12-10T17:22:00.001-08:002017-03-13T08:44:28.675-07:00>>>OBAT AMNESIA<blockquote class="tr_bq">
Sejarah akan terus berulang dengan pelaku berbeda. Itulah sebabnya Bung Karno selalu mengingatkan untuk jangan sekali-kali melupakan sejarah. Jika generasi saat ini tak memahami sejarah 65 dengan benar, tentang apa yang sebenarnya terjadi saat itu, maka tak lama lagi "keledai" itu akan jatuh untuk kali kedua di lubang yang sama.<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEig9DeEimjc78fMWd14hNMs6FbaXj-UCZh4MJJyIjCn2XXrA00aVpWLcKw_fhFuIg1o6tUvK1RMFKXjYBdqcQYZLkk7U40HKFB2wiScHgGG_jouqmZCelzbtbAzxEkbleF1fo92bqD17qjH/s1600/9673-amnesia-memories-disappearing.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="337" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEig9DeEimjc78fMWd14hNMs6FbaXj-UCZh4MJJyIjCn2XXrA00aVpWLcKw_fhFuIg1o6tUvK1RMFKXjYBdqcQYZLkk7U40HKFB2wiScHgGG_jouqmZCelzbtbAzxEkbleF1fo92bqD17qjH/s400/9673-amnesia-memories-disappearing.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://cdn1.medicalnewstoday.com/content/images/articles/9673-amnesia-memories-disappearing.jpg">img.</a> <i>Amnesia</i></td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq">
Lawan dari musuhku adalah kawanku. Itulah taktik Belanda saat merangkul Arung Palakka guna menyerang kerajaan Gowa. Strategi ini berlaku universal. Demi menguasai tambang Freeport, Raksasa Modal merangkul <i>"Our Local Army Friend"</i> untuk menumbangkan rezim Sukarno yang berniat menasionalisasi seluruh perusahaan asing di dalam negeri. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Keberpihakan militer pada radikalisme agama membuat perang saudara yang dihindari Sukarno akhirnya tetap berjalan dan terjadi juga. Sukarno berhasil mencegah perang antar angkatan dalam tubuh TNI dengan mengorbankan diri sendiri, tapi tidak dengan perang sesama warga sipil. Tentu saja, andil "diasingkannya" Bung Karno memudahkan bencana itu terjadi begitu sahaja. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Nampaknya, kebodohan yang sama akan segera terulang jika Bangsa ini tak juga mampu menemukan obat untuk AMNESIA berkepanjangannya. Agama menjadi alasan legal membunuh saudara sendiri. Lihatlah negeri-negeri di Timur Tengah. Agama seharusnya melahirkan KESADARAN, bukan malah menjadi candu yang mematikan nalar. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Namun, rasanya akan sangat sulit menemukan obat itu di luar bentangan kedua cakar Garuda. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Bukankah sudah nampak jelas bagimu? </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Salut buat yang masih memiliki kecerdasan untuk mampu melihatnya. Sekali lagi, SALUT buatmu..!!</blockquote>
<br />
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
*****</blockquote>
La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-46765947543745502822016-11-26T06:11:00.003-08:002016-12-10T17:28:20.195-08:00>>>028 AADB2<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> "Cobalah dengan kombinasi dua warna lebih dulu, rasakan kedalaman pada kontrasnya." Sang Seniman mengarahkan si murid baru untuk menggambar bentuk-bentuk sederhana. </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Paris menggoreskan sebuah kuas kecil ke arah kanvas. Cat hitam membekas seiring gerak tangan. Keheningan menyelimuti. Hanya suara gesekan dedaunan serta cuitan burung kecil yang kini terdengar jelas. </span><br />
<a name='more'></a></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Perlahan bentuk itu mulai terlihat. Sang Guru mengamati dengan cermat. Ada yang aneh..!! </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Gerakan tangan Paris terhenti. Mungkin ia kehabisan ide. </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Rayi, Sang Seniman mengernyitkan dahi. Paris menoleh, mencoba menebak respon Rayi. Keduanya bertatapan dengan mimik penuh curiga dan penuh tanda tanya. </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<i><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> "What is this?" </span></i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Tak ada jawaban. Paris merasa heran, Rayi tak bisa menebak gambar yang dibuatnya. Bentuk goresan di dalam kanvas terlihat seperti dua gundukan, sebuah garis setengah lingkaran, agak kecil, berada di tengah menghubungkan kedua gundukan. Di bawahnya sepasang garis vertikal nampak berdiri merapat ke arah atas. Sangat mudah ditebak. </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQoD3IOxRgM00S6um9XT-lIYZLVh06ImSll7Z6xpmipju1vkyWQoHxRessRTBzRy1kEXAD7NImaAZAukH4Cjo7fF8jKcGUO38rzY4zfEq6oUARBVB-iEaHvPTMn92JcLdj_KsxKG8KngSl/s1600/275823_ilustrasi-melukis_663_382.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><img border="0" height="230" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQoD3IOxRgM00S6um9XT-lIYZLVh06ImSll7Z6xpmipju1vkyWQoHxRessRTBzRy1kEXAD7NImaAZAukH4Cjo7fF8jKcGUO38rzY4zfEq6oUARBVB-iEaHvPTMn92JcLdj_KsxKG8KngSl/s400/275823_ilustrasi-melukis_663_382.jpg" width="400" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: small;"><a href="http://m.life.viva.co.id/news/read/552001-pelukis-ini-pakai-lidah-sebagai-kuas">img.</a> <i>Melukis</i></span></td></tr>
</tbody></table>
<i><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> "What is this?" </span></i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Masih belum ada jawaban. Paris kembali menengok lukisan yang dibuatnya. Tak mungkin Rayi tak mengenal bentuk itu. Sang Kakeklah yang pertama kali mengajarkan lukisan ini saat Paris masih kecil. </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> <i> "This is my Grandpa's idea. He taught me.</i> Dia asli Indonesia..!!" </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> "Ha ha ha..." Rayi tergelak. </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Tawanya meledak memecahkan keheningan. Tak lama kemudian ia terdiam, namun tiba-tiba kembali tertawa terbahak-bahak. Paris mulai khawatir dengan kesehatan mental guru barunya itu. </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> "Pantas...!!" Rayi menyudahi tawa walau perasaan geli masih menguasai alam sadarnya. </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> "Sory, ha ha ha... sory, Paris. Saya tak bermaksud mengejek gambarnya. Saya hanya heran, kok bisa seorang bule dari Itali menggambar sesuatu yang sangat asli Indonesia? Ternyata pengaruh Sang Kakek masih membekas kuat dalam dirimu. ha ha ha.." </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> "he he he..." Paris cengengesan. Ia masih bingung, apakah harus ikut tertawa atau tidak. </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Tertarik pada sosok itu, Rayi meminta Paris menceritakan lebih banyak kisah tentang Sang Kakek. Paris tak keberatan. Ia malah terlihat senang. Sang Kakek memang salah satu idola bagi Paris. Banyak bekal pengalaman hidup ia pelajari dari beliau. </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Pelajaran melukis beralih menjadi cerita nostalgia. Paris menceritakan seluruh kenangan yang masih membekas tentang Sang Kakek. Rayi menyimak penuh semangat. Tak berapa lama kembali terdengar suara tawa Rayi, namun kali ini diiringi tawa Paris yang tak kalah heboh. Keduanya kini terlibat perbincangan panjang tentang budaya masing-masing. </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Tiba-tiba, muncullah sosok bayangan seseorang menutupi kanvas lukisan yang baru saja dibuat Paris. Keduanya terdiam, menoleh ke arah kanvas. Mereka teringat agenda utama saat itu adalah pelajaran melukis, bukan sejarah! </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Pandangan beralih ke arah pintu. Wajah seseorang sedang berdiri tepat di kolong pintu yang terbuka itu tak asing bagi mereka. </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> ”Hai.., ceria banget hari ini..??!" </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> "Hai, Rini.. He he he.. iya. Lagi asyik lukis Rayi ajak guyon.. Yoga latihan sudah?" Paris membalas sapaan Rini yang kini bergegas masuk. Seperti biasa, tata bahasanya kebolak-balik. </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> "Sudaaah.. Mana lukisannya??" Rini penasaran ingin segera melihat karya perdana Sang Sahabat. </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Paris dan Rayi bertatapan menahan tawa, lalu menoleh ke arah lukisan mentah di sisi Rini. Paris menunjuk ke arah kanvas tanpa suara sedikitpun. Ia siap menerima ledekan sahabatnya itu. </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Rini mengarahkan pandangan ke arah kanvas di sisi tempat ia duduk. Suasana menjadi hening, hening sehening-heningnya. Suara jangkrik muncul entah dari mana. Rayi dan Paris nampak tegang. Entah menahan nafas atau malah sedang menahan tawa.</span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">*****</span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</blockquote>
<div>
<div style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
</div>
</div>
La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-1226768941900440292016-11-23T20:23:00.000-08:002016-11-26T21:48:44.578-08:00>>>JANGAN TAKUT<div style="text-align: center;">
<b>jangan takut,</b></div>
<div style="text-align: center;">
Negeri ini tak kan hilang</div>
<div style="text-align: center;">
Indonesia adalah udara kehidupan</div>
<div style="text-align: center;">
ia tetap ada meski balon yang menjadi kulitnya</div>
<div style="text-align: center;">
engkau letuskan<br />
<a name='more'></a><br />
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGRb206SfmnMNRjj4b6ugCzLxdZYECVPJ_DSICIvYgQPK605Tzc7jta2UQhH545kLxCUx1hiZyKp1oOO9U9yZZnlZbAJtyuQ4Gq5AMjtFPDL89puH1txLmttQGXtU6nn4QXytCvK91ua_L/s1600/151015061pluralisme.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGRb206SfmnMNRjj4b6ugCzLxdZYECVPJ_DSICIvYgQPK605Tzc7jta2UQhH545kLxCUx1hiZyKp1oOO9U9yZZnlZbAJtyuQ4Gq5AMjtFPDL89puH1txLmttQGXtU6nn4QXytCvK91ua_L/s400/151015061pluralisme.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://sinarharapan.co/sh_img/15/10/15/l/151015061pluralisme.jpg">img.</a> <i>Indonesia Tetap di Hati</i></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: center;">
<b>jangan cemas,</b></div>
<div style="text-align: center;">
Jiwa Pancasila itu tak kan hengkang</div>
<div style="text-align: center;">
Indonesia adalah air kehidupan</div>
<div style="text-align: center;">
ia tetap eksis, walau dinding bendungannya</div>
<div style="text-align: center;">
kalian runtuhkan</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Indonesia adalah cahaya mentari</div>
<div style="text-align: center;">
ia akan tetap bersinar</div>
<div style="text-align: center;">
pun saat rembulan bergeming</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
jika Indonesia adalah raga</div>
<div style="text-align: center;">
Pancasila menjadi jiwa</div>
<div style="text-align: center;">
keduanya menyatu</div>
<div style="text-align: center;">
dalam identitas Sang Ratu Adil</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>jangan sedih,</b></div>
<div style="text-align: center;">
Indonesia tak kemana-mana</div>
<div style="text-align: center;">
ia tetap di sini</div>
<div style="text-align: center;">
di hatimu</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
engkau hanya butuh membuka hati</div>
<div style="text-align: center;">
untuk Indonesia</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>jangan takut,</b></div>
<div style="text-align: center;">
Indonesia masih tetap di sini</div>
<div style="text-align: center;">
di hati kita</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">#Nuswantara 1116</span></i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">djas M pu</span></i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;"><br /></span></i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">*****</span></i></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-48026346737717588602016-11-22T11:04:00.000-08:002016-11-23T20:25:07.013-08:00>>>FILTER<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Dahulu kita sulit mengakses informasi. Saat ini malah kebanjiran informasi. Jika dulu kita butuh kelihaian untuk memperoleh informasi, kini kita harus lebih terampil memilahnya. Jika tidak maka sampah-sampah informasi akan mengotori ruang berpikir dan alur logika anda. Itulah pentingnya Filter.<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Proporsional dan tepat sasaran amatlah penting. Demikian pula dengan distribusi informasi. Anak-anak dan remaja sangat rentan terpapar informasi sampah salah sasaran. Peran orang tua menjadi begitu penting dalam hal pendampingan anak dan remaja mereka terutama saat mengakses konten informasi digital. </blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw0r5XLkBqHFFhAN4NAtdutesv-IsSDbpcIS9WbFNseiCRFYRqo85flGl6Se98aamhXGBr6lZq04RGlHz6OPFRkk68W50VLUsMuMSf392sZgenC4qpd8fk7Ef6srXM5nPk7a6qYwm3yntZ/s1600/informasi_banjir_3ihoorg.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="301" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw0r5XLkBqHFFhAN4NAtdutesv-IsSDbpcIS9WbFNseiCRFYRqo85flGl6Se98aamhXGBr6lZq04RGlHz6OPFRkk68W50VLUsMuMSf392sZgenC4qpd8fk7Ef6srXM5nPk7a6qYwm3yntZ/s400/informasi_banjir_3ihoorg.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://indonesiana.tempo.co/uploads/foto/2015/10/13/informasi_banjir_3ihoorg.jpg">img.</a> <i>Banjir Informasi butuh Filter </i></td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Jika di masa lalu sebuah ideologi merasuki seseorang butuh waktu lama dan berjenjang, kini ia sanggup merekrut pengikut dalam waktu singkat tanpa terdeteksi. Radikalisme bisa hadir tiba-tiba di lingkungan terdekat kita. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Telepon pintar mudah kita temukan telah digunakan bahkan <span style="font-size: 16px;">oleh anak-anak Balita. Kelengahan pengawasan orang tua dan orang-orang sekitar pada mereka akan menimbulkan dampak buruk di masa depan. Konten kekerasan dan pornografi, meskipun telah melalui saringan Depkominfo, tetap terbuka kemungkinan untuk diakses tanpa sengaja oleh anak-anak dan remaja.</span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Peran keluarga memegang peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai moral dan etika kepada generasi penerus bangsa. Kita tentu tak ingin generasi pelanjut di masa depan diisi oleh jiwa-jiwa radikal, intoleran dan fasis. Kita tak ingin Bhinneka Tunggal Ika hanya menjadi slogan populer di sekolah. Kita pasti menolak segala upaya memecah belah NKRI tercinta. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Pendidikan karakter kebhinekaan dalam bentuk pertukaran pelajar antar daerah seperti dijalankan organisasi <a href="https://sabangmeraukeid.wordpress.com/">SabangMerauke</a> mampu menumbuhkan sikap toleran yang juga sekaligus bisa menjadi filter terhadap sikap fasis, radikal dan intoleran dari lingkungan sekitar. Mereka diajak terbiasa merasakan keragaman sebagai kekayaan hidup, bukan sebagai beban kehidupan.<br />
<br />
Kesan fasis, radikal dan intoleran generasi muda yang banyak mewarnai pemberitaan media akhir-akhir ini mengundang tanya, apakah generasi penerus kita belum memiliki filter ideologi yang baik terhadap pengaruh buruk banjir informasi di media sosial saat ini?<br />
<br />
Semoga saja para orangtua tak tinggal diam terhadap gejala negatif di depan mata mereka. Keburukan akan senantiasa hadir, saat orang baik memilih diam. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
</blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px; text-align: center;">
*****</blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px; text-align: center;">
<br /></blockquote>
La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-67118770093110701492016-11-19T09:09:00.001-08:002016-11-22T11:05:18.275-08:00>>>UJIAN KEDUA<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Sejarah akan terus berulang dengan pelaku dan aktor berbeda. Kitab suci maupun warisan tradisi seperti wayang, merangkum pola-pola itu untuk menjadi pelajaran bagi manusia di belakang hari. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Indonesia negeri kepulauan yang kaya raya, baik sumber daya alam maupun kearifan manusia-manusianya. Sayang, kita belum juga mampu bersaing dengan negara-negara maju. Salah satu faktor utama penentu rendahnya daya saing kita adalah buruknya koordinasi dan rapuhnya persatuan.<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibwup0jjSNDtzqDPMwh8wczBRMREmkmWC8iJpBDv2bSXb1iT-u2D_HfZgxKSZQFh68M6-fbBKRR7_u0hS6_Se5wJt59k059vYecSZW4vdJ10nr6lwOojkO85u8o9M9h7r4HIeCFuKidZkY/s1600/west_vs_east.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibwup0jjSNDtzqDPMwh8wczBRMREmkmWC8iJpBDv2bSXb1iT-u2D_HfZgxKSZQFh68M6-fbBKRR7_u0hS6_Se5wJt59k059vYecSZW4vdJ10nr6lwOojkO85u8o9M9h7r4HIeCFuKidZkY/s400/west_vs_east.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://www.tahupedia.com/img/uploaded/post/west_vs_east.jpg">img.</a> <i>Pilih dukung siapa?</i></td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Sukarno, Hatta dan para bapak bangsa sebenarnya telah tuntas mempersatukan Nusantara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tugas generasi pelanjutlah untuk merawat dan memajukan negeri. Sesuatu yang seharusnya lebih mudah, sebab pondasi dasar yakni Persatuan telah diletakkan oleh para pejuang kemerdekaan di masa lalu. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Kini, saat persatuan itu mulai menguat, berbagai drama politik menjelang Pilkada dan Pilpres mengancam jalinan persaudaraan dan persatuan yang telah lama kita rajut bersama. Saling curiga dihembuskan untuk merontokkan sendi-sendi persatuan bangsa. Berbagai kasus SARA diledakkan dan diekspos secara masif melalui berbagai media cetak maupun elektronik. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Ujaran kebencian semakin merebak dari hari ke hari. Itu pertanda akan terjadi sesuatu. Entah itu murni persoalan domestik, maupun kelindan berbagai persaingan bisnis di dunia internasional. Sebab dunia semakin kecil, segala bangsa semakin terkoneksi. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Sejarah membuktikan bahwa fanatisme kelompok, suku, agama dan ras selalu menjadi kendaraan mewah dalam setiap pemicu kerusuhan maupun peperangan. Padahal kitab suci mengajarkan bahwa segala perbedaan itu dikaruniakan agar manusia dapat saling mengenal satu sama lain, bukan untuk saling bantai dan saling bunuh. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Pancasila kini diuji kembali. Tarik menarik kepentingan di luar sana berusaha merebut kendali penguasa agar bisa berpihak pada kelompok masing-masing. Pertarungan bisnis memainkan kuasa negeri-negeri. Persaingan pengaruh Timur dan Barat kembali memuncak. Akankah Pancasila sanggup keluar sebagai pemenang? Kita tunggu saja. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Pancasila sesungguhnya adalah solusi, bukan hanya bagi Indonesia, tapi juga untuk dunia internasional. Timur dan Barat, keduanya adalah milik Sang Pencipta. Kita tak harus berpihak. Bhinneka Tunggal Ika..!!</blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
<i><b><br /></b></i>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i><b><b style="font-size: 16px;"><i>Belajarlah</i></b></b></i><i><b><i><b> dari Barat,</b></i></b></i> </div>
</blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
<div style="text-align: center;">
<i><b> tapi</b></i><i><b><i><b> jangan jadi peniru Barat, </b></i></b></i> </div>
</blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
<div style="text-align: center;">
<i><b>melainkan</b></i><i><b><i><b> jadilah murid dari Timur yang cerdas. </b></i></b></i></div>
</blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
<i><b>
</b></i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
<div style="text-align: center;">
<div style="display: inline !important;">
Tan Malaka.</div>
</div>
</blockquote>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
*****</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-50334300173692143182016-11-11T00:13:00.000-08:002016-11-19T08:49:19.042-08:00>>>NAIK KELAS (2)<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Meskipun berkali-kali dibantah sebagai gerakan politik, mobilisasi puluhan ribu massa dari luar kota untuk menjatuhkan salah satu kandidat peserta Pilkada sudah pasti akan berdampak politis. Umat Islam bergerak heroik membela kitab suci dan agama mereka. Sayang, mereka tak menyadari bahwa sekelompok Kepentingan akan sangat diuntungkan oleh aksi suci dan mulia tersebut.<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
<b>Bebek jalan berbondong-bondong, Elang terbang sendirian</b>. Itulah pepatah yang sering diungkapkan oleh Bung Karno saat menghadapi hujan demo mahasiswa di masa lalu. Bebek-bebek bergerombol berjalan sesuai kehendak Sang Pengembala. Mereka tak perlu argumen, mereka cukup diberi permen (demo=jihad=surga). Mereka bertindak berdasarkan rasa (ketersinggungan). Lantas, apa bedanya dengan anak kecil? </blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWx_m-Uz3ccwIedJajYk1LXkKBSVDhdjR6gkKXg1o7ZgFHZ4g2HSfGFMPG5-oQ-kxfuij1gcMHX-xMnEE-kZE84o6pQkC-4Xd9HE9QcpiJbrohDDRNEm0gTkWQOhYoddRr8lPts8-OHv1P/s1600/images+%252824%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="262" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWx_m-Uz3ccwIedJajYk1LXkKBSVDhdjR6gkKXg1o7ZgFHZ4g2HSfGFMPG5-oQ-kxfuij1gcMHX-xMnEE-kZE84o6pQkC-4Xd9HE9QcpiJbrohDDRNEm0gTkWQOhYoddRr8lPts8-OHv1P/s400/images+%252824%2529.jpg" width="400" /></a></div>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Satu hal patut dibanggakan. Dengan jumlah massa demikian besar, demo 411 berjalan tertib dan damai. Di luar perkiraan beberapa pengamat. Dalam hal ini sikap kedewasaan itu telah terlihat. Mereka bertindak memperhatikan nilai-nilai kepantasan sebagai warga negara yang baik. Nalar mereka bekerja hingga tak mempan diprovokasi. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Boleh dikata saat ini mereka telah Naik Kelas. Meskipun motivasi berdemo masih kekanak-kanakan, tindakan para pengunjuk rasa selama berdemo menunjukkan tingkat kedewasaan berfikir dan bertindak mereka. Namun, di tengah pergaulan dunia yang semakin mengglobal ini, ternyata sikap kedewasaan belumlah cukup. Kita butuh kemapanan fikir dan sikap. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Kepakan sayap kupu-kupu di Amazon sanggup memicu badai pasir di Gurun Sahara. Begitulah kerja semesta. Segalanya terhubung. Terkoneksi. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
<b>Binggo..!! </b>Demopun<b> </b>berakhir ricuh.</blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Kericuhan di akhir demo bukanlah sebuah kejutan. Ia hanya mampu dibaca dan terdeteksi jauh-jauh hari oleh Manusia-manusia Mapan. Kelompok ini banyak belajar dari sejarah, bahwa tak semua yang nampak dipermukaan merupakan sebuah fakta natural. Teknologi komunikasi memungkinkan satu cerita akan terlihat sebagai fakta. Banyak hal dalam sejarah yang sebelumnya dianggap fakta ternyata hanyalah pentas drama <b>Reality Show</b>. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Faktanya, masyarakat kita memang penggemar ilusi Drama. Apalagi jika mereka bisa terlibat di dalamnya. Namun, terlalu banyak drama <span style="font-size: 18.2723px;">akhirnya akan</span> membuat kita Tinggal Kelas. Generasi penerus tak akan pernah Naik Kelas. Tak akan pernah sanggup menjadi Manusia-manusia Mapan. Menjadi Dewasa telah dirasa cukup.</blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Yah.., mungkin kita tak akan pernah Naik Kelas lagi. Bahkan jika harus menunggu hingga Lebaran Kuda..!! Anda Mau..??!!</blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://djasmerahputih.blogspot.com/2016/11/naik-kelas-1.html"> 1 </a>| 2 </div>
</blockquote>
<div style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
<br /></div>
La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-1866673907567326112016-11-10T07:48:00.000-08:002016-11-19T08:49:51.454-08:00>>>NAIK KELAS (1)<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Momen PILPRES dan PILKADA adalah ajang untuk menguji kedewasaan kita dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam momen tersebut seluruh perhatian dan interaksi sosial terpusat pada sosok calon-calon pemimpin negeri. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
PILKADA merupakan indikator kedewasaan kita dalam menentukan pilihan terhadap sesuatu. Apakah perbedaan Anak Kecil, Orang Dewasa dan Manusia Mapan saat menentukan pilihan-pilihan mereka?<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgumehkCt_ngaT54olt-Q6WXEvk2OOMw1cBVAqNOmMq-7NqzgsrRP6uEERGJkgq2unwhVXm1zzU900aGa4cKpfL9Te9lh73MXPKAGfxz0HGmRBWLWR8VuVSJwBE77lYWkrheYlqYNMoojFP/s1600/gadis+kecil+dan+permen+karet.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgumehkCt_ngaT54olt-Q6WXEvk2OOMw1cBVAqNOmMq-7NqzgsrRP6uEERGJkgq2unwhVXm1zzU900aGa4cKpfL9Te9lh73MXPKAGfxz0HGmRBWLWR8VuVSJwBE77lYWkrheYlqYNMoojFP/s400/gadis+kecil+dan+permen+karet.jpg" width="400" /></a></div>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Anak Kecil menentukan pilihan berdasarkan rasa. <i>Like</i> and <i>dislike</i>. Anda cukup memberi "permen" untuk mendikte keputusan mereka. Pemilih yang menentukan calon pemimpin berdasarkan filosofi <b>Wani</b> <b>Piro</b> masuk dalam kategori ini. Mereka tak butuh informasi apa-apa tentang calon yang bakal dipilihnya. Maklum, wawasan dan kecerdasan mereka memang masih berada di level terbawah. Asal masih bisa makan, semua aman-aman saja. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Orang Dewasa menentukan pilihan melalui serangkaian analisa dan pengamatan. Mereka menggunakan nalar rasional. Tingkat pendidikan yang cukup membekali mereka kemampuan analisis dan sintesa memadai untuk menentukan pilihan. Rekam jejak Sang Calon sangat berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan pada kelompok ini. Mereka mandiri dan relatif sulit didikte. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Kelompok ketiga; Manusia-manusia Mapan, adalah warga negara berjiwa merdeka, arif, bijaksana dan berwawasan luas. Mereka mungkin tak memiliki tingkat pendidikan formal yang tinggi. Namun pengalaman hidup telah mengajarkan kepada mereka bahwa segala sesuatu memiliki isi dan kemasan. Mereka fokus pada isi, bukan kemasan. Pilihan mereka bisa saja mengejutkan kelompok orang dewasa. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Dalam kasus memilih permen, anak kecil cenderung akan memilih yang kemasannya paling menarik. Orang dewasa mengamati dengan cermat sebelum memilih. Ia bisa saja memilih permen dengan bungkus menarik, namun tetap terbuka peluang besar untuk memilih yang lain. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Manusia Mapan mungkin nampak tak beretika. Mereka akan mengupas seluruh bungkus permen yang ada sebelum menentukan pilihan. Bungkus bukanlah esensi, ia hanyalah pemanis pandangan. Manusia mapan tak akan pernah terjebak modus penipuan membeli kucing dalam karung. Mereka sangat mandiri dan berjiwa merdeka. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Tahapan Pilkada (DKI) barulah berada pada tahap penentuan calon. Namun gelegar hiruk pikuk pertarungannya telah gegap gempita. Seperti biasa, calon yang berasal dari golongan minoritas akan dengan sangat mudah menjadi sasaran tembak. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
</blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px; text-align: center;">
1 |<a href="http://djasmerahputih.blogspot.com/2016/11/naik-kelas-2.html"> 2 </a></blockquote>
La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-42130126110956124972016-10-23T17:20:00.000-07:002016-11-10T07:50:05.342-08:00>>>BERBURU SORGA<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Apakah manusia diutus ke Bumi untuk berburu Sorga? </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Seperti biasa menjelang penyelenggaraan PILKADA pernyataan berbasis argumen agama bertebaran di mana-mana. Logika dan iman berusaha dipadu-padankan. Konteks urusan dunia dan urusan akhirat menjadi bias. Padahal, segala urusan wajib ditangani oleh ahlinya. Jika tidak, maka tunggulah kehancuranmu. Begitulah pesan agama maupun ilmu manajemen moderen.<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjmGCkAoZTFgRCUxWb5vSp0yr8JkMnz9nMMxN6wV8U3Y0u7ntl8j6edbjc_LdzYqexEWSFfU5ZCms9j6QNahWHNsI9F86uFiirtBG80b90nxDtQXla_ZeC1UjfWy_2CLeBMX3iT7N4bL98/s1600/KF+-+taman+eden.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjmGCkAoZTFgRCUxWb5vSp0yr8JkMnz9nMMxN6wV8U3Y0u7ntl8j6edbjc_LdzYqexEWSFfU5ZCms9j6QNahWHNsI9F86uFiirtBG80b90nxDtQXla_ZeC1UjfWy_2CLeBMX3iT7N4bL98/s400/KF+-+taman+eden.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-PamLSuI9XL0/UIT_0cF3PrI/AAAAAAAAAl0/pOjXiMCbC24/s1600/KF+-+taman+eden.jpg">img.</a> <i>Sorga Impian</i></td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Pilkada bukanlah kontes pemilihan imam spiritual, ia lebih bersifat administratif dan merupakan bagian dari sistem birokrasi. Pada jaman kerajaan, Pilkada bisa disetarakan dengan penunjukan tumenggung dan Qadhi. Tumenggung bertanggungjawab dalam hirarki kekuasaan di daerah. Sedangkan Qadhi adalah jabatan spiritual di lingkungan kerajaan. Tumenggung dan Qadhi jelas dan sangat tegas berada pada jalur dan rel berbeda. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Masih dalam analogi sistem kerajaan, argumen-argumen berbasis faham keagamaan sangat masuk akal jika dikemukakan dalam persoalan penunjukan Qadhi. Sedangkan untuk penunjukan Tumenggung maka keterampilan interpersonal dan kepemimpinan haruslah menjadi faktor utama. Keduanya tak bisa diperlakukan sama. Itulah yang dianggap liberal dalam sistem demokrasi. Untungnya, cap liberal tak bisa kita temukan dalam sistem Kerajaan, sebab kekuasaan dalam segala hal mutlak berada di tangan Raja. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Kepala daerah bertanggungjawab mengelola hubungan sosial dan administratif warga negara di wilayahnya. Kepala daerah bukanlah Raja yang leluasa bertindak sesuka hati. Ia harus taat pada Undang-undang. Kepala daerah bukan pula junjungan yang disembah bagaikan seorang Raja. Ia sama sekali tak terikat secara spiritual emosional dengan warga di wilayahnya. Jikapun ada, kadarnya akan jauh lebih rendah daripada hubungan Raja-Rakyat atau Imam-Ummat. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px;">
Ketika argumen-argumen berbasis iman/ayat suci dipaksakan menjadi senjata untuk menjatuhkan seorang calon dalam kontes PILKADA, mungkin kita seharusnya kembali bertanya; Apakah manusia diutus menjadi Khalifah di Bumi adalah untuk <b>memakmurkan Bumi </b>ataukah hanya untuk <b>Berburu Sorga</b>..??</blockquote>
<br />
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "Helvetica Neue", Arial, sans, sans-serif; font-size: 16px; text-align: center;">
*****</blockquote>
La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-74852819268967010682016-10-14T04:08:00.000-07:002016-10-23T17:20:42.858-07:00>>>REPUBLIK KERAJAAN<blockquote class="tr_bq">
Sudah menjadi resiko menjadi Nusa Antara, sebuah negeri yang terletak di persimpangan berbagai hal. Indonesia adalah tempat untuk menguji berbagai teori dan konsep sosial maupun politik. Indonesia tak akan pernah bisa cocok dengan sebuah konsep kaku dan textbook. Indonesia memiliki warna dan corak sosialnya sendiri.<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Katanya kita menganut sistem Presidensil, namun prakteknya sering lebih mirip Parlementer. Katanya negara kita adalah Republik tanpa raja, tapi suasana Pilpres dan Pilkada seakan menjadi perebutan tahta kerajaan. Masihkah kita mampu membedakan definisi serta batas-batas kewenangan seorang Raja maupun Presiden? </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Menjadi semakin rumit, sebab di Indonesia seorang Presiden adalah Kepala Pemerintahan yang juga sekaligus berkedudukan sebagai Kepala Negara. Ia adalah Raja sekaligus Perdana Menteri. </blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjh-Kiaxt5e8M6f37WvvAIIuaEzWHB6O2wqzgd0n8w1XFpBWAqRlOkKy2ucepW2fX9Pr2mNf5m7e8z2MdXcEKi3g-UdHgmRQJmCgHrn9XFogVuWBAFYU4A1oVwNbePB5Eiccan0XsmGDogA/s1600/images+%252826%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjh-Kiaxt5e8M6f37WvvAIIuaEzWHB6O2wqzgd0n8w1XFpBWAqRlOkKy2ucepW2fX9Pr2mNf5m7e8z2MdXcEKi3g-UdHgmRQJmCgHrn9XFogVuWBAFYU4A1oVwNbePB5Eiccan0XsmGDogA/s400/images+%252826%2529.jpg" width="368" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://kebudayaanindonesia.net/media/images/upload/culture//BALLA%204_3_1434696725.jpg">img.</a> <i>Mahkota Raja untuk Presiden?</i></td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq">
Raja adalah lembaga kepemimpinan tradisional yang telah lama ada. Presiden merupakan lembaga alternatif. Presiden, seperti halnya Perdana Menteri bersifat lebih adminstratif non genetis, sedangkan Raja berakar dari tradisi lisan non administratif namun berwatak genetis (bisa diwariskan). Ucapan Raja adalah Undang-undang, berbeda dengan Presiden yang justru terikat oleh hukum tertulis dalam bentuk Undang-undang. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
NKRI sendiri pada hakikatnya adalah persekutuan Kerajaan dan Kesultanan dari berbagai wilayah di Nusantara. Peralihan bentuk pemerintahan dari Kerajaan menjadi Republik membawa konsekuensi serius. Eksistensi Raja dan Sultan tergerus dan bahkan hilang dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Generasi muda umumnya memahami bahwa Presiden adalah pengganti kedudukan Raja maupun Sultan di jaman moderen. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Itulah sebabnya bisa dipahami jika perlakuan masyarakat kepada Presiden dan jajaran pemimpin kenegaraan sangat mirip dengan sikap seorang hamba kepada Rajanya. Watak feodalisme membekas jauh ke alam bawah sadar sebagian besar warga. Tak banyak yang menyadari bahwa Presiden adalah seorang eksekutor sedangkan Raja merupakan sosok Inisiator. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Hubungan Presiden dan warganya bersifat legal administratif. Ini berbeda dengan hubungan seorang Raja dengan rakyat yang bersifat emosional religius. Raja dianggap sebagai wakil Tuhan di berbagai kebudayaan. Nah, kedua bentuk hubungan tadi nyatanya menyatu dalam sikap warga negara Indonesia kepada seorang Presiden. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Ketika interpretasi pejabat di daerah tentang lembaga Raja (adat) dan pejabat eksekutif mulai rancu dan menimbulkan konflik horizontal seperti terjadi di Kabupaten Gowa, Sulsel, ada baiknya tinjauan tentang bentuk negara memperoleh ruang kajian lebih luas lagi. Mungkin NKRI kelak bisa diartikan sebagai <b>Negara Kerajaan Republik Indonesia</b>. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Bingung? </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Sama.... </blockquote>
<br />
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
*****</blockquote>
<br />
<br />La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-48107363906129460152016-10-08T13:57:00.000-07:002016-10-25T14:40:37.653-07:00>>>CINTA berbasis DENDAM<blockquote class="tr_bq">
Dendam sudah terlanjur bermakna negatif. Dalam dunia yang hitam putih hampir setiap kata memiliki citra baik dan buruk. Untunglah manusia memiliki sebuah kata terkuat, terhebat dan terdahsyat yang bernama "KECUALI". <br>
<a name="more"></a></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Kata "NETRAL" sendiri bisa saja terbebas dari hukum baik buruk dalam dunia kata-kata makhluk sejarah bernama manusia. Namun, dalam prakteknya kata-kata "NETRAL" tak mampu melepaskan diri dari persepsi hitam putih dunia moderen. Dunia moderen memang ditopang oleh revolusi teknologi digital yang berbasis binary. Ya atau Tidak, Yes or No, Hitam atau Putih. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Dalam sistem demokrasi, warga yang memilih "NETRAL" dianggap mencederai demokrasi. Mereka anti demokrasi. Golongan Putih (Golput) yang mendominasi kelompok ini dipersepsikan sebagai orang-orang tak jelas yang tak punya pendirian. Kata "NETRAL" terbukti belum bisa mengukuhkan diri sebagai identitas netral sesungguhnya. </blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRWxutBJhOp4hLm13fHjd0V7n17utIXtAoi0KxpYmb7JRwCH6U-i8cCl4eKQj8fuT7GbCV7k8fcAJIUN6NbxYnzNSs-nVahdjJqYv3INUyof_8bUdY8kVPehcQ43TAyT9hGTNWdVwO48l8/s1600/emo-images-wallpaper-7+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRWxutBJhOp4hLm13fHjd0V7n17utIXtAoi0KxpYmb7JRwCH6U-i8cCl4eKQj8fuT7GbCV7k8fcAJIUN6NbxYnzNSs-nVahdjJqYv3INUyof_8bUdY8kVPehcQ43TAyT9hGTNWdVwO48l8/s400/emo-images-wallpaper-7+%25281%2529.jpg" width="400"></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://www.spyderonlines.com/images/wallpapers/emo-images-wallpaper/emo-images-wallpaper-7.jpg">img.</a> <i>CINTA berbasis DENDAM</i></td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq">
IMAN dan DENDAM dikatakan tak mungkin bersatu dalam diri seseorang. Tentu saja logis dan sangat masuk akal saat kita melihatnya dari perspektif budaya hitam-putih, baik-jahat dan surga-neraka. Beda halnya jika kita mencoba memandang lewat cara pandang Nusantara. Cara leluhur kita memandang kehidupan. Seperti apa? Apakah ini yang sesungguhnya bernama Netral? </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Entah mengapa kantor berita Indonesia itu bernama ANTARA. Mungkinkah ia berasal dari konsep dan filosofi netral, tak berpihak, selalu di tengah, selalu berada di antara dua kutub berseberangan? Apakah para bapak bangsa sengaja memberinya nama itu? Mungkin para sejarawan bisa membantu melacaknya. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Sejarah kelam berkali-kali terjadi di negeri ini. Sejak jaman Ken Arok hingga pembantaian PKI. Benang merahnya: Kuasa dan Dendam. Mengapa? Bukankah Kuasa dan Dendam tak harus selalu berakhir kelam? Apalagi pada sebuah negeri yang aslinya adalah bangsa ramah dan murah senyum? </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Di negeri netral ini, dendam itu bisa didandani. Dendam bisa dipercantik. Caranya? Jadikanlah ia sebagai basis cintamu. Kalian mencintai negeri ini dilatarbelakangi dendam terhadap sejarah kelam masa lalu. <b>Kalian berjanji tak akan, tak ingin dan tak pernah lagi menggores sejarah kelam bagi bangsa ini</b>, sebab leluhur kalian sesungguhnya adalah bangsa PENCINTA. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Kalian boleh dendam pada kelamnya sejarah bangsa ini. Itulah wujud cintamu bagi Ibu Pertiwi. Itulah CINTA yang berbasis DENDAM. Mustahil? Tanyakan sendiri pada IMANmu..!!</blockquote>
<br>
<div style="text-align: center;">
***** </div>
<br>La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-77482246255011031502016-10-03T16:48:00.000-07:002016-10-08T13:58:41.114-07:00>>>SOLUSI dan MASALAH<blockquote class="tr_bq">
Pada umumnya solusi dan masalah tak datang bersamaan. Masalahlah yang biasanya lebih dulu muncul. Namun bagi golongan manusia-manusia cerdas, menemukan solusi justru wajib didahulukan. Kok gitu? Ya, sebab bagi mereka masalah bisa diciptakan.<br />
<a name='more'></a><br />
Logika ini bersumber dari faham industri tentang supply and demand. Secara alami kebutuhan manusia akan menuntut pemuasan berupa benda atau sarana pemuas. Lapar dan haus adalah kebutuhan primer, industri menawarkan/memaksakan solusi lewat produk-produk kuliner berskala besar. Dalam perkembangannya industri kuliner menemukan bahwa produk mereka adalah (harus menjadi) satu-satunya solusi bagi masalah lapar dan haus itu.</blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIGAcpVfZDnmHHbsLObu2H3oILgCR8oc-Qbz5iK6VPLNFydhV97aTYd34oPzP7Ri2gu1ruOude_OlqmoUnDpxIMdAl41zXWy8qBtcdk49TkneJf_fHtbqxpdyGSBuIpPfXJDUJF-ILktpM/s1600/problem-solution.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIGAcpVfZDnmHHbsLObu2H3oILgCR8oc-Qbz5iK6VPLNFydhV97aTYd34oPzP7Ri2gu1ruOude_OlqmoUnDpxIMdAl41zXWy8qBtcdk49TkneJf_fHtbqxpdyGSBuIpPfXJDUJF-ILktpM/s400/problem-solution.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://readingsocially.com/2014/07/11/hikmah-ramadan-menyikapi-masalah/">img.</a> <i>Problem dan Solusi</i></td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq">
Mereka kini telah memiliki solusi, brand merekalah solusinya. Nah, sekarang tinggal menciptakan masalah. Masalah yang dimaksud adalah kebutuhan atau ketergantungan pada produk-produk industri. Di tahap inilah iklan memegang peranan sangat penting.<br />
Iklan memanipulasi otak manusia untuk (seakan-akan) menemukan solusi bagi setiap masalah. Manusia seperti ini dikenal dengan sebutan konsumen. Konsumen adalah pasar bagi para produsen. Logikanya menjadi; produsen adalah solusi bagi masalah para konsumen.<br />
Solusi dan masalah menemukan bentuk relasi barunya. Sebab solusilah kini yang membutuhkan masalah. Solusi berupa berbagai produk industri bertebaran di sekeliling kita dan seakan berkata, "Anda bermasalah dan kamilah solusinya."<br />
Fenomena ini sejatinya tak menjadi masalah apabila konsumen tetap arif dan bijaksana dalam mengkonsumsi sesuatu. Namun kenyataan seringkali berkata lain. Kaum Sophiholic membelanjakan banyak uang untuk hal-hal yang seakan-akan menjadi kebutuhan. Mereka tak lagi mampu membedakan antara keinginan dan kebutuhan.<br />
Belanja dan transaksi dalam berbagai bentuk dan kemudahan seakan menjadi ritual tersendiri. Sistem poin dan iming-iming hadiah membuat berbelanja menjadi sebuah kenikmatan tersendiri. Berbelanja bukan lagi proses pemenuhan kebutuhan, namun telah bertransformasi menjadi ritual manusia moderen untuk melarikan diri dari masalah.<br />
Berbelanja adalah solusi segala masalah, yaitu masalah kehilangan IDENTITAS sebagai manusia produktif.<br />
Masalah butuh solusi atau solusi yang mencipta masalah? Mungkin ini yang disebut Menyelesaikan Masalah tanpa Solusi..!!</blockquote>
<br />
<div style="text-align: center;">
***** </div>
La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-67981192862135015302016-08-25T17:37:00.000-07:002016-10-03T16:48:43.975-07:00>>>PAPUA<blockquote class="tr_bq">
Papua adalah panggung kedaulatan NKRI. Seberapa besar negara berdaulat pada tanah dan airnya bisa diamati pada sebesar apa negara melayani hajat hidup orang Papua. Kedaulatan di pulau-pulau utama seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi mungkin tak perlu dipertanyakan lagi. Saat ini, Papualah indikatornya.<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Tak seperti Kalimantan yang secara kultur maupun sejarah sangat dekat dengan orang Indonesia pada umumnya, Papua sepintas lebih dekat dengan kultur dan identitas penduduk asli Australia; Aborigin. </blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh97IFmOWs8tf5towhLxvyC0ChK214SF8XqSX8pHWoe9tVIfFzTUeWBSb3XWGkRu79ItjGVZK9YU3JFhmOplBRlI6Aa67Yhh3GdDyMg_NzkaO5fm9XDsu_SMibJ1nXTlhNclsVibyXXLN3h/s1600/freeport.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh97IFmOWs8tf5towhLxvyC0ChK214SF8XqSX8pHWoe9tVIfFzTUeWBSb3XWGkRu79ItjGVZK9YU3JFhmOplBRlI6Aa67Yhh3GdDyMg_NzkaO5fm9XDsu_SMibJ1nXTlhNclsVibyXXLN3h/s400/freeport.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://en.ihcs.or.id/wp-content/uploads/2013/04/freeport.jpg">img.</a> <i>Papua untuk siapa?</i></td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq">
Orang Papua mungkin harus berterimakasih pada Tuhan bahwa Papua tidak/belum menjadi warga kelas dua di tanah mereka sendiri. Berbeda dengan nasib orang Aborigin di benua seberang yang tak berbeda jauh takdirnya dengan suku Indian di Amerika. Tersisih. Terpinggirkan dari peradaban. Namun hingga kini, kehadiran negara di wilayah Papua masih sering dipertanyakan. Ketimpangan laju pembangunan antara Indonesia Barat dan Timur adalah fakta. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Negeri-negeri terbentuk sesungguhnya untuk mengidentifikasi batas-batas wilayah yang menjadi tanggungjawab sebuah pemerintahan. Sejarah menjadi saksi terintegrasinya wilayah Papua ke dalam wilayah NKRI. Ini berarti, rakyat dan pemerintah Indonesia memikul tanggungjawab terhadap segala sesuatu yang telah dan akan terjadi di tanah Papua. Pada tingkatan tertentu tanggungjawab itu kelak akan dipertanyakan oleh pemilik Planet Bumi, Sang Pencipta alam semesta. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Pertanyaan sederhana yang muncul adalah; Apakah negara sungguh-sunguh berdaulat di tanah Papua? Apakah rakyat Papua sanggup merasakan kehadiran negara layaknya kehadiran orangtua untuk anak-anak mereka? Semoga saja begitulah adanya. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Salah satu indikator penting sebagai bukti berdaulatnya negara di tanah Papua adalah seberapa bermanfaat perusahaan-perusahaan tambang raksasa di sana bagi rakyat Papua khususnya dan Indonesia pada umumnya. Kita, seluruh rakyat Indonesia, wajib mengingatkan para pemimpin agar memastikan bahwa alam Papua adalah milik orang Papua. Bukan milik segelintir orang, apalagi jika sampai dimiliki pihak asing. Negara harus menunjukkan; NKRI berdaulat di tanah PAPUA. Hal ini penting mengingat adanya kemungkinan bahwa negara bisa saja telah menjadi boneka asing untuk menjajah bangsa sendiri. Sesuatu yang sangat bertentangan dengan pembukaan UUD 45, "...penjajahan di atas dunia harus dihapuskan...!!"</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Setelah itu, NKRI wajib membuktikan bahwa ia adalah orangtua bagi seluruh anak bangsa. Tak ada anak tiri. Seluruh suku bangsa di pelosok nusantara adalah anak kandung Ibu Pertiwi. Jika negara gagal memerankan sosoknya sebagai orangtua, rakyat Papua berhak mencari orangtua pengganti, yang sayangnya, pun belum tentu lebih baik. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Dilematis...!!!</blockquote>
<div style="text-align: center;">
*****</div>
<br />La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-68980173383395201172016-08-20T18:18:00.000-07:002016-08-25T17:24:50.260-07:00>>>MONEY - 3<blockquote class="tr_bq">
Emas adalah salah satu unsur utama dalam ilmu kimia. Jelas, ia adalah perwujudan sebuah energi. Massa dan beratnya jelas bisa diukur. Konsistensi? Semua unsur alam sudah pasti konsisten. Daya tahannya pun sama, unsur tak bisa lagi diurai. Ia abadi.<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Uang? Uang memang wujud energi. Ia adalah kombinasi beberapa unsur alam yang dibentuk sesuai standar yang diinginkan. Mengukurnya? Wah ini sulit. Uang itu memiliki nilai nominal yang dianggap mewakili wujud energi. Belum lagi mata uang setiap negara berbeda-beda. Dan, nilai tukar yang fluktuatif membuat nilai selembar uang bisa naik dan turun dalam waktu singkat. Tak beda jauh dengan pasang surut air laut. </blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNIQ8KvZ7XE-O_N71Y4_3rCBoBo0nUfBV0xraOASp-r6ZDY8gRxNV0uH1jg4jyosODSSUHIGn-ttHRcgfcyN90E4FrJwAZA1i82dxyC6hNN6ME4or2uQsXSrPKlCpOGOH7dkIE2_CbXpQR/s1600/3859582-earnings-heap-of-golden-coins-isolated.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNIQ8KvZ7XE-O_N71Y4_3rCBoBo0nUfBV0xraOASp-r6ZDY8gRxNV0uH1jg4jyosODSSUHIGn-ttHRcgfcyN90E4FrJwAZA1i82dxyC6hNN6ME4or2uQsXSrPKlCpOGOH7dkIE2_CbXpQR/s400/3859582-earnings-heap-of-golden-coins-isolated.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://www.colourbox.com/image/earnings-heap-of-golden-coins-isolated-image-3859582">img.</a> <i>Koin Emas</i></td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq">
Konsistensi? Dari penjelasan di atas sudah jelas, No! Daya tahan? Bahan uang yang berupa kertas bukanlah unsur alam. Ia tak abadi. Namun begitu, toh manusia moderen tetap sepakat bahwa uang adalah segalanya. Bahkan Tuhan pun dinomorduakan, atau malah dianggap tak ada. Yang ada hanyalah uang, hanya uanglah yang eksis, bukan Tuhan. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Waktu berlalu, uang yang pada awalnya hanya mewakili nilai energi alam, kini bertransformasi menjadi energi itu sendiri. Kita lupa bahwa hukum kekekalan energi tak pernah habis masa berlakunya. Saat uang telah berubah ke bentuk digital maka siapakah kini yang bisa membedakan antara uang asli dan palsu? Bisakah hukum kekekalan energi itu dikelabui? </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Seorang penjual buah menerima uang dari pembeli, maka nilai uang tersebut mewakili jumlah energi alam dalam buah. Uang tadi disetor ke bank oleh si penjual buah. Uang bercampur dengan uang lain yang mewakili energi alam berbeda. Sampai di sini semuanya tampak normal. Hingga suatu saat seseorang berinisiatif mencetak uang palsu atau melakukan rekayasa data keuangan, maka terciptalah yang disebut sebagai energi kosong/maya. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Uang atau nilai sejumlah uang yang tak berasal atau tak mewakili energi semesta tentu saja tak bisa dianggap telah menambah jumlah energi alam semesta, sebab energi adalah kekal dan konstan. Masalah terpelik bagi manusia moderen adalah bagaimana menentukan apakah uang di tangan saat ini benar-benar uang yang memiliki nilai energi alam semesta atau tidak? Apakah istilah "uang panas" bisa menjelaskan persoalan tersebut? </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Keaslian uang semakin sulit dideteksi. Dan saat uang sudah bertransformasi dalam bentuk digital maka adakah jalan bagi orang awam untuk bisa menentukan keaslian uang tersebut? Kemudahan transaksi yang ditawarkan teknologi moderen rupanya disertai juga semakin rentannya pemalsuan uang. Uang tak lagi nyata. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Ketika sebuah Kekuasaan berjubah Kehormatan yang ternyata hanya berawal dari transaksi Uang, maka ia akan segera berhadapan dengan hukum kepastian alam, Hukum Kekekalan Energi. Alam akan menguji seberapa jauh Kekuasaan itu bisa bertahan dari keniscayaan hukum alam. Semesta akan memilih apakah MRP atau DMJ yang layak bertahan. Alam akan menyeleksi apakah Kapitalisme atau Pancasila yang akan berdiri paling akhir.</blockquote>
<br />
<div style="text-align: center;">
*****<br />
<br /></div>
La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-51337872537268641762016-08-16T18:20:00.000-07:002016-08-20T18:10:46.935-07:00>>>MONEY - 2<blockquote class="tr_bq">
Jika derajat sosial manusia moderen berbanding lurus dengan kekayaan, yang akhirnya menjelma menjadi sebuah kebenaran sendiri, maka isi kitab suci mungkin tak perlu lagi dijadikan rujukan. Padahal Tuhan dikatakan akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu [QS 11:3], bukan yang berharta. Di sini terlihat kontradiksi antara selera Tuhan dan selera manusia moderen.<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Manusia moderen meletakkan kemuliaan pada harta <i>(Money)</i>. Mereka percaya bahwa harta adalah kemuliaan. Sementara Tuhan lebih senang untuk memuliakan hambaNya yang beriman dan berilmu (ilmu yang bermanfaat). Harta hanyalah bonus, bukan kemuliaan itu sendiri. </blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFj4-SffoCvT5Wa25ufN0g1Mxe5a33uROK2fozqM9P-f2zMMNWsGXAwtOXag53Mpi1FTlGYwvWoqpKoUSG-WRHk0ney2UWd7j41cxg0yrSkxuukYIF7ygoUBeONhsSjKP5FhNrsNlcFOPO/s1600/energi-tidak-bisa-dimusnahkan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFj4-SffoCvT5Wa25ufN0g1Mxe5a33uROK2fozqM9P-f2zMMNWsGXAwtOXag53Mpi1FTlGYwvWoqpKoUSG-WRHk0ney2UWd7j41cxg0yrSkxuukYIF7ygoUBeONhsSjKP5FhNrsNlcFOPO/s400/energi-tidak-bisa-dimusnahkan.jpg" width="397" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://cahayahipnoterapi.com/wp-content/uploads/2015/05/energi-tidak-bisa-dimusnahkan.jpg">img.</a> <i>Kekekalan Energi</i></td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq">
Akan sangat sulit dielakkan di kehidupan nyata bahwa harta adalah penunjang gengsi dan popularitas seseorang. Popularitas pun dianggap salah satu indikator kemuliaan. Kemuliaan dan puja-puji selalu menyertai orang-orang populer. Dalam budaya konsumerisme, popularitas menjadi andalan utama untuk mengangkat citra sebuah produk. Artinya, orang populer akan mudah mendatangkan uang dan juga berpotensi mengundang konsumen baru. Dalam iklim seperti inilah MRP akan tumbuh sehat dan subur. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Kapitalis mengandalkan uang untuk meraih respek/penghormatan dan kekuasaan. Kekuasaan adalah payung kemuliaan. Sesiapa yang loyal dan penurut (beriman pada uang) dialah pemenang yang berhak atas derajat kemuliaan. Tuhan tak punya tempat dalam dunia mereka. Keadilan dan Surga bisa dibeli..!! Benarkah?? </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Ketika kita menerima bahwa uang adalah kunci kemuliaan dalam diri manusia moderen, maka sampailah kita pada pertanyaan; Apakah uang itu sungguh-sungguh eksis/nyata? Andaikan ia nyata, lalu; Siapakah sebenarnya pengendali distribusi keuangan dunia? </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Kita urai dulu misteri dari pertanyaan kedua. Siapakah pengendali keuangan dunia? Akan sangat sulit untuk menjawab. Perdebatannya bisa tak berujung. Namun indikator utama pihak ini tentu adalah; kekayaan dan kemakmuran sudah pasti berpusat pada Sang Pengendali uang itu sendiri. Kekayaan pastilah milik Sang Pengendali. Pesannya berbunyi, "Follow the money". </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Pesan berbeda kita peroleh dari ajaran agama, "Follow the Prophet" atau "Follow the God". Perdebatan soal ini tentu akan berujung pada panutan tertinggi dalam agama masing-masing. Yang jelas, belum pernah terdengar sebuah agama mengajarkan "Follow the money" dalam prinsip-prinsip ajaran maupun kepercayaan mereka. Jika pun ada, maka seharusnya tindakan pertama Tuhan setelah menurunkan Adam dan Hawa ke permukaan bumi adalah: Membukakan rekening bank untuk mereka berdua. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Apakah ada..??!! Nyatanya belum ada satupun bukti sejarah jika Adam dan Hawa pernah memiliki rekening bank. Ada..?? Ya, ialah... Kalau pemilik rekening yang bernama Adam atau Hawa sih mungkin saja ada. Tapi bukan Adam dan Hawa dari surga, ya kan..?! </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Kembali pada misteri pertama; Apakah uang itu eksis/nyata? </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Uang dan emas adalah alat tukar yang lumrah digunakan oleh manusia. Namun eksistensi emas jauh lebih tua dan juga jauh lebih kekal dibanding uang (koin maupun kertas). Manusia moderen sepakat menggunakan uang sebagai alat tukar. Mobilitas dan daya jelajah uang memang luar biasa. Perkembangan terakhir, uang kini bertransformasi dalam bentuk digital. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Berpedoman pada hukum fisika bahwa; <b>"Energi adalah kekal. Ia tak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Ia hanya akan berubah bentuk,"</b> pertanyaan mulai muncul. Pertama; Apakah uang adalah perwujudan sebuah energi? Kedua; Bagaimana mengukurnya? Ketiga; Konsistensinya seperti apa? Keempat: Daya tahannya sejauh mana?</blockquote>
La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7843109723202720997.post-22329019844680505462016-08-13T02:42:00.001-07:002016-08-16T18:22:59.618-07:00>>>MONEY - 1<blockquote class="tr_bq">
MRP adalah trisakti Kaum Kapitalis sementara Daulat, Mandiri dan Jati Diri (DMJ) menjadi trisakti seorang Pancasilais. Kekayaan <i>(Money)</i> membangun Kehormatan <i>(Respect)</i> dan Kehormatan adalah jubah Kekuasaan <i>(Power)</i>.<br />
<a name='more'></a></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Di negeri Pancasila, Kemerdekaan (Daulat) merupakan syarat Kemandirian dan Kemandirian adalah jubah Kesejatian Diri. Bangsa yang lupa jati diri (Sejarah dan Budaya) akan merasa tak mandiri, merasa inferior, merasa rendah diri. Bangsa yang inferior akan sangat mudah dirampas kemerdekaannya. Begitulah seleksi alam bekerja. Sejarah telah membuktikan. </blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVqRL-O9KUhRwFyeaZ-G2oc16b6RPVLVm1oOSo8ePLPTBJyoD0BcqbC1hif9tvJpwMhiIiodYQjKRVkONVbBlBHFS6Cf7ckntFSVGlCkBGxRWJK-EBoJ6LXrXuh32m2LMfb-uiFrK-rFya/s1600/6151934_20140810083358.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVqRL-O9KUhRwFyeaZ-G2oc16b6RPVLVm1oOSo8ePLPTBJyoD0BcqbC1hif9tvJpwMhiIiodYQjKRVkONVbBlBHFS6Cf7ckntFSVGlCkBGxRWJK-EBoJ6LXrXuh32m2LMfb-uiFrK-rFya/s320/6151934_20140810083358.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://s.kaskus.id/r540x540/images/2014/08/10/6151934_20140810083358.jpg">img.</a> <i>Merdeka Seutuhnya</i></td></tr>
</tbody></table>
<blockquote class="tr_bq">
Jika bangsa ini ingin merdeka, tak sekedar merdeka di atas kertas, maka hal pertama yang perlu dipersiapkan adalah mencari dan mengenal jati diri bangsa sendiri. Para Founding Father telah menguras fikiran mereka untuk merumuskan Pancasila. Rumusan Pancasila dianggap telah mewakili seluruh nilai dan jati diri masyarakat Nusantara, dari Sabang hingga Merauke. Generasi sekarang tak perlu lagi mengumbar waktu untuk menggalinya sendiri. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Kesejatian diri membangun rasa percaya diri dan percaya diri adalah modal utama untuk menegakkan kemandirian bangsa. Percaya bahwa produk negeri sendiri itu lebih baik dan lebih bermutu merupakan jalan bebas hambatan bagi terciptanya kemandirian bangsa. Bangsa mandiri tentu akan sulit untuk didikte semaunya, itu adalah tanda bahwa negerimu negeri merdeka. Sebuah negeri yang benar-benar MERDEKA. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Kembali ke MRP sebagai trisula kaum Kapitalis. Para mentor Kapitalis tak perlu bingung untuk menjajah sebuah negeri. Apalagi negeri paternalistik seperti Indonesia. Mereka bermodal kuat. Cukup letakkan uang dan jubah kehormatan pada seorang penguasa (boneka) maka kekuasaan telah bisa diremote sesuka hati. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Karena kekuasaan di negeri ini lahir di lingkungan para wakil rakyat (yang seharusnya mewakili rakyat), maka uang dan jubah kekuasaanpun diobral di wilayah ini. Wakil rakyat (boneka) akan tetap bernama wakil rakyat meskipun asupan nutrisi <i>(Money)</i> dan jubah kekuasaan <i>(Respect)</i> yang ada padanya bersumber dari para investor (<i>Power</i> sesungguhnya). Bukan dari rakyat di akar rumput. Rakyat hanyalah supporter pesta demokrasi. Pada prakteknya, rakyat bukanlah pemilik asli demokrasi. </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Celakanya, rakyat ikut-ikutan memberi penghormatan dan tetap mewakilkan kuasa mereka kepada para wakil rakyat (boneka) yang telah mabuk uang dan kuasa di gedung terhormat sana. Mereka yakin pada logika bahwa: Belum ditunjuk sebagai wakil rakyat saja mereka sudah bagi-bagi duit, apalagi jika mereka telah menjadi wakil kita? </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Padahal di balik layar, kekayaan dan kehormatan yang dipertontonkan kepada calon pemilih tak lain bersumber dari para investor bermodal kuat dalam berbagai modus dan bentuk. Intinya, seekor anjing akan selalu setia pada Sang Tuan. Pertanyaannya, siapa yang menjadi "Anjing", siapa pula yang menjadi Tuan? Dan kembali lagi, kuncinya adalah UANG!</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<a href="http://djasmerahputih.blogspot.com/2016/08/money-2.html">Next</a></blockquote>
<br />La Makkuragahttp://www.blogger.com/profile/10910656748953539721noreply@blogger.com0