Blogger Tricks

Tuesday, June 14, 2016

>>>014 AADB2

     Danau Kelimutu memiliki tiga warna khas yaitu biru, merah dan putih. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, setiap warna tersebut memiliki makna berbeda. Danau biru atau “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” dipercaya sebagai tempat berkumpulnya jiwa kaum muda yang telah wafat. Danau merah  atau “Tiwu Ata Polo” adalah tempat para arwah yang dalam hidupnya melakukan kejahatan atau sihir. Danau putih atau “Tiwu Ata Mbupu” dipercaya sebagai tempat berkumpulnya arwah orang-orang tua.
     Paris dan Rina mengamati danau satu persatu sambil mengikuti satu rombongan kecil turis lokal yang diantar seorang pemandu wisata. Penjelasan tentang arti dan cerita-cerita seputar Danau Kelimutu menarik perhatian mereka berdua. 
img.  Gunung dan Danau Kelimutu
     Rombongan baru saja usai mendatangi danau ketiga. Rini menyapa Paris untuk merencanakan perjalanan mereka setelah ini. 
"Paris..!" 
"Yah...?" 
"Balik ke Itali kapan? Boleh mampir ke Lombok lagi, nggak?" 
"Mungkin dua minggu lagi. Ke Lombok? Ayo. Saya akan habis libur di Bali. Saya ingin Ubud, belajar lukis." 
"Wow.. aku ikutan yah? Mau nyari kelas meditasi juga di Bali. Tapi kita ke Lombok dulu, kan?" Rini bertanya penuh semangat. 
"Iya, ke Lombok belum saya puas. Masih banyak tempat saya belum datang. Ada Rini seru pasti lebih, kan?" Rini mengangguk setuju, meski agak bingung dengan tata bahasa Paris. Mereka sepakat ke Lombok besok sore. Rini akan mengurus tiket perjalanan. 
     Setelah puas mengitari Danau Kelimutu, Rini dan Paris bergegas pulang. Mereka tak ingin kemalaman di jalan. Perjalanan ke Kota Ende masih butuh waktu lebih dari sejam. 
     Paris sangat menikmati kehadiran Rini. Mungkin akan terasa jauh berbeda jika ia bersolo traveling seperti biasa. Sebaliknya Rini pun terkesan pada Paris. Keseriusannya belajar bahasa patut diacungi jempol. Juga tentang pemahaman pada sosok Bung Karno. Rini justru sedikit iri untuk hal ini. Kok, orang luar malah lebih banyak tahu tentang presiden pertama RI tersebut. Sementara Rini sendiri mengenal hanya sebatas kehidupan pribadi beliau saja, bukan tentang ide, pikiran dan perjuangannya bagi kemerdekaan Indonesia. 
     Dalam perjalanan pulang ke Kota Ende kedua sahabat sibuk dengan agenda masing-masing. Paris masih terus memainkan gawai cerdas, mengasah kemampuan berbahasa Indonesia. Sementara di sebelah, Rini hanya asyik menatap keindahan hutan di sisi kiri-kanan jalan. Rini takjub pada negerinya. Sebuah rasa yang akhir-akhir ini makin menumpuk dalam hati dan pikiran Rini. 
     Dibanding Paris, Rini masih tergolong traveler amatiran. Ia baru mampu  menjelajahi beberapa tempat di sepanjang Pulau Jawa, Bali, Lombok, NTB dan NTT. Sementara Paris telah melanglangbuana ke negara-negara di berbagai benua. 
     Indonesia menjadi salah satu tempat favorit Paris. Ia selalu ingin kembali ke Indonesia, tak seperti negeri lain yang pernah dikunjungi. Darah leluhur dari Sang Kakek mungkin telah menghipnotis alam bawah sadarnya, rasa ingin menumpahkan cinta di kepulauan terindah nusantara ini. Niat menjelajahi setiap tempat negeri leluhur begitu besar dalam diri Paris. Termasuk mengunjungi Makassar, kampung kelahiran Sang Kakek tercinta yang hingga liburan tahun ini belum sempat juga ia singgahi.


No comments:

Post a Comment