Blogger Tricks

Wednesday, June 8, 2016

>>>008 AADB2

"Waah.., hebat. Rupanya anak ibu pengagum berat Bung Karno. Kalau saya sih hanya pengagum biasa. Saya justru kagum pada orang Bali, yang sangat menyanjung sosok Bung Karno. Buktinya, Sukarno Center malah berada di Pulau Bali. Betul nggak, bu..?" 
"Iya, memang betul, dek.. Anak saya juga sangat gembira saat diterima bekerja di sana. Ia tentu akan bekerja merawat koleksi Bung Karno dengan sepenuh jiwa, sepenuh hatinya. Ia begitu bahagia." 
img.  Sukarno Center
"Oh, ya...? Kebetulan bu, baru saja saya berencana ke tempat itu. Boleh tau nama anak ibu?" Bon-Bon sangat senang jika bisa mengenal si anak penjaga warung. 
"Namanya Wisnu, masih sebaya dengan adek. Ia juga melayani para tamu museum, kayak bule-bule itu.." 
"Oh, Iya. Wisnu! Akan saya tanyakan sesampai di sana, bu. Makasih..." 
     Bon-Bon meninggalkan warung unik itu setelah membayar hidangan santap pagi. Tak lupa ia berselfie sejenak dengan latar belakang foto Bung Karno yang ada di dalam warung. Setelah itu ia melanjutkan langkahnya. Bon-Bon menikmati alam sambil menyusuri tepi jalan, berjalan riang menuju museum pemimpin idolanya, museum putra Sang Fajar, Bung Karno. 
*****
     Mamam baru saja tiba, lelah mendera sekujur tubuh. Seperti biasa, setelah bertugas sebagai instruktur beladiri, Mamam akan duduk berselonjor kaki di sebuah kursi malas di beranda depan rumah. View ke arah lereng kebun teh akan mengobati seluruh rasa lelah itu. 
     Namun kelelahan kali ini terasa lebih berat. Mamam merindukan Sang Anak, Bondan Bien. Nama lengkap Bon-Bon memang sangat kontradiktif. Antara tradisional dan moderen, etnik dan global, macho dan girly, dulu dan kini juga antara keseriusan dan canda. Karakter yang juga ada dalam diri seorang Bon-Bon. 
     Kelelahan mungkin segera hilang beberapa saat lagi. Namun kerinduan, rasa sepi tanpa Bon-Bon adalah sebentuk kelelahan yang hanya dapat terobati oleh kehadiran Bon-Bon. Kerinduan dan rasa sepi berkolaborasi dalam diri Mamam. Kedua rasa itu seakan memenuhi hari-hari sepeninggal anak semata wayang. Sebuah rindu di atas rindu, sepi di atas sepi. Sebab di saat yang sama Mamam masih tetap merindukan Pram, suami terkasih. Setetes air mata jatuh menjuntai di pipi. Seakan tetesan air mata terakhir, sebab sesungguhnya air mata itu telah kering. Mengering oleh penantian teramat panjang. 
"Mamam...!! Jaga dan rawat anak kita baik-baik, ya..!!" Kata-kata terakhir Sang Suami mengiang jelas di telinga Mamam. Saat itu, Mamam hanya bisa mematung, begitu lama, sampai akhirnya bayangan Pram menghilang di tengah kerumunan para penumpang di Bandara termegah Indonesia Timur. 
     Mamam tertidur. Beban itu membuatnya kehilangan daya. Lalu, sebuah mimpi datang menghibur di tengah ketakberdayaan. Mimpi bertemu kedua orang terkasih. Sebuah mimpi yang terlalu indah untuk menjelma nyata. Sayang, semua itu hanya mimpi. Mamam terbangun oleh jilatan Cheryl di penghujung sore. Mamam bangkit dengan tenaga dan pikiran yang segar. Pulih dari segala beban. Mamam berharap mimpi itu akan datang kembali.
*****

No comments:

Post a Comment