Blogger Tricks

Wednesday, September 2, 2015

>>>TREND BRUTALISME? - 2

Trend Brutalisme? - 1 
     Peristiwa genosida terhadap ratusan ribu pendukung dan para simpatisan PKI adalah sebuah "konsekwensi brutal" atas terbunuhnya beberapa orang petinggi militer Angkatan Darat. Logika yang terbaca bahwa kematian seorang petinggi militer sepadan dengan puluhan hingga ratusan jiwa rakyat biasa bukan saja brutal dan memperkosa akal sehat, tapi juga jauh melampaui kewenangan Tuhan. Tuhan saja masih mengabulkan sejumlah permintaan Iblis yang jelas-jelas telah menentang perintah-Nya. Padahal jika mau, bisa saja Tuhan "menghabisi" eksistensi Iblis saat itu juga.
img.  Tuhan tak menyerukan kebrutalan
     Konflik bernuansa etnis sebagai penanda tumbangnya Orde Baru juga tak lepas dari sebuah "konsekwensi brutal". Bagaimana mungkin dendam terhadap segelintir elit konglomerat penguasa harus dilampiaskan secara brutal kepada ribuan rakyat Indonesia yang kebetulan (bukan atas kehendak sendiri) terlahir sebagai etnis berbeda? Apakah logika bahwa akibat dari tindakan seseorang wajar-wajar saja ditimpakan pada etnis dan atau juga agamanya, bukanlah sebuah bentuk kebrutalan? Pepatah "siapa menabur akan menuai" mungkin masih perlu diuji lagi kebenarannya. 
     Trend Brutalisme nyatanya memang masih dan sedang berlangsung. Wawasan sempit dan informasi liar dalam sebuah issu memicu mudahnya sebuah reaksi dan tindakan brutal. Media massa dan lini media sosial juga berperan penting bagi menjamurnya kebrutalan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Komentar-komentar lebay  bernada provokatif mudah kita jumpai di media massa dan sosial. Jika terus terjadi, pembiaran terhadap trend kebrutalan ini suatu saat akan menjadi sebuah legitimasi akan rendahnya intelektualitas bangsa sendiri. Apakah ini pertanda bahwa amanah "mencerdaskan kehidupan bangsa" dari para bapak bangsa telah lalai diemban oleh negara? Apakah ada sesuatu yang salah dengan sistem pendidikan kita? Hanya waktu yang bisa menjawab. 
     Syukurlah bahwa keberadaan media sosial saat ini bisa menjadi medium informasi alternatif bagi warga untuk membentengi diri dari upaya penyebaran nilai-nilai kebrutalan serta bentuk pembodohan lain di media-media mainstream tertentu. Semoga saja kecerdasan anak bangsa tak lagi tergadai oleh tuntutan ekonomi dan bentuk-bentuk tekanan lain. Tindakan brutal bukanlah jati diri bangsa Indonesia. Sejarah menunjukkan bahwa para leluhur telah memberikan contoh keterbukaan, toleransi, kearifan dan keluhuran budi pekerti kepada anak keturunan mereka, ratusan juta jiwa manusia yang kini menghuni sebuah negeri cantik bernama NKRI. Sering-seringlah menelusuri sejarah para leluhur. Tengoklah jejak para raja maupun ulama bijak negeri ini. Lakukanlah tes DNA untuk membedakan si anak tiri dan anak kandung. Semoga suatu saat kalian akan bertemu dengan sebuah kenyataan, "Brutal? Sory, gue nggak kenal..!!dia bukan anak gue..."


No comments:

Post a Comment