Pancasila adalah
ideologi universal. Bung Karno dalam pidato tanpa teks pada tanggal 1 Juni 1945
telah menjabarkan dengan gamblang falsafah dasar dari ideologi Pancasila. Watak
dasar ideologi Pancasila adalah nasionalisme namun nafasnya adalah
perikemanusiaan (humanity). Tubuhnya dari bahan lokal namun cahayanya bersifat
universal. Sebuah ideologi yang menembus sekat-sekat ciptaan faham fasisme
namun menarik diri dari sebuah faham kosmopolitan yang dalam pandangannya meniadakan eksistensi sebuah bangsa.
Seperti sebuah irama musik ideologi Pancasila adalah komposisi sempurna yang dapat dinikmati oleh bangsa-bangsa di berbagai belahan penjuru dunia. Nada musiknya begitu mudah untuk dicerna sehingga tanpa sadar telah merasuk ke dalam sukma. Hanya kesombongan dan keangkuhan yang bisa memecah pesonanya. Pancasila adalah ruh NKRI yang bersumber dari cahaya alam semesta. Walaupun ia bersemayam dalam tubuh Indonesia namun auranya melingkupi seluruh bangsa-bangsa di dunia.
Kemajuan teknologi
sekarang ini telah mengaburkan sekat-sekat antar negara. Ideologi Pancasila
dengan mudah dapat dipertontonkan ke panggung dunia. Ibarat cahaya lampu di dalam
sebuah ruang berdinding kaca, ia tetap berdiri dengan kelokalannya tapi
sinarnya bisa dinikmati oleh bangsa-bangsa di sekitarnya. Namun sebuah
pertanyaan tiba-tiba muncul, apakah anak-anak negeri ini telah menyadari
keberadaan dari ruh bangsa mereka sendiri...?? “I don’t thinks so..” Walaupun segelintir pemuda tetap teguh pada
idealismenya, masih butuh waktu untuk membuktikan apakah idealisme itu masih
bisa bertahan saat ia bersentuhan dengan kehidupan nyata.
No comments:
Post a Comment