Meskipun berkali-kali dibantah sebagai gerakan politik, mobilisasi puluhan ribu massa dari luar kota untuk menjatuhkan salah satu kandidat peserta Pilkada sudah pasti akan berdampak politis. Umat Islam bergerak heroik membela kitab suci dan agama mereka. Sayang, mereka tak menyadari bahwa sekelompok Kepentingan akan sangat diuntungkan oleh aksi suci dan mulia tersebut.
Bebek jalan berbondong-bondong, Elang terbang sendirian. Itulah pepatah yang sering diungkapkan oleh Bung Karno saat menghadapi hujan demo mahasiswa di masa lalu. Bebek-bebek bergerombol berjalan sesuai kehendak Sang Pengembala. Mereka tak perlu argumen, mereka cukup diberi permen (demo=jihad=surga). Mereka bertindak berdasarkan rasa (ketersinggungan). Lantas, apa bedanya dengan anak kecil?
Satu hal patut dibanggakan. Dengan jumlah massa demikian besar, demo 411 berjalan tertib dan damai. Di luar perkiraan beberapa pengamat. Dalam hal ini sikap kedewasaan itu telah terlihat. Mereka bertindak memperhatikan nilai-nilai kepantasan sebagai warga negara yang baik. Nalar mereka bekerja hingga tak mempan diprovokasi.
Boleh dikata saat ini mereka telah Naik Kelas. Meskipun motivasi berdemo masih kekanak-kanakan, tindakan para pengunjuk rasa selama berdemo menunjukkan tingkat kedewasaan berfikir dan bertindak mereka. Namun, di tengah pergaulan dunia yang semakin mengglobal ini, ternyata sikap kedewasaan belumlah cukup. Kita butuh kemapanan fikir dan sikap.
Kepakan sayap kupu-kupu di Amazon sanggup memicu badai pasir di Gurun Sahara. Begitulah kerja semesta. Segalanya terhubung. Terkoneksi.
Binggo..!! Demopunberakhir ricuh.
Kericuhan di akhir demo bukanlah sebuah kejutan. Ia hanya mampu dibaca dan terdeteksi jauh-jauh hari oleh Manusia-manusia Mapan. Kelompok ini banyak belajar dari sejarah, bahwa tak semua yang nampak dipermukaan merupakan sebuah fakta natural. Teknologi komunikasi memungkinkan satu cerita akan terlihat sebagai fakta. Banyak hal dalam sejarah yang sebelumnya dianggap fakta ternyata hanyalah pentas drama Reality Show.
Faktanya, masyarakat kita memang penggemar ilusi Drama. Apalagi jika mereka bisa terlibat di dalamnya. Namun, terlalu banyak drama akhirnya akan membuat kita Tinggal Kelas. Generasi penerus tak akan pernah Naik Kelas. Tak akan pernah sanggup menjadi Manusia-manusia Mapan. Menjadi Dewasa telah dirasa cukup.
Yah.., mungkin kita tak akan pernah Naik Kelas lagi. Bahkan jika harus menunggu hingga Lebaran Kuda..!! Anda Mau..??!!
No comments:
Post a Comment