Blogger Tricks

Tuesday, June 2, 2015

>>>BULAN BUNG KARNO

     Juni adalah bulan istimewa dalam sejarah seorang Bung Karno. Dalam bulan ini beliau lahir (1901), memperkenalkan Pancasila untuk pertama kalinya (1945) hingga wafat di sepertiga akhir Juni tahun 1970. Ketiga peristiwa bersejarah ini menjadi tonggak paling penting di antara sekian banyak hal dalam kaitannya dengan sejarah kemerdekaan RI. 

     Untuk seorang Sukarnois, bulan Juni bisa diidentikkan sebagai bulan Ramadhan bagi kaum Muslim. Bulan introspeksi segala hal yang telah berjalan setahun ke belakang. Sebuah momentum memperbaiki diri, mengukur hasil yang telah dicapai serta mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi tantangan apapun setahun ke depan.
img. Sedang apa Garudaku?
     Tujuh puluh tahun pidato Bung Karno tentang dasar negara kita, Pancasila, memunculkan pertanyaan bagi generasi muda saat ini. Dalam rentang waktu tersebut, masihkah Pancasila sebagai dasar negara dipahami dengan jelas oleh generasi ke-4 bangsa ini? Atau malah semakin luntur tergerus oleh roda zaman. Sang Garuda mungkin mulai terlihat lesu dan malas untuk mengangkasa. Kaki-kakinya terikat rantai masalah yang tak kunjung usai. Paruhnya tak tajam lagi, tatapannya kosong penuh keputusasaan. Mampukah generasi muda mengemban amanat dan cita-cita Bung Karno, tujuan berbangsa dan bernegara kita, mencapai masyarakat adil dan makmur?

     Jika saja sejarah tak dikotori oleh ampas-ampas kekuasaan, mungkin rentang waktu 70 tahun tergolong cukup lama bagi sebuah bangsa untuk meraih impian generasi para pendahulunya. Andai bunuh diri bangsa 1965 tak pernah terjadi, andai persatuan dan gotong-royong masih lekat dalam sanubari, andai kita sebagai bangsa tak berjalan mundur, seharusnya dua generasi setelah kemerdekaan 1945 kita sudah mampu melihat bahwa tanda-tanda masyarakat adil dan makmur itu telah mulai terlihat dengan jelas. Jepang sebagai bangsa kalah perang dengan sumber daya yang hancur di tahun yang sama hanya butuh 30 tahun untuk bangkit dari keterpurukan.

     Apakah kita sebagai bangsa tak pernah membaca sejarah? Atau mungkin saja kita telah membaca sejarah yang keliru dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman? Mampukah generasi muda saat ini membersihkan noda sejarah itu? Atau, jangan-jangan kita memang dengan sengaja telah lalai dan memilih untuk melupakan sejarah? Sesuatu yang sudah diwanti-wanti Bung Karno sejak lama. "Jangan sekali-kali melupakan sejarah..!" 

Jika Juni tahun depan sikap kita masih seperti sekarang,
entah apa reaksi para leluhur bangsa ini.

Sadarlah pemudaku, bagkitlah bangsaku...!!


No comments:

Post a Comment