Blogger Tricks

Wednesday, June 3, 2015

>>>PERAN PEMUDA

     Bung Karno hanya memerlukan 10 pemuda untuk mengguncang dunia. Begitu besar peran dan pengaruh seorang pemuda dalam pandangan beliau. Tapi, pemuda seperti apa yang dimaksud oleh Bung Karno? Bagaimana jika 10 pemuda tersebut ternyata hanyalah seorang pemuda galau, sensitif, manja, play boy dan hanya sibuk dengan urusan batu akik? Masih sanggupkah mereka mengguncang dunia? 

     Tentu saja kriteria pemuda tadi bukanlah tipe pemuda yang dimaksud Bung Karno. Mereka haruslah seseorang yang berkarakter kuat, bermental baja, cerdas, berilmu, paham ajaran agama serta mengerti sejarah dan tujuan perjuangan bangsanya. Pemuda ini sadar akan pentingnya peranan sebuah ideologi bagi dinamika kehidupan sebuah bangsa. Ideologi adalah platform, dasar negara, akar seluruh nilai dan norma kehidupan berbangsa dan bernegara. 
img.  Pemuda aktif dan dinamis
     Pancasila adalah ideologi NKRI. Seorang pemuda tanpa pengetahuan dan pemahaman dasar tentang nilai-nilai Pancasila, mustahil akan mampu memberi kontribusi penting/berharga bagi bangsa Indonesia. Mereka bahkan akan dengan mudah dimanfaatkan oleh pihak asing untuk menghancurkan negerinya sendiri. Iming-iming harta, kuasa dan nafsu syahwat adalah godaan tipikal bagi siapapun. Dan ketika benteng ideologi seseorang tidak cukup memadai, di saat itulah sebuah prestasi dan kehebatan hanya akan menjadi senjata makan tuan bagi pelaku dan orang di sekitarnya.

     Tragisnya, di tengah bombardir informasi dan penetrasi budaya serta ideologi miskin nilai dari luar, para pemuda kita malah disibukkan dengan urusan dan kegiatan sia-sia. Tawuran antar pelajar dan mahasiswa, demo pesanan, pesta narkoba, pergaulan bebas, aborsi, hedonisme para selebritis dan lain-lain, menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi para orangtua dan pemimpin negeri.

     Sayang sekali, media massa malah mengambil untung dari hiruk-pikuk dan desas-desus tak jelas tentang perilaku selebritis yang rata-rata berusia muda ini. Program gosip murahan sangat digemari. Dan, bukannya mendidik mereka untuk lebih memikirkan negerinya, media massa menganggap kegemaran bergosip sebagai pasar bagi produk siaran bertema serupa. Para pengamat pun larut dan terjebak dalam debat kusir. Politikus vokal dan kontroversial menjadi idola pemberitaan. Peran media sebagai sarana mencerdaskan kehidupan berbangsa berada di titik nadir. Untung saja media sosial dan konten digital di situs internet mampu menjadi alternatif informasi bagi mereka yang ingin lepas dari kacamata kuda pemberitaan media-media main stream.

     Bernegara dan berbangsa adalah tentang mempersiapkan sebuah generasi penerus. Saat para orangtua gagal membina, mendidik dan menjaga anak-anak mereka, maka kehancuran dan keterpurukan bangsa hanya tinggal menunggu waktu. Jika ingin melihat akan seperti apa sebuah negeri di masa depan, lihatlah seperti apa generasi muda mereka saat ini. Sudah waktunya untuk berbenah..!!


No comments:

Post a Comment