Blogger Tricks

Monday, June 20, 2016

>>>020 AADB2

     Made menepikan mobil. Bon-Bon heran, tak ada pura di sekitar sini. Rumah pendudukpun masih jarang. Hanya ada hamparan sawah berundak dan juga hutan kecil. Mobil berhenti tepat di sisi jalan. Made meraih gawai di dashboard, tepat di depan speedometer.
     Sejak tadi cahaya led berkedap-kedip. Ada telepon masuk rupanya. Made sengaja tak mengaktifkan volume ponsel, ia sering terkejut oleh suara nada panggil. Kupingnya terlalu sensitif. 
     Terlihat sebuah notifikasi, dua kali panggilan tak terjawab. Pak Pendeta! Mungkin beliau telah lama menunggu. Helena dan Bon-Bon mengamati Made, ingin segera mengetahui identitas si penelepon. 
"Pak Pendeta, mungkin ingin menanyakan posisi kita. Seharusnya tadi dari bandara kita langsung menuju Uluwatu. Masih on time, sih..! Mungkin Pak Pendeta ingin memajukan jadwal pertemuan." 
img.  Misteri Uluwatu
"I'm sorry..!" Helena merasa bersalah. Ia memang agak sedikit memaksa ke resto favoritnya itu. Sudah lama Helena tak makan di sana. 
"Ngga apa-apa. Toh  kita masih on time, kan? Lagi pula belum tentu Pak Pendeta ingin memajukan jadwal pertemuan. Bisa saja hanya ingin memastikan keberadaan kita saat ini." Bon-Bon menghibur Helena. 
"Iya, kamu benar, Bond..!" Ujar Made sambil berusaha menelpon balik ke nomor Pak Pendeta. Tak ada jawaban, hanya terdengar nada sibuk. 
     Made keluar dari mobil. Lebih baik mengambil sedikit jeda sebelum melakukan panggilan ulang. Sambil iseng, Made mengamati tekanan keempat ban mobil, juga lampu-lampu dan area di sekitar bumper. Tak ada hal aneh, semua baik-baik saja. 
     Namun ada yang aneh, bulu kuduknya tiba-tiba merinding, hawa dingin terasa menusuk tulang. Made bergegas masuk ke dalam mobil. Bon-Bon dan Helena tak memperhatikan ketegangan di wajah Made. Keduanya asyik dengan gawai masing-masing. 
>Made cepat sedikit ya. Ada undangan mendadak dari warga.< Pesan dari Pak Pendeta masuk, tepat sebelum Made menekan tombol <call>
     Made menyalakan mesin mobil dan bergegas menuju pura. Hanya berjarak sekitar 50 m dari tempat tadi pandangan Made terhalang kabut putih yang tiba-tiba saja muncul di depan mereka. Tak ingin mengambil resiko, Made menghentikan laju kendaraan sambil menyalakan lampu darurat. Untung saja beberapa detik kemudian kabut itu berlalu dan hilang dari pandangan. Namun ketiganya tak menampakkan wajah gembira. 
     Tiba-tiba saja ketegangan memenuhi seisi mobil. Bon-Bon, Made dan Helena terperanjat. "Hey..!! Where are we..??!" Helena berteriak panik. Bon-Bon dan Made hanya terdiam. Keduanya berusaha mengumpulkan kesadaran. Kini, suasana di dalam mobil semakin mencekam! 
     Bon-Bon mengedarkan pandangan. Jalan yang tadinya berkelok nampak lurus tak berujung. Di kiri-kanan jalan nampak padang rumput tak bertepi. Hanya ada beberapa pohon kecil. Bukit-bukit berubah menjadi dataran. Sementara di belakang, jalan yang sama juga nampak tak berujung. Matahari menyembul di ujung fajar. Tangan Helena mencengkeram erat lengan Made. Ketegangan masih nampak di wajah. 
"Bond..?! Apakah kita berada dalam mimpi yang sama?" 
"Mmm.. ini bukan mimpi, Made..! Jangan panik, kita masuk ke dimensi alam berbeda!" 
"What does it mean??" Helena tak sanggup mencerna penjelasan Bon-Bon. 
     Suasana kembali hening. Ketiganya berusaha menenangkan diri. Made menyalakan lampu jauh dan membunyikan klakson berkali-kali, berusaha mengembalikan suasana seperti semula. Namun tetap saja tak ada yang berubah. Bon-Bon memberanikan diri beranjak dari dalam mobil, mengamati kembali segala keanehan di luar sana.


No comments:

Post a Comment