Seorang peneliti pada sebuah perbincangan dalam buku di tahun 2006
mengidentifikasi lima faktor yang
sama-sama dimiliki oleh organisasi-organisasi yang baik. Kelimanya adalah Keadilan,
Transparansi, Kepercayaan, Kerja sama dan Kemakmuran bagi semua yang terlibat.
Nilai-nilai tersebut bukanlah sesuatu yang asing bagi negeri ini, kelima hal
tadi telah dirumuskan jauh sebelumnya oleh pendiri negeri kita Bung Hatta dalam
buah pemikirannya, “Ekonomi Kerakyatan”.
Koperasi adalah sebuah organisasi Ekonomi Kerakyatan yang berjuang
untuk kesejahteraan semua anggotanya. Mereka adalah pemilik sekaligus karyawan
perusahaannya. Yang membedakan adalah skala dan cakupan keanggotaan
koperasi-koperasi ini. Nilai-nilai dalam koperasi bersifat universal dan
berimplikasi sosial. Di dalamnya terbangun jiwa kegotongroyongan yang mana
disebut oleh Bung Karno sebagai hakikat jiwa bangsa Indonesia. “Jika Pancasila
itu hendak kita susutkan menjadi satu Sila maka itulah Gotong Royong”.
Sesungguhnya,
perusahan-perusahan di dalam dan luar negeri, maupun individu-individu
di seluruh dunia yang menerapkan nilai-nilai gotong royong dalam kehidupan
pribadi dan perusahaannya maka mereka-mereka itulah pengusung ideologi
Pancasila sejati. Bangsa-bangsa itulah
yang bisa kita sebut “Bangsa Indonesia”.
Seorang wanita berkebangsaan asing di Bali berjuang untuk ibu-ibu hamil
dan melahirkan agar dalam proses persalinan berada dalam kondisi-kondisi ideal
menurut ilmu kesehatan, pada dasarnya telah menghembuskan nafas dari Pancasila
yakni perikemanusiaan. Para peneliti
dan organisasi-organisasi penyayang binatang dari luar negeri berjuang untuk
kelestarian Orang Utan di pedalaman Kalimantan mengamalkan nilai-nilai
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mencegah rusaknya ekosistem dari tangan-tangan biadab perusak hutan yang
bernama Harta dan Kekuasaan.
Bhinneka Tunggal Ika, keragaman yang satu, perbedaan adalah rahmat dan
nilai-nilai serupa lainnya, seluruhnya mewakili nafas dan jiwa ideologi
Pancasila yaitu perikemanusiaan (Humanity). Sebuah faham universal dan sejati.
Dimensi lokal ideologi Pancasila hanyalah pada kenyataan bahwa ruhnya ditiupkan
pada sebuah identitas Negara dengan batas-batas geografisnya yang disebut
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun
bentangan sayapnya menaungi seluruh bangsa-bangsa dan negara di dunia.
Pemahaman ini selain bersifat universal juga menunjukkan bahwa bangsa
kita sebenarnya adalah bangsa yang besar namun kemudian dikerdilkan sendiri
oleh para Pemimpin dan Pengelola Negeri ini yang berkarakter “Jajahan” dan
berpikiran jangka pendek. Hanya bisa memakan sesuatu dengan suapan dari
“induknya”. Bukan seorang Putera sang Fajar berkepribadian merdeka yang rela hancur dan terbakar agar cahayanya mampu
merangkul dan menyelimuti seluruh bangsa Indonesia.
No comments:
Post a Comment