Pada awal era kemerdekaan, bangsa Indonesia terus berproses dan berusaha untuk menemukan bentuk ideal pemerintahannya. Mengingat sejarah nusantara berasal dari gabungan berbagai kerajaan dan kesultanan di berbagai daerah. Berbagai bentuk terus diolah baik oleh kalangan internal maupun hasil dari interfensi negara luar. Salah satu yang paling efektif adalah model demokrasi terpimpin. Orde Lama dan Orde Baru menjadi bagian sejarah di dalamnya.
img01. Pemimpin Orde Lama dan Orde Baru
Sekilas hal ini tak akan terlihat pada zaman orde baru. Suharto menjalankan demokrasi terpimpin versinya sendiri. Demokrasi terpimpin memang menjadi model kepemimpinan paling sesuai di era tersebut. Hal ini disebabkan oleh heterogenitas unsur masyarakat Indonesia yang mengakibatkan tarik-menarik kepentingan terjadi di berbagai segi kehidupan berbangsa kita. Untuk itulah seorang tokoh sentral sangat dibutuhkan agar dapat menjadi mata anak panah berbagai keputusan strategis yang harus segera dihasilkan.
Rezim sebelumnya, Sukarno, telah melakukannya lebih awal namun dengan aroma sosialis yang kental. Sebuah aroma yang dianggap busuk oleh Amerika dan sekutunya. Sehingga, walaupun dianggap cocok untuk negeri ini, kepemimpinan Sukarno dirasakan sebagai ancaman serius bagi wibawa Amerika.
Unsur Nasionalis dan Islam adalah dua kutub utama dari berbagai kepentingan dalam dua dekade awal perpolitikan bangsa ini. Golkar merupakan wujud semu Demokrasi Terpimpin. Golkar juga adalah poros tengah versi orde lama. Apapun istilahnya sistem Demokrasi Terpimpin saat itu merupakan model paling efektif untuk merekatkan beragam elemen bangsa yang masih terus berproses mencari bentuk aslinya. Sistem ini juga menjamin stabilitas politik yang sangat diperlukan oleh para pelaku ekonomi dalam menjalankan bisnis-bisnis mereka.
Bersambung..
No comments:
Post a Comment