Indonesia adalah mercusuar yang belum menampakkan sinarnya. Cahayanya
terhalang kabut tebal peradaban dalam limpahan materi berisi kehampaan. Sebuah
bangsa dengan sejarah panjang namun belum mampu keluar dari cangkang telurnya
sendiri. Fajar itu telah menyingsing di tahun 1945 namun dengan segera tertutup
oleh awan tebal keserakahan dan terhapus oleh kabut pengkhianatan.
Sang Mercusuar tetap dalam persembunyiannya, namun secercah cahaya dari
Sang Pencipta telah datang dan mulai menyapa, kemudian membelainya. Sebuah
Bangsa dengan Jiwa Besar berjalan dengan tegar walau angin dan gelombang terus
menghantam.
Kicauan burung bersahutan berusaha mengganggu tidur lelap Garudaku. Dia
tetap gagah dan berwibawa, hanya sedikit terhuyung oleh racun peradaban yang
terus ditenggaknya. Kepak sayapnya masih lunglai namun perlahan mulai
mendapatkan kembali tenaganya. Matanya menatap kosong, berusaha menemukan dan
merangkul jiwa-jiwa Pancasila yang terhampar dan terserak di sepanjang
Nusantara. Kesadarannya mulai nampak dan satu demi satu langkah-langkah kecil
mulai diayunkan dengan ditemani oleh sang waktu. Suara alam semesta terus
berteriak memberi semangat. Para pengawal Kebenaran telah berkumpul kembali
dari delapan arah penjuru angin, kemudian berbaris rapi menuju pesta
penyambutan.
Saat-saat itu akan segera tiba, saat Garudaku kembali terbang
mengangkasa dengan sayapnya yang kuat, cakar yang erat menggenggam “Bhinneka
Tunggal Ika”, paruh yang siap merobek keheningan dan dengan sorotan
mata kewaspadaan. Alam semesta bersuka ria menyambut kedatangannya, semua
bergembira hingga awanpun menampakkan kebahagiaannya sambil menari-nari di
angkasa. Sebuah mercusuar telah kembali muncul menunaikan tugasnya, menunjukkan
arah ke dalam Dunia
Baru yang aman, tenteram dan sentosa sesuai dengan
cita-cita serta harapan para Pendiri
NKRI.
No comments:
Post a Comment