Dunia robot adalah dunia digital, dunia biner. Robot tak mampu menganalisa informasi non biner. Untuk mengendalikan kehidupan maka segala bentuk interaksi sosial harus bisa digiring ke arah dua sisi yang saling berlawanan. Demokrasi mapan ala Barat merupakan wujud sempurna sistem robotik. Partai Demokrat dan Republik merupakan elemen biner, dua pilihan, serupa dengan bilangan 0 dan 1 dalam teknologi digital.
img. Otak Digital |
Perang dunia kedua diawali dengan polarisasi dua kutub antara Blok Timur dan Blok Barat. Perang dingin memperhadapkan sistem Kapitalis dan Komunis. Pasca perang dingin dan bubarnya Uni Sovyet, masyarakat dunia kembali terpolarisasi ke dalam dikotomi Barat dan Islam. ISIS menjadi ayam aduan untuk memprovokasi pihak pendukung dan penentang. Dunia dipaksa memilih untuk berada pada salah satu pihak dan selanjutnya akan diadu dalam medan peperangan sesungguhnya. Demokrasi menjadi hakim untuk menentukan pihak yang benar maupun salah.
Tak seperti demokrasi yang hitam putih dan cenderung mengarah pada hukum rimba, Pancasila memberi ruang bagi sebuah sistem HUMANIS. Kemenangan salah satu pihak bukanlah target utama. Kemenangan mewujud pada sebuah kamanfaatan bersama, mengayomi seluruh golongan dan kelompok yang ada. Demokrasi mencari pemenang sementara Pancasila merumuskan tujuan bersama terlebih dulu sebelum menyepakati pihak yang akan diserahi tanggungjawab. Pancasila berdasar pada azas kekeluargaan dan kemanfaatan bersama. Pancasila mengarah pada bentuk dan nilai gotong-royong sebagai karakter asli masyarakat nusantara dan manusia pada umumnya.
Pancasila berbeda dengan demokrasi, ia jauh lebih luas dan fleksibel. Demokrasi hanya diperuntukkan bagi bangsa yang struktur masyarakatnya sederhana, homogen dan kaku. Demokrasi tak cukup untuk mengelola sejuta perbedaan dalam masyarakat nusantara. Demokrasi lebih cocok untuk mengelola para robot yang hanya mengerti tentang makan, bekerja dan istirahat. Ia tak menunjang hasrat berbudaya manusia. Robot tak memiliki hasrat dan rasa. Demokrasi telah cukup bagi para robot, tapi belum lengkap buat kodrat kemanusiaan. Hanya Pancasila yang sanggup melengkapinya.
*****
No comments:
Post a Comment