Kegagalan menempatkan Islam sebagai ajaran spiritual yang tidak berorientasi kekuasaan membuat agama ini menjadi kendaraan politik yang ampuh. Di tengah usaha Tan Malaka merangkul Islam sebagai mitra Komunis untuk mengusir penjajah, Islam justru mampu dieksploitasi dengan baik oleh Barat untuk menghancurkan komunisme di Indonesia. Bahkan dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajarannya sendiri. Mereka terjebak strategi False Flag, merangkul musuh jadi kawan dan menempatkan kawan jadi musuh. Sosok Islam kemudian muncul sebagai sosok yang mengerikan, sebuah citra yang terus ditumbuhkan hingga sekarang melalui stigma teroris. Islam tanpa karakter Islami.
img. Karakter Islami |
Kedangkalan nalar dalam era feodal serta kemiskinan nyali di jaman rezim otoriter membuat generasi 60-an hingga 80-an dihinggapi kegamangan. Tak jelas menentukan sikap bahkan terhadap Pancasila sebagai ideologi negerinya sendiri. Mereka hafal Pancasila namun sayang tak membekas dalam tindak tanduk sehari-hari. Persis seperti mereka memperlakukan agamanya.
Adalah hal yang sangat tak masuk akal sebuah negeri berpenduduk mayoritas muslim namun sangat identik dengan perilaku korup dan khianat. Apakah ini berarti ajaran Islam mengajarkan umatnya kedua perilaku tersebut? Tentu saja tidak. Mereka hanya terlalu tekstual. Mereka hafal Pancasila, juga mengerti defenisi muslim, "seseorang yang saudaranya selamat dari lidah dan tangannya", namun hanya sebatas teks semata. Ia tak mengejewantah dalam bentuk budi pekerti. Mereka jauh dari watak asli para leluhur.
Bahkan sebelum Islam masuk ke Nusantara sesungguhnya karakter Islami telah tumbuh subur dalam masyarakat. Sisa-sisa sejarah tentang hal tersebut bisa kita telusuri pada masyarakat Bali dan Jogja. Hebatnya, kedua provinsi ini tercatat memiliki tingkat korupsi terendah di Indonesia. Apakah ada yang salah dengan dunia pendidikan kita? Rasanya sih tidak. Kalaupun ada, mungkin tafsiran ilmu pengetahuan itu terlalu tekstual saja. Fokus pendidikan hanya pada hafalan, bukan implementasi. Tak berhasil menumbuhkan karakter, sikap dan budi pekerti seperti yang diajarkan dalam ideologi negara maupun agama-agama yang ada, khususnya Islam sebagai agama mayoritas.
Sebagian kita hafal Pancasila namun tak mampu bersikap Pancasilais. Masih ada kaum muslim mengerti Islam namun masih gagal berperilaku Islami (agamawan tapi tidak agamis). Dua pekerjaan rumah yang seharusnya sudah bisa dituntaskan setelah Era reformasi melanda negeri. PR bagi generasi saat ini.
*****
No comments:
Post a Comment