Dalam berbagai kebudayaan konsep Tuhan sering berbeda baik dalam nama maupun ritual pemujaan terhadapNya. Itulah sebabnya sila pertama Pancasila berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa. Kata "Ketuhanan" merangkum berbagai konsep tentang Tuhan, yang meskipun berbeda dalam setiap budaya dan kepercayaan di wilayah Nusantara namun memiliki sebuah nilai universal, yaitu Maha Esa. Orang Indonesia secara implisit sesungguhnya adalah penganut keyakinan pada Tuhan yang satu (Esa) atau Monotheistik. Budaya nusantara tak mengenal ajaran Trinitas maupun Tuhan yang banyak dan berbilang. Konsep sejumlah Dewa sebagai sesembahan belumlah menggenapi konsep tentang Tuhan.
Dalam hubungan antar sesama manusia, nenek moyang Nusantara merupakan contoh terbaik bagi nilai-nilai luhur kemanusiaan. Mereka mampu berakulturasi dengan berbagai bangsa di dunia. Mereka bahkan mampu meramu nilai ideal bersama dalam ritual-ritual penyembahan kepada Tuhan. Candi-candi Budha dan Hindu dapat menyebar pada area yang berdekatan. Borobudur dan Prambanan adalah sedikit dari beberapa contoh dimaksud.
Konflik bernuansa agama adalah sebuah kemunduran. Dunia moderen yang materialistk dan tekstual memudahkan seseorang untuk berpikir dan bertindak kaku. Agama sebagai sarana mencari dan menemukan Tuhan sering dianggap serta diperlakukan sebagai Tuhan itu sendiri. Tuhan telah dimonopoli sekelompok manusia. Mereka lupa bahwa Tuhan Maha Besar.
Islam hadir ke Nusantara saat tingkat spiritualitas para leluhur, di sisi tertentu, telah matang dan mengejewantah. Tak ada monopoli terhadap Tuhan. Setiap orang berhak menjalankan dan mengekspresikan ritual peribadatan pada Tuhan masing-masing. Budha, Hindu dan Islam bisa hidup berdampingan dengan damai. Agama bukanlah Tuhan. Tuhan berada di luar agama. Ia bisa hadir dalam agama apapun. Tuhan tak layak dan tak akan bisa dimonopoli.
Islam berarti selamat, damai atau berserah diri. Manusia lahir sesungguhnya telah "islam" dalam arti selamat dan berserah diri. Adapun agama yang dianutnya saat dewasa hanyalah identitas tambahan sebagai ciri budaya dan eksistensi duniawi seorang manusia. Inti manusia adalah budi pekertinya. Budi pekerti pada Tuhan lewat ritual-ritual pemujaan dan budi pekerti pada sesama manusia lewat sikap dan tindakan dalam hidup bermasyarakat. Pada akhirnya Tuhan hanya akan menilai setiap manusia dari budi pekertinya. Dari sikapnya kepada Tuhan serta ucapan dan tindakannya pada sesama.
No comments:
Post a Comment