Made terlihat senang menyaksikan Bon-Bon mulai akrab bersama Mercy. Mereka terlihat serasi meskipun kedewasaan dan kematangan sikap jauh lebih kuat memancar dari Mercy. Bon-Bon yang bongsor masih terbawa jiwa remaja, simpel dan cuek. Status sebagai anak tunggal dari seorang ibu single parent mau tak mau menularkan sedikit sifat feminin pada sikap tubuh sahabatnya itu. Penampilan Bon-Bon selalu bersih dan wangi, casual serta sikap tubuh dan gaya berjalan yang anggun, walau sesungguhnya ia telah menguasai cukup banyak ilmu beladiri dari Sang Ibu. Karakter jantan dan macho tak juga nampak dalam sikap tubuh Sang Sahabat. Sebuah karakter yang unik.
"Kamu ajak Mercy jalan-jalan Mr. Bond..!" Helena memberi saran dengan logat Itali yang kental. Bon-Bon tersenyum.
"Okey, what about you, Mercy?" Bon-Bon melirik Mercy.
"Let's go..!!" Mercy meraih kunci mobil yang disodorkan Made. Ia akan menyetir buat Bon-Bon.
Made menyaksikan sepasang sahabat berjalan menjauh, "Ah.. dasar Bon-Bon. Kamu masih saja bersikap sebagai anak Mamam." Made bergumam, menyayangkan sikap Bon-Bon yang tak menolak disopiri Mercy. Helena dan Made tersenyum geli.
*****
Mamam terlihat senang. Ada kiriman paket dari Bali. "Pasti dari Bon-Bon." Gumam Sang Ibu sambil menandatangani resi dari kurir ekspedisi. Cheryl mengelus-eluskan kepala di kaki Mamam seakan juga ingin mendapatkan kiriman dari Bon-Bon.
Mamam tak sabar segera membuka paket, ukurannya tak terlalu besar. "Ini seperti kotak sepatu..!" Mamam bergumam dalam hati. Cheryl duduk cantik di sisi paket. Ia pun menanti sebuah kejutan.
"Woww..!!", celetuk Mamam gembira. Sehelai daster, sarung dan kebaya Bali nampak menjuntai di tangan Mamam.
Sang Ibu segera mencoba oleh-oleh dari si anak semata wayang. Cheryl mengekor di belakang Mamam, ingin menanyakan oleh-oleh buatnya ada di mana. Namun jawaban dari Mamam tak jua ia dapatkan. Mamam terlalu sibuk dengan diri sendiri. Cheryl geleng-geleng kepala sebelum akhirnya mengambil posisi duduk melingkar dengan wajah penuh kekecewaan.
Mamam meraih gawai di depan meja rias. Ungkapan rasa senang dan lega akan Mamam sampaikan pada Bon-Bon.
*****
Bon-Bon duduk manis di sisi Mercy yang sedang memegang kemudi. Mereka menyusuri jalan-jalan di sekitar Ubud sambil berbincang santai. Tak lupa pula Mercy melirik beberapa etalase toko. Pernak-pernik unik bernilai jual tentu tak akan lepas dari target koleksinya.
Pesan masuk berdenting di gawai, >Makasih, Bon-Bon..! Aduuhh... Mamam seneng banget. Sering-sering aja yah.. he he he.. Take care.. Salam dari Mamam, muah..!!<
Bon-Bon tersenyum setelah tahu kiriman buat Mamam sampai dengan selamat. Mercy melirik ke arah gawai Bon-Bon. Ada sebersit cemburu bertiup di dada. Mungkinkah Bon-Bon telah memiliki kekasih?
Entah mengapa, Bon-Bon sanggup menangkap gelombang rasa dari Mercy. Segera ia melacak sumber keheningan itu. Wajah Mercy nampak kehilangan daya kemilaunya, seperti api yang padam, serupa bulan saat gerhana. Apakah ia cemburu? Bon-Bon menikmati semangat kemenangan itu sejenak, sebelum memutuskan untuk mengakhiri keheningan.
"It's from my Mom.. she has been received my souvenir." Bon-Bon menatap dan menikmati perubahan wajah Mercy. Senyumnya hadir seketika, membuat Bon-Bon gemetaran. Perjalanan menyusuri Ubud terus berlanjut, sepasang hati saling melacak pesona.
No comments:
Post a Comment