Idul Fitri merupakan momentum introspeksi dan pembersihan diri, baik sebagai individu beragama maupun sebagai bagian dari warga negara. Indikator keberhasilan proses retrospeksi akan terlihat pada sikap masing-masing setahun ke depan. Sikap beragama sekaligus sikap bernegara kita akan diuji oleh berbagai peristiwa yang kelak akan kita lalui bersama.
Salah satunya adalah sikap kita dalam menerima serta berbagi informasi. Secara umum, informasi negatif bertendensi personal lebih mudah menarik perhatian daripada informasi positif bernuansa universal. Singkat kata, gosip murahan lebih cepat menyebar daripada ide-ide kemanusiaan berdampak global. Hal ini setara dengan proporsi peta pola pikir (mind set) di sebuah negeri.
img. Hati suci |
Menurut Eleanor Roosevelt tingkatan pola pikir dalam masyarakat itu terbagi tiga, "Small minds discuss PEOPLE; average minds discuss EVENTS; Great minds discuss IDEAS". Jika sebuah negeri lebih tertarik pada gosip personal maka sebagian besar warganya masih tergolong SMALL MINDS. Demikian pula dengan dua jenis mind set yang lain.
Momen Idul Fitri seharusnya bisa menjadi momentum peningkatan kualitas pola pikir setiap warga negara, sehingga kelak gosip-gosip murahan diharapkan tak lagi menjadi konsumsi utama dari media-media main stream tanah air. Peran pemimpin redaksi juga menjadi hal penting, apakah media yang dipimpinnya ikut berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa atau hanya sekedar alat penyedot keuntungan semata.
Masyarakat sendiri harus memiliki filter untuk menyaring informasi dari media massa maupun media sosial. Jika berita atau informasi tentang suatu peristiwa begitu gaduh dan juga membingungkan, sementara wawasan dan pengalaman pun kita tak punya, maka kita boleh mengandalkan mata bathin kita masing-masing sebagai pedoman.
Di tengah berbagai kesimpangsiuran berita di sana-sini, maka manfaat mata bathin menjadi penting. Di sanalah kebenaran informasi sesungguhnya akan nampak. Disanalah pula keyakinan untuk memutuskan pilihan akan muncul dengan tegas. Pertanyaannya hanyalah; apakah mata hati kita masih mampu melihat? Apakah kita tak tergolong manusia yang dibutakan hatinya? Atau, apakah debu yang menutupi hati itu senantiasa kita bersihkan melalui doa dan ritual kerohanian kita masing-masing?
Mata hati hanya mampu melihat jelas pada hati yang bersih dan suci. Kita berharap Idul Fitri tahun ini mampu membersihkan hati seluruh warga negeri. Semoga fitnah dan adu domba tak lagi ramai di televisi maupun media sosial. Kegaduhan hanya akan menyedot emosi dan stamina. Kita butuh waktu dan tenaga penuh untuk mengatasi seluruh persoalan bangsa. Untuk itu "demi kesejahteraan bersama", maka bersihkanlah diri kita! sucikan hati..!!
No comments:
Post a Comment