Tuhan berwarna-warni? Ngga salah? Apakah Tuhan itu seperti pelangi? Sabar, sabar, sabar..... Jangan panik dan berprasangka macam-macam dulu, ngga perlu reaktif seperti masyarakat di dunia maya bernama Medsos itu. Kita awali saja pembahasan ini ya..
Pada umumnya, Tuhan selalu diidentikkan dengan agama. Padahal substansi keduanya jauh berbeda. Tuhan itu subyek, pelaku, pencipta, penghancur, pemelihara. Sedangkan agama adalah objek, sarana, organisasi, perkumpulan dan komunitas manusia yang menyepakati untuk memilih Tuhan sesuai dengan selera dan keyakinan mereka. Agama mempersatukan manusia dalam sebuah ikatan iman. Dalam dunia sepakbola hal ini bisa kita kenali sebagai ikatan supporter sebuah tim unggulan.
Sebuah komunitas supporter tentu beriman dan berkeyakinan bahwa tim merekalah yang terhebat. Mereka rela berdebat ilmiah hingga debat kusir untuk mempertahankan keyakinan mereka. Dalam dinamika selanjutnya, terkadang sekelompok supporter merasa senang dan terhibur cukup dengan mengolok-olok tim lawan. Sebuah hal yang sebenarnya berada di luar konteks sepakbola itu sendiri. Tapi, begitulah dinamika sepakbola. Tak jauh berbeda, pendukung Tuhan pun memiliki dinamika serupa.
Konflik berlatarbelakang agama sebenarnya berada di luar konteks keagamaan. Ia lebih tepat untuk dicerna dalam konteks kekuasaan. Agama hanyalah topeng untuk melanggengkan kuasa dan tiran. Di sisi lain, Tuhan tak pernah butuh pengakuan hamba, apalagi memohon bantuan pada sekumpulan hamba. Tuhan tetaplah Tuhan meskipun seluruh alam menyangkal keberadaannya. Tuhan itu absolut. Tuhan bukanlah produk demokrasi.
Konflik dengan mengusung bendera agama adalah keberhasilan para promotor perang untuk mementaskan pertunjukan mereka. Agama menjelma sebagai ayam aduan dalam pentas global. Dan, saat-saat perang antar agama sedang berlangsung, pernahkah mereka berpikir bahwa Tuhan terlalu besar dan kuat, sehingga tak butuh bantuan dan pembelaan dari siapapun..?
Begitulah, mungkin Tuhan terlalu berwarna-warni sehingga manusia malah menganggapnya lemah, lunglai, tak berdaya dan harus dibela mati-matian. Manusia merasa lebih berkuasa dari Tuhan mereka. Tuhan disuruh diam, cukup duduk manis dan menerima persembahan dari para hambanya.
Dengan banyaknya ragam agama di berbagai penjuru dunia, bisa kita pastikan bahwa akan banyak pula Tuhan dari tafsir dan keyakinan para penganut agama-agama tersebut. Tapi benarkah Tuhan itu berbilang dan banyak? Penulis sendiri tak yakin. Tuhan itu pasti dan harus absolut, dan karena itu Ia pasti tunggal. Jika Ia berbilang maka dengan sendirinya Ia menjadi relatif, sebab kini Ia memiliki pembanding.
Nah, lantas agama yang berbeda-beda itu menyembah siapa? Bukankah kalau Tuhan itu absolut dan tunggal, tak akan dan tak perlu ada beraneka ragam agama di muka bumi ini? Memang betul, dan itulah yang penulis tafsirkan sebagai warna-warni Tuhan. Agama-agama itu menyembah Tuhan yang sama namun dengan warna berbeda.
No comments:
Post a Comment