Revolusi, reformasi, restorasi, transformasi adalah beberapa opsi untuk Indonesia yang lebih baik. Namun, sudah sampai di manakah hasil semuanya? Apakah semakin maju atau hanya berjalan di tempat? Atau mungkin semakin mundur seperti harapan besar kita pada reformasi? Apakah masih ada opsi selain keempat bentuk tersebut?
Dalam era global seperti sekarang segalanya akan menjadi jauh lebih rumit. Segala sesuatu saling berkaitan baik dalam skala kecil maupun dalam lingkungan yang lebih besar. Kerumitan tersebut membuat kita harus membuang banyak waktu untuk mencari akar dari setiap masalah. Bagaikan mengurai benang kusut atau mencari jarum di tumpukan jerami.
Revolusi belum juga tuntas, ia telah dibungkam zaman, ditandai dengan pembantaian massal ratusan ribu rakyat tak berdosa. Orde Baru menjanjikan era tinggal landas bagi negeri. Sayang, semuanya malah kandas dan berakhir dalam tragedi anarkis dan pembantaian etnis. Dua buah masa dengan ciri akhir serupa. Reformasi tak pula menampakkan hasil, korupsi belum teratasi. Kedaulatan masih kerap tergadai, kemandirian belum terbangun. Kepribadian bangsa terus larut dalam derasnya pengaruh budaya luar dari Barat, Arab, India dan Korea. Mungkin kita berharap pada sebuah opsi Restorasi. Sayang, ia masih bermain di luar arena, masih berhembus kencang sebagai wacana. Kini kita bertanya, berapa banyak waktu lagi yang harus dikorbankan setelah penantian hampir 3/4 abad ini? Apakah 70 tahun belum cukup lama?
Menarik untuk mencermati mekanisme "shutdown" dalam sistem ketatanegaraan Amerika. Walaupun negeri kita tak mengenal tata cara seperti ini, pola break dan berhenti sejenak adalah momentum terbaik untuk kembali menengok dan menakar, sudah seberapa baik atau burukkah segala usaha dan perjuangan kita sebagai sebuah bangsa untuk merealisasikan cita-cita kemerdekaan. Mengapa segala cara dan berbagai bentuk perjuangan selama ini masih belum mampu menghantarkan Indonesia pada tujuan kebangsaannya sendiri?
Transformasi menjadi alternatif terakhir, meskipun konsep ini masih asing dan perlu disosialisasikan serta disepakati bentuk dan batasan-batasannya. Dan jika segala usaha tak lagi memberi harapan, mungkin kita memang perlu sebuah tindakan ekstrim, RECYCLE... (?)
No comments:
Post a Comment