Sila keempat adalah anak tangga tertinggi, tersulit dan terlama. Dibutuhkan usaha maksimal dan fokus yang tajam untuk melewatinya. Namun, jika saja kondisi anak tangga ketiga, yaitu Persatuan Indonesia berada pada kondisi terbaiknya, tentu akan menjadi batu lompatan yang kokoh dan stabil menuju anak tangga berikutnya, sesulit dan setinggi apapun itu.
Sila Ketuhanan dan Kemanusiaan adalah dua hal yang telah lama melekat dalam diri bangsa Indonesia. Kita hanya perlu merawat dan menjaganya. Sila ketiga berhasil dicapai dan telah membuahkan hasil, sebuah kemerdekaan. Kemerdekaan yang seharusnya nyata serta merata terasa oleh seluruh rakyat. Bukan hanya oleh warga perkotaan dan rakyat di sekitar pusat kekuasaan. Sila keempat sedang berusaha kita lampaui meskipun dengan pondasi anak tangga ketiga yang masih rapuh. Sila kelima adalah tahapan terakhir menuju cita-cita masyarakat adil dan makmur.
Konsistensi, fokus dan kesabaran menjadi kunci utama agar kita tak terus-menerus tergelincir jatuh ke anak tangga sebelumnya. Kita tak boleh lagi berurusan dengan masalah-masalah Ketuhanan, Kemanusiaan dan Persatuan. Ketiganya sudah harus diberi label "Done!". Fokus selanjutnya adalah membenahi ekonomi kerakyatan, menyadarkan para pengelola negeri untuk tetap berhikmat dan berlaku bijak, serta memperbaiki pola komunikasi bangsa melalui mekanisme musyawarah mufakat, bukan demokarasi kaku ataupun adu kuat.
Sila terakhir hanyalah dampak natural dari pelaksanaan keempat sila sebelumnya. Pertanyaannya, berapa lama kita harus bergelut dan berjuang untuk melampaui anak tangga keempat, sila tersulit, tertinggi dan terlama ini..?? Jawabannya akan tertuju pada generasi muda. Kuncinya ada pada kalian, para ksatria muda Indonesia...!!
No comments:
Post a Comment