Jika kita cermati, sila-sila dalam Pancasila, selain mengandung nilai-nilai luhur budaya nusantara, ternyata ia juga merupakan petunjuk bagi pengelola negeri tentang cara mencapai tujuan berbangsa dan bernegara kita. Sila-sila tersebut tidak disusun asal-asalan, melainkan tersusun berurut menjadi sequence atau tahapan-tahapan yang teratur dan runtut, seperti susunan anak tangga.
Sila Persatuan Indonesia adalah sila paling awal dalam konsep Bung Karno hingga malam sebelum 1 Juni 1945. Empat sila lainnya adalah "firman" atas doa Bung Karno di malam itu, yakni perikemanusiaan, demokrasi, kesejahteraan sosial dan ketuhanan. Selanjutnya tim perumus sepakat memutuskan teks final Pancasila adalah seperti yang kita kenal saat ini.
Secara garis besar, kelima sila tersebut bisa dikelompokkan ke dalam tiga zona waktu. Zona pertama adalah zona sejarah, berisi dua sila pertama. Kedua adalah peralihan, sila Persatuan Indonesia menjadi penghuni tunggal zona ini. Dan, zona ketiga adalah pasca kemerdekaan, dua sila terakhir.
Dalam konteks ini, seharusnya, jika bangsa kita terus bergerak maju maka hanya akan tersisa dua tahapan saja dalam usaha mencapai masyarakat adil dan makmur. Kerakyatan dalam panduan hikmat kebijaksanaan (pengelola negeri) dengan mekanisme musyawarah mufakat, adalah anak tangga terakhir sebelum masuk pada usaha mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
No comments:
Post a Comment