Seringkali kita mendengar ungkapan "manusiawi" di kehidupan sehari-hari untuk merujuk kepada hal-hal yang berkaitan dengan manusia dan kemanusiaan. Marah karena jengkel itu manusiawi, sedih oleh bencana adalah manusiawi, sedangkan menjajah bangsa lain disebut tidak manusiawi. Objeknya hanya tentang manusia.
Padahal merusak hutan, mencemari udara, mengotori sungai dengan limbah industri atau melubangi tanah di area pertambangan sebenarnya juga tergolong pada sesuatu yang tidak manusiawi. Sebabnya? sebab manusialah yang mendapat tugas dari Sang Pencipta untuk merawat dan mengurus bumi. Sehingga segala tindakan merusak dan mencemari bumi sesungguhnya adalah pembangkangan terhadap tugas manusia sebagai perawat alam. Ia mengingkari kesejatian manusia. Ia jauh dari karakter asli manusia. Oleh karenanya ia disebut tidak manusiawi.
Untuk memenuhi kebutuhan manusia kita justru melukai alam, menyakiti hewan dan juga membunuh empati/rasa. Sesuatu yang bernama uang/modal semakin memperparah keadaan. Tambang dibangun untuk menukar keasrian hutan dengan uang, industri dikembangkan untuk mengunyah pohon demi uang, senjata berat diproduksi demi uang untuk menghancurkan kota dan desa. Lebih menyedihkan lagi skala kerusakan yang timbul makin lama semakin besar. Tambang, industri dan senjata berat telah merebut kewenangan manusia sebagai khalifah di bumi. Sebaliknya, manusia bahkan telah menghamba pada sosok berhala moderen. Berhala bernama uang.
Demi berhala ini manusia rela merusak alam dan membunuh sesama. Profesi penghulu bayaran, pendemo bayaran, pembunuh bayaran, tentara bayaran maupun teroris bayaran hanya ada di jaman ini. Di jaman manusia dan kemanusiaan terjajah oleh sesuatu yang ia ciptakan sendiri. Manusia terpedaya oleh pesona ciptaan mereka sendiri. Manusia lebih asyik dengan diri sendiri, lupa bahwa bumi adalah tanggungjawab manusia. Manusia menjadi semakin tidak manusiawi.
Manusiawi itu merawat dan berbagi, bukan merusak dan menguasai. Manusiawi itu memberi simpati membagi empati, bukan menebar bencana dan meraih keuntungan semata. Manusiawi itu mendengar dan merasakan, bukan menyerang dan menyengsarakan. Manusiawi itu datar menyusuri cakrawala, tidak menjulang ke puncak menara gading.
Manusiawi itu adalah kembali menjadi manusia. Khalifah Tuhan di permukaan Bumi.
No comments:
Post a Comment