Tradisi unik dan mungkin satu-satunya di dunia, sebuah wilayah seluas 5600 km persegi sepakat untuk menghentikan seluruh aktifitas sosial di luar rumah sembari tak menyalakan satupun penerangan atau nyala api di malam hari.
Selama 24 jam dari pukul 06:00 di pagi hari hingga jam yang sama keesokan hari, Pulau Bali seperti sebuah pulau mati. Sehari penuh digunakan oleh warga Bali untuk menyerap energi murni alam semesta, merenungkan kembali relasi antara manusia dan Bumi sebagai rumah mereka. Dan mungkin hanya Bali yang memiliki kearifan lokal kolektif seperti ini.
img. Ritual Nyepi |
Akan halnya bahwa segala sesuatu perlu berjarak agar dapat diamati, manusia Bali membuat jarak dengan keramaian, kegaduhan, kegemerlapan, kesibukan dan aktifitas rutin lainnya agar mereka, selama ritual Nyepi berlangsung, sanggup mengamati dan menyimpulkan arti kesibukan mereka selama ini. Terutama apakah rutinitas mereka setahun berlalu masih sejalan dan seirama dengan kodrat keseimbangan alam semesta. Banyak hal yang keberadaannya baru kita sadari justru setelah ia menghilang dari kehidupan.
Udara segar baru terasa penting saat pencemaran udara mencapai ambang batas. Demikian pula air sungai yang bersih baru terasa mewah saat limbah industri mengotorinya dengan aneka sampah kimia. Hutan lebat dan terawat terasa amat berharga justru setelah suhu global meningkat dengan cepat. Segalanya terjadi tanpa disadari sebab kita tak pernah berjarak dengan rutinitas kehidupan itu sendiri. Nyepi merangsang kita untuk sadar, melek dan waspada sebelum segala sesuatu telah terlambat diantisipasi.
Nyepi adalah jeda kehidupan. Ada baiknya setiap rutinitas selalu diselingi oleh sesuatu yang berbeda, sesuatu yang membuat kita berjarak dengan kesibukan dan aktifitas keduniaan. Sebab hanya di saat seperti itulah kita akan mampu menilai peran kita, apakah sudah sesuai atau belum dengan skenario Sang Pencipta. Paling tidak, begitu pulalah para sutradara film dan manajer sepak bola bekerja. Mereka tak berada di atas panggung, mereka berjarak dengan pemain.
Jeda terhadap rutinitas itu penting. Rehat, reses, cuti, istirahat dan hibernasi adalah kebutuhan utama segala yang hidup. Pertanyaannya, apakah ritual Nyepi dapat pula diaplikasikan di berbagai tempat dalam wilayah nusantara atau bahkan dunia secara umum? Bukan sesuatu yang mustahil. Yang kita butuhkan hanyalah tekad, rencana dan eksekusi. Manusia diberikan kecerdasan lebih dari cukup untuk memutuskan hal-hal sederhana dan alami seperti ini. Anda mau?? Mulailah dulu dengan wacana. Selamat hari raya Nyepi 1938 Saka.
*****
No comments:
Post a Comment