Bon-Bon menutup bukunya. Buku tebal setambun body semok Bon-Bon, meskipun lusuh dan berdebu, tetap saja mampu mengusik keingintahuan Bon-Bon tentang sejarah negerinya tercinta. Mata Bon-Bon memandang jauh ke depan, dengan pandangan kosong, membayangkan suasana batin Bung Karno saat menulis seluruh kata dan kalimat dalam buku yang kini masih nyaman berada dipelukannya itu.
"Bon.., Aboonn....!! Dicariin Cheryl tuh...!!" Sang Ibu menyapa Bon-Bon, ia masih terdiam berdiri di depan pintu yang mengarah pada hamparan indah perkebunan teh di sekitar rumah.
"Iya, bu.." Bon-Bon berbalik, mengembalikan si buku tambun ke tempat semula dan bergegas menghampiri Cheryl.
"Cheryl, kamu jangan marah ya... Tak lama lagi Bon-Bon akan pergi meninggalkanmu. Tak lama kok, cuman sebulan sembilan hari. Nanti Bon-Bon bawain oleh-oleh deh. Oke..?! Kamu nggak marah kan..?"
Cheryl terdiam, tak membalas sepatah katapun. Mungkin ia kesal. Baru sembilan hari tujuh jam delapan menit berlalu, kata-kata rayuan itu kini kembali terdengar. Cheryl tak bisa memahami, mengapa Bon-Bon, si semok itu, lebih betah berlama-lama di tempat asing daripada harus berada di rumah sendiri. Rumah yang segala bagiannya mampu membuat betah siapa saja penghuni maupun tamu di dalam sana.
Cheryl terdiam tanpa respon berarti. Bon-Bon menatap penuh harap padanya, namun tetap saja tak ada kata yang terucap. Bon-Bon merasa bersalah.
Sesaat sebelum ia beranjak tiba-tiba saja Cheryl mengeong manja. Bon-Bon menoleh pada kucing siam kesayangan. Diraih dan dipeluknya. Cukup lama. Kucing itu terdiam mendengkur.
Pikiran Bon-Bon terus melayang. Entah mengapa godaan untuk kembali mengunjungi Bali kali ini begitu besar. Ia tahu, ibunda Bung Karno memang berdarah Bali. Mungkin keingintahuan Bon-Bon pada leluhur Bung Karno dari pihak ibu itu telah mengusik pikirannya. Tapi bukan, bukan itu, Bon-Bon seakan mendapat panggilan gaib. Bon-Bon sedikit berfirasat, apakah niat besarnya untuk memperoleh mustika penawar waktu yang hanya diketahui para pendeta Bali, kini telah memperoleh restu Sang Kuasa? Entahlah.
"Meyaounggg....!!" Cheryl kembali mengeong penuh manja, lamunan Bon-Bon sedikit terusik.
"Andai Cheryl berwujud manusia, akan lebih nyaman mengajaknya ke Bali bersama" Bon-Bon berandai-andai. "Tapi sudahlah, semoga akan bertemu seseorang yang bisa menemani traveling Ai di Bali nanti. Cewek aja banyak yang traveling sendirian, kok..!" Bon-Bon menghela nafas sambil terus membelai si kucing kesayangan.
No comments:
Post a Comment