Manusia adalah makhluk sempurna. Ia adalah Masterpiece Tuhan
di alam semesta. Tuhan bahkan menciptakannya berulangkali hingga Malaikat dan Iblis pun melakukan protes. Malaikat memilih bersikap pro, sebaliknya Iblis
bersikap kontra.
Tuhan sebagai pemilik semesta mengakomodir mereka berdua. Sebab dengan begitu, kisah-kisah anak manusia akan semakin menarik, dramatis dan berirama. Bayangkanlah tentang cerita Surga yang berisi orang baik semua atau Neraka yang seisinya adalah buaya itu menjadi skenario Tuhan di dunia. Pelajaran sejarah tentu menjadi tak berarti dan sinetron tak bakalan laku, karena kisahnya menjadi monoton.
Bersyukurlah menjadi manusia
Sebagai bentuk rasa syukur itu maka manusia seharusnya
berusaha untuk menjadi sebaik-baik manusia.
Apa itu...???
Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi
manusia lain.
Tak seperti hewan yang harus saling memangsa makhluk lain untuk
menjaga keseimbangan ekosistem, manusia dapat memenuhi seluruh kebutuhan
hidupnya tanpa harus memangsa atau mambunuh makhluk lain, apalagi sesama
manusia.
Bahkan agama pun harusnya selaras dalam hal ini.
Meskipun manusia adalah omnivora, namun ia dibekali
kemampuan untuk bertani dan beternak. Di sini, kecerdasan menjadi kata kunci.
Kapasitas kecerdasan manusia jauh di atas makhluk apapun di bumi ini. Yang
menjadi masalah, apakah kecerdasan itu
bermanfaat atau malah membawa petaka?
Hal serupa juga bisa kita tarik ke dalam proses berbangsa
dan bernegara. Apakah kecerdasan kita bermanfaat atau malah mejadi petaka bagi
negeri. Mukadimah UUD 45 mengamanatkan agar negara menjadi wadah bagi usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Nyatanya...???
Sangat menyedihkan, ternyata masih ada segelontor orang (tak
sedikit, maksudnya) yang malah mengeksploitasi kebodohan saudara sendiri.
Sementara negara nampak tak berdaya dan hanya bisa (terpaksa) menyaksikan
proses eksploitasi itu.
Sulitkah menghentikan pembodohan itu?
Rasanya tidak...!!!
Negara hanya butuh sedikit nyali tambahan untuk menghentikan
blunder ini. Momentum memang menjadi penting. Sebab pasang surut politik bisa
menjadi jebakan bagi perahu kecil yang akan bersandar di dermaga hulu.
Namun, kesadaran sebagai makhluk termulia harusnya telah
cukup menjadi modal awal agar usaha mencerdaskan kehidupan bangsa berjalan
lancar tanpa kendala. Kesadaran sbg makhluk termulia harusnya telah memadai utk
menghentikan eksploitasi kebodohan itu.
Kebodohan itu nyata.
Dan negara memintamu untuk cukup menjadi manusia saja. Manusia
yang mensyukuri jatidirinya sebagai manusia. Manusia terbaik di mata Tuhan.
Pribadi terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi
bangsa dan negara.
Itu sudah cukup utk membuktikan keberadaanmu sebagai
manusia. Makhluk yang mampu membuat
malaikat dan iblis iri kepadanya. Buatlah Malaikat dan Iblis semakin iri padamu,
agar Tuhan tak kecewa mengutusmu ke muka Bumi ...!!!
No comments:
Post a Comment