Blogger Tricks

Friday, May 22, 2015

>>>SEJARAWAN ITU VVIP - 2

Sejarawan itu VVIP - 1 
     Sudah sering terjadi dalam setiap orientasi penerimaan siswa baru, para senior menanamkan sejarah hitam dan bibit permusuhan dengan sekolah lain. Bisa diduga, tawuran akan segera menjadi pesta brutal. Cepat atau lambat. Hanya menunggu pemicu dan cuaca yang mendukung. Dalam skala bangsa, ternyata hal sama juga terjadi. Para pendukung calon pemimpin telah menganggap pihak lain sebagai sesuatu yang harus dimusuhi, patut dihina dan layak untuk dicaci-maki. Sebuah doktrin mengakar, hingga lupa bahwa pesta itu nyatanya telah usai.

     Sejarah bangsa santun dan menghargai perbedaan benar-benar telah terlupakan oleh semangat patriotisme sempit berskala partai dan golongan semata. Kepentingan bangsa secara keseluruhan akhirnya hanya menjadi prioritas kedua. Bukankah Bung Karno dan Bung Hatta sejatinya adalah seteru di medan ide dan gagasan? Toh, keduanya mampu bersatu untuk kepentingan yang lebih besar. Bung Karno bahkan enggan membacakan teks proklamasi sebelum Bung Hatta hadir dalam peristiwa genting itu.
img. Dwitunggal Sukarno - Hatta
     Para pendiri bangsa telah memberikan contoh jitu bagaimana seharusnya sebuah bangsa mengelola setiap perbedaan sikap di antara mereka. Lantas, dari siapakah kita belajar untuk meremehkan dan bahkan membenci pihak lain? Peristiwa pembantaian berlatar belakang ideologi tahun 1965 dan beberapa kerusuhan berskala genosida lainnya adalah bentuk-bentuk doktrin sejarah untuk memelihara dendam turun-temurun dan antar generasi bangsa ini. Kesadaran akan sejarah watak asli para leluhur tiba-tiba saja terputus. Amnesia melanda negeri.

     Kabar baiknya, para sejarawan didukung iklim keterbukaan informasi saat ini, sedikit demi sedikit mulai mengingatkan kita akan watak asli bangsa Indonesia. Meskipun masih samar, perlahan tapi pasti, generasi muda telah menyadari kekhilafan sejarah para orangtua mereka. Sejarah akan menemukan kebenarannya sendiri. Kebenaran sejarah adalah sebuah keniscayaan. Bahkan di kala para penguasa masih menolak dan membencinya.

     Sejarawan menjadi saksi kunci, kelak merekalah yang akan mewariskan harta karun itu pada generasi penerus bangsa. Sejarawan memang manusia terpenting, VVIP. Masa depan umat manusia bergantung pada kejujurannya.


No comments:

Post a Comment