Blogger Tricks

Wednesday, November 11, 2015

>>>RAKYAT BERJIWA PEMIMPIN

     Pemimpin yang merakyat menjadi idaman setiap orang, namun saat Sang Pemimpin tertawan maka tinggallah rakyat tanpa pemimpin. Beda halnya jika rakyat berjiwa pemimpin, artinya setiap rakyat adalah pemimpin. Akan sangat sulit menawan seluruh rakyat. Saat sebagian tak berdaya, sebagian lainnya akan menggantikan. Gugur satu tumbuh seribu. Rakyat berdaulat, yang cerdas dan memahami karakter kepemimpinan itulah angan-angan Bung Hatta bagi masa depan negeri ini, pergerakan rakyat seutuhnya. Rakyatlah penopang sebuah negeri, bukan para pemimpin. 
img.  Lautan menopang bahtera
     Salah satu tujuan didirikannya NKRI yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentu saja yang dituju tak lain adalah seluruh rakyat Indonesia. Meningkatnya kecerdasan rakyat akan menopang kemandirian bangsa, baik dari segi ekonomi maupun politik. Rakyat dapat menghidupi diri sendiri, memecahkan masalah-masalah sederhana, berperan dalam dunia pendidikan dan terpenting dari segalanya, rakyat tak lagi mudah dibodohi dan diprovokasi/adu domba oleh kepentingan asing seperti sering terjadi selama ini.
     Teks lagu kebangsaan Indonesia Raya mengingatkan kita agar memberi prioritas pada pembangunan jiwa/karakter rakyat Indonesia. "Bangunlah jiwanya, bangunlah raganya, untuk Indonesia Raya". Lebih mengutamakan pembangunan fisik/raga akan membuat kita menjadi robot. Kuat, kokoh, mengagumkan namun tak memiliki jati diri. Mudah dikontrol (remote) oleh pihak asing. Jiwa yang kuat menjadi faktor penting dalam menegakkan kedaulatan negara, memupuk kemandirian ekonomi serta membangun budaya berkepribadian. 
     Kejayaan negeri hanya akan terwujud jika bangsa ini berhasil melaksanakan amanat mencerdaskan kehidupan berbangsa tersebut. Rakyat adalah penopang seperti lautan menopang bahtera. Pemimpin jadi nahkoda sementara para birokrat menjadi penumpang bahtera. Rakyat bukanlah penumpang sebab rakyat adalah lautan itu sendiri. Negara dan pemimpin wajib berterima kasih pada rakyat yang menopangnya. Dalam jangka Jayabaya hal ini digambarkan sebagai Raja menyembah rakyat.

*****



No comments:

Post a Comment