Kesadaran adalah
air yang tenang dan jernih. Dengannya kita bisa melihat ke kedalaman dan
padanya kalian bisa bercermin untuk mengamati perjalanan hidup ini. Segala
sesuatu di alam raya hanya dapat diamati dan dinikmati melaui sebuah kesadaran.
Dalam kondisi mabuk, pingsan apalagi tertidur akan menghalangi kita untuk
berinteraksi dengan kehidupan. Kesadaran akan membimbing kita untuk tetap
berada di jalan-Nya sebagai khalifah di permukaan bumi setelah alam semesta
menolak tanggungjawab maha berat itu.
Manusia tanpa
kesadaran adalah binatang yang berjalan. Yang ia tahu hanyalah cara bertahan
untuk tetap hidup tanpa memberikan nilai apa-apa bagi kehidupan itu sendiri.
Itulah sebabnya hanya manusia yang memiliki kebudayaan dan peradaban. Manusia
memberikan nilai lebih kepada kehidupan. Namun sekali waktu karena tingkat
kesadaran yang kurang manusia malah merusak kehidupannya sendiri.
Untuk menemukan
kembali ke-Indonesiaan kita maka adanya sebuah kesadaran adalah mutlak.
Kesadaran bahwa kita hidup dan bermukim dalam sebuah wilayah yang bernama
Indonesia. Kesadaran bahwa kita tumbuh dari sejarah bangsa ini dan akan
berjuang menuju harapan dan impian para pendiri negeri Indonesia. Sayangnya, sebagian
kita hanya memiliki tingkat kesadaran rendah, yang dibatasi oleh sekat-sekat suku, agama, kepercayaan
dan hal-hal lain buatan kita sendiri. Hal mana dapat menjadi ancaman bagi
sendi-sendi persatuan bangsa yang berazaskan Pancasila.
Kesadaran hanya
dapat kita temukan dalam keheningan dan ketenangan. Ia akan segara hilang saat
mendengar kebisingan dan pergi kala angin menciptakan riak gelombang di
permukaannya. Wajahmu akan rusak jika cerminmu adalah lautan. Kupingmu sulit
mendengar saat perang berkecamuk dan kedalaman jiwa tak bisa engkau ukur dalam
danau yang gelap. Kebisingan, riak gelombang dan kegelapan hati merupakan tabir
penghalang untuk menemukan kesadaranmu.
Bung Karno
merumuskan Pancasila dalam hari-hari sepi berbalut ketenangan di dalam penjara
dan pengasingan. Buya Hamka menulis tafsirnya di dalam ruang tahanan kecil nan
sunyi berselimut kedamaian. Nabi Muhammad s.a.w. menerima wahyu pertama dalam
gua terpencil dan tersembunyi. Pada saat-saat dan suasana demikian
fungsi-fungsi panca indera manusia sepenuhnya berada dalam pengendalian hati.
Hanya mata hati yang mampu menangkap pesan dan ucapan dari getaran alam
semesta.
No comments:
Post a Comment