Sebuah program komputer selalu berjalan dalam rangkaian instruksi permanen yang selanjutnya akan diisi berbagai input dari sumber-sumber informasi bernama data base. Jika sebuah output berbeda satu sama lain, hal itu tentu disebabkan oleh input dari data yang berbeda-beda pula. Sebab sistem sendiri adalah permanen.
Seperti halnya komputer, manusia adalah sebuah entitas sistem yang permanen dan konsisten, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas sosial. Sedangkan catatan sejarah pribadi, keluarga, lingkungan hingga negara berfungsi sebagai data base atau input bagi sebuah sistem dalam pikiran manusia. Manusia mencerna sejarah untuk menentukan sikap terhadap segala peristiwa hidupnya di masa depan. Input paling mudah tentu saja bersumber dari lingkungan terdekat seorang individu.
Seseorang yang tumbuh dalam lingkungan kriminal akan menganggap sebuah tindakan kriminal sebagai sesuatu yang lumrah. Sikap ini tumbuh berdasarkan input lingkungan yang memang tak pernah jauh dari tindak-tanduk kriminal. Input berupa tindakan legal dan manusiawi sangat jarang bahkan tak pernah diterima oleh data base bernama sejarah dalam ingatan sadar individu tersebut. Demikian pula sebaliknya.
Dalam skala bangsa, ingatan kolektif masyarakat dan warga negara akan menentukan perjalanan hidup sebuah negeri. Sejarah yang dibelokkan akan membuat sebuah bangsa kesasar dan tak akan pernah sampai pada tujuan kebangsaannya sendiri. Jika Indonesia sampai usia tujuh dekade ini belum juga mampu merealisasikan cita-cita kebangsaannya, mungkin kita harus bertanya, apakah sejarah bangsa sudah tercatat dengan benar? Bukan tak mungkin kita telah berpedoman pada sejarah palsu dan keliru. Sekali lagi, sejarah teramat sangat menentukan perjalanan sebuah bangsa sebagaimana riwayat masa lalu akan berperan penting membentuk karakter seseorang.
"Jangan sekali-kali melupakan sejarah", pesan Bung Karno. Sejarah adalah data base bagi sebuah sistem bernama bangsa atau negara. Itulah sebabnya dalam setiap penaklukan akan selalu disertai dengan tertulisnya sejarah baru. Sejarah hampir selalu ditulis oleh para penakluk. Akhirnya, sejarah menjadi subyektif, sebab akan selalu dan pasti berpihak kepada penulis atau pihak pemesan. Hanya penulis dan sejarawan independen yang masih mungkin menulis sejarah dengan benar. Itupun jika belum sempat tercium oleh kekuasaan.
No comments:
Post a Comment