Belajar dari faham kelirumologi, kita berharap dapat melihat Indonesia akan menjadi lebih baik lagi. Hanya Indonesia, sebuah negeri religius terbesar di dunia, namun di luar kewajaran, ternyata juga masuk ke dalam jajaran lima besar bangsa terkorup. Apa ada yang aneh dengan hal tersebut? Mungkin, andai saja kita belum mengenal sebuah faham bernama kelirumologi tadi.
Nampaknya, kelirumologi memang diterapkan secara terang-terangan dalam masyarakat Indonesia. Dalam dunia hukum kata-kata sering dijungkirbalikkan. Dalam kasus gayus berulangkali disebut sebagai mirip gayus, tentu saja hal tersebut menuai persepsi bahwa seseorang yang sedang asyik menonton pertandingan tennis itu sudah pasti bukanlah gayus, seorang tahanan yang sedang berlibur ke Bali. Dalam dunia hiburan, acara Empat Mata malah semakin tenar setelah "berganti" nama menjadi BUKAN Empat Mata saat berusaha mengakali kasus yang membelitnya. Di lingkungan sosial seringkali kita jumpai orang-orang baik terpinggirkan sementara para koruptor malah diagungkan. Yah, mungkin untuk memperbaiki negeri ini kita harus berpikir keliru terlebih dulu.
Bisa jadi pemberantasan korupsi malah lancar-lancar saja saat dipimpin para bangsat insyaf. Atau perburuan bandar narkoba oleh mantan pengguna narkotik. Pengelolaan ritual ibadah haji oleh bekas tersangka kriminal hingga kemungkinan menunjuk seorang presiden wanita bertato pertama untuk berkuasa di Indonesia. Mustahil...?? Asal tahu saja, kemustahilan dalam kelirumologi berarti "Bisa jadi...!!"
No comments:
Post a Comment