Sebelum manusia moderen mengenal agama, berbagai ritual telah lebih dulu dikenal sebagai bagian dari spiritualitas manusia. Konsep agama muncul belakangan setelah kitab suci untuk para Rasul diturunkan. Inti dalam sebuah ritual adalah pengakuan kehambaan seseorang kepada sesuatu yang dianggap Maha Kuat dan Maha Perkasa. Manusia sadar sepenuhnya bahwa ia tak akan mampu menangkal kekuatan alam. Manusia adalah makhluk yang lemah.
Setiap agama kemudian memiliki ritual dan tata cara beribadah masing-masing. Meskipun ajaran agama seperti Islam dan Hindu mewajibkan sembahyang bagi para penganutnya, toh dalam kehidupan sehari-hari masih sering kita jumpai mereka tak melaksanakan kewajiban tersebut. Shalat bagi umat Muslim sering dianggap merepotkan. Apalagi jika penilaian bersumber dari umat non Muslim. Frekwensi shalat yang lima kali sehari bisa dianggap buang-buang waktu oleh para pengusaha, komunitas buruh dan para pekerja. Shalat dianggap menghalangi produktifitas.
img. Ritual Sembahyang |
Bagi umat Muslim sendiri, shalat bukanlah sekedar ritual warisan turun-temurun. Shalat merupakan sarana komunikasi kepada Sang Pencipta. Setiap agama memiliki ritual tersendiri untuk menyembah maupun meminta sesuatu kepada Sang Pencipta. Islam dan Hindu menyebutnya dengan sembahyang, berasal dari paduan kata Sembah dan Hyang. Artinya, menyembah Tuhan.
Ritual penyembahan dalam kepercayaan Animisme dan Dinamisme biasanya dalam bentuk penyelenggaraan dupa atau kemenyan. Berbagai bahan dari tumbuhan, akar maupun benda-benda sederhana seperti rokok, permen, koin dan lain-lain sering terlihat melengkapi sesajen dalam masyarakat tradisional nusantara. Ritual seperti ini sudah jarang kita temukan di perkotaan, ia lebih terasa sebagai aktifitas mistik kalangan paranormal. Namun di Bali, sesaji (banten) masih menjadi tradisi yang menyatu dengan aktifitas religi masyarakat Hindu.
Para nelayan di wilayah pesisir nusantara, meskipun sebagian besar menganut agama Islam, masih memiliki tradisi berupa ritual sesajen untuk laut. Berbagai hasil bumi dinaikkan ke atas sebuah perahu lalu dilarung atau dihanyutkan ke tengah laut. Para nelayan di daerah Semarang, Pulau Buru, Palopo dan lain-lain, melaksanakan ritual tersebut sebagai bentuk rasa syukur terhadap hasil tangkapan nelayan yang melimpah. Masyarakat petani pun memiliki ritual serupa dalam bentuk berbeda di masing-masing tempat.
Dalam Islam, ritual-ritual sesaji dikategorikan sebagai bid'ah. Sebuah perbuatan yang tidak dicontohkan oleh Muhammad. Sebagian aliran/mazhab malah memasukkannya ke dalam bentuk-bentuk perbuatan musyrik atau menyekutukan Tuhan. Sebagian lagi menganggap kegiatan sesaji merupakan aktifitas budaya, bukan aktifitas ibadah. Masyarakat nusantara meyakini keberadaan alam gaib penghuni hutan, gunung dan lautan sebagaimana juga dicirikan keberadaannya dalam Al-qur'an QS 51:56. Sesaji merupakan bentuk komunikasi tradisional kepada makhluk astral tersebut.
1 | 2
No comments:
Post a Comment