Bon-Bon mengamati petunjuk waktu dalam gawai. Zona lokal menunjukkan waktu 20:21, sementara Zona II menunjukkan waktu 05:21. Saat mereka berpindah dimensi, waktu baru menunjukkan pukul 20:20.
"Aneh..! Tak mungkin perjalanan tadi hanya semenit! Helena, coba tengok jam tangan kamu!" Bon-Bon mencocokkan waktu bersama Helena. Made sendiri sedang sibuk mengamati indikator pada speedometer mobil.
"Sama, Bon! Jam tangan saya sekarang 20:22. Baru saja bertambah!" Helena mengabari Bon-Bon. Keduanya mengernyitkan dahi, berusaha menganalisa keanehan itu. Hening.
Tiba-tiba saja, Made menyela keheningan, "Bon..! Lihat..!! Indikator jarak bertambah 29 km!"
"Apa..??!" Serentak Bon-Bon dan Helena memandang ke arah dashboard.
"Ya, betul! Saat kita baru saja masuk ke dimensi lain indikatornya hanya 19045, sekarang sudah 19074. Apakah mungkin mobil kita melesat secepat itu?" Tanya Helena.
Bon-Bon memasukkan data yang ada ke dalam aplikasi hitungan, "Nggak mungkin! Setengahnya saja sudah 870 km/jam! Mustahil..!!" Bon-Bon menggeleng setelah menghitung pertambahan jarak setiap menit yang mereka alami.
Ketiganya hanya bisa saling tatap, diam, mengernyitkan dahi, menyentuh dagu, menggaruk kepala lalu kembali bertatapan. Kebingungan melanda seisi mobil. Bon-Bon sangat yakin, mereka benar-benar baru saja kembali dari dimensi waktu berbeda. Wajahnya kini mulai tersenyum. Ini berarti petualangan melintasi waktu bukan lagi sebuah hal yang mustahil. Mereka bertiga telah mengalaminya. Diam-diam Helena dan Made ikut tersenyum.
"Ada apa Bon..? Kok, senyam-senyum sendiri?"
"Lho, kamu sendiri?" Bon-Bon balik menanyai Made. Keduanya melirik ke arah Helena yang juga masih tersenyum.
"Apakah kita bisa mengulanginya lagi?" Helena bertanya ragu. "Apakah kita bisa memilih tempat berbeda?"
Helena dan Made menatap ke arah Bon-Bon. Mereka yakin, hanya Bon-Bon yang bisa menjawab pertanyaan itu. Bon-Bon nampak kebingungan.
"Mmmm.... begini..!" Bon-Bon menghentikan kalimatnya, entah akan berkata apa. Ia sendiri masih bingung apakah bisa mengontrol perpindahan dimensi itu. Ia bahkan belum yakin mustika di tangan adalah mustika penawar waktu sesungguhnya. Bon-Bon hanya bisa menduga-duga.
Made dan Helena menatap tajam ke arah Bon-Bon, mereka menanti penjelasan perihal perjalanan melintasi waktu. Mereka berharap hal itu benar-benar bisa mereka ulangi. Namun Bon-Bon tak melanjutkan kalimatnya. Ia hanya bisa terdiam, hanya bisa memandangi kalung mustika di tangan. Mungkin ia menanyakan hal yang sama kepada mustika pemberian Sang Kakek. Tentang keinginan mereka mengulangi petualangan melintasi waktu. Tapi tetap tak ada jawaban. Suasana kembali hening.
>Nak Made sudah sampai di mana? Apa tidak terlalu malam sampainya? Sudah hampir setengah sepuluh nak Made..!< Pesan Bapak Pendeta mengejutkan Made. Ia baru sadar, sebenarnya tadi itu mereka sedang dalam perjalanan untuk menemui Bapak Pendeta di Pura Uluwatu.
"Pesan dari siapa?" Helena menyelidik. Ia menduga, pak pendeta pasti telah lama menunggu mereka. Helena masih mengingat jelas ke arah mana mereka berkendara sesaat sebelum tersesat ke dimensi lain.
"Dari Pak Pendeta. Aneh, Pak Pendeta menyebut saat ini sudah menjelang setengah sepuluh. Sementara jam kita baru 20:29, sejam lebih lambat..!" Kembali Made menatap petunjuk waktu dalam gawai. Helena dan Bon-Bon serentak melakukan hal yang sama. Waktu ketiga sahabat itu tak berbeda, 20:29..!
"Tapi kok, jam di tempat Pak Pendeta sudah lebih cepat satu jam..??" Bon-Bon berujar penuh tanya. Made dan Helena tak menjawab. Ketiganya kembali hanyut dalam kebingungan masing-masing. Begitu banyak keanehan saat ini. Keanehan yang datang beruntun tanpa menyisakan satupun jawaban pasti.
No comments:
Post a Comment