Blogger Tricks

Saturday, June 23, 2018

>>>032 AADB2


Bon-bon mematikan gawai cerdas di tangan. Ia menghela nafas panjang. Perlahan rasa gugup itu  mulai menghilang. Pandangannya kini tertuju pada seseorang di meja berbeda, di depan, namun berada pada deret berbeda dengannya.

Wanita itu masih cekikikan sendiri. Bon-bon baru sadar, wanita itulah yang melintas di samping meja saat hape miliknya hampir saja terjatuh. Ya, saat menerima telpon dari Mercy ia begitu gugup dan hampir saja gawai itu terlepas dari genggaman. Bon-bon merasa konyol, berusaha mengatur posisi duduknya, untuk menegaskan bahwa tak pernah ada peristiwa konyol yang baru saja ia lakukan.

Kini suasana kembali normal terkendali. Bon-bon berusaha tak mengarahkan pandangan pada Sang Wanita. Namun semua tak berlangsung lama.

Ia tiba-tiba saja teringat Mamam. Tapi, kenapa..??

Bon-bon menolehkan wajah kembali. Mereka bertatapan sekejap, sangat singkat, sesingkat satu dua kedipan mata, sebelum Sang Wanita lebih dulu mengalihkan pandangan.

Bon-bon belum melepaskan tatapannya. Dan.... betul saja, Sang Wanita kembali melirik ke arah Bon-bon. Saat itulah Bon-bon melihat kehadiran Mamam di depannya. Ya.. Sang Wanita mengingatkan Bon-bon pada Mamam, tepatnya pada raut wajah Mamam saat masih gadis, sosok seorang wanita tegar, cuek dan tomboi. Tapi Sang Wanita nampak lebih dewasa.

(Hening)

Bon-bon telah menghabiskan dua batang rokok di tangan dan Sang Wanita tetap saja masih berada di sana. Duduk dengan sebelah kaki dinaikkan ke kursi. Nampaknya ia sedang asyik melahap sesuatu di atas meja. Bukan, bukan makanan.. melainkan sebuah buku sebentuk novel. Ia sedang menikmati bacaannya, nikmat sekali. Tatapan tajam, setajam silet, dari mata Bon-bon tak ia hiraukan sedikitpun. Bon-bon merasa tak nyaman, tubuhnya terasa menghilang saat ini.

img. 9 Angels
Baru saja Bon-bon berniat menyapa saat tiba-tiba terdengar suara pemilik kafe memanggil ke arah Sang Wanita, "Nengnong nggak makan? Biasanya langsung nyantap kalo ke sini.."

Wayan, pemilik Kafe, menghampiri Nengnong di pojok depan Kafe.

"Biasanya juga nggak duduk di sini... Tumben.. Ada apa sih, Neng..??!!"

Bon-bon mau tak mau menguping percakapan mereka, "Ooo... Namanya Nengnong. Biasanya nggak duduk di situ. Trus maksudnya apa duduk di meja tepat di depanku..??" Bon-bon bergumam dalam hati.

"Nngggg... Nggada  apa-apa, Bli... Pengen nyari suasana baru aja..." Terdengar suara Nengnong membalas sapaan Wayan. Mereka duduk bersebelahan, bagai kakak adik yang sedang merayakan kebersamaan keluarga.

Bon-bon hanyut dalam lamunannya sendiri. Bayangan Mamam bergelayut dalam ingatan. Tak terasa sudah lebih seminggu ia belum menyapa Sang Ibu tersayang... "Saatnya menelepon Mamam..!!" Bon-bon bergumam sambil bergegas meraih gawai di atas meja. Namun, sebuah video call tiba-tiba saja masuk sesaat tangannya menyentuh gawai. Bon-bon girang bukan kepalang.. Diraihnya gawai ke hadapan wajah yang masih tertutup asap rokok.

"Hi Mike...!!! How are you..??" Suara Bon-bon begitu bersemangat hingga membuat Nengnong dan Wayan terkejut.

"Fine Bond... What about you..??" Suara seorang pria menyapa dari layar gawai.

Keduanya hanyut dalam percakapan hangat. Sudah empat tahun Mike, kakak sepupu Bon-bon dari pihak Ibu, tak pernah memberi kabar tentang keberadaannya. Kini ia sedang berada di tanah Papua setelah berpindah-pindah di berbagai wilayah Nusantara mengikuti instruksi penugasan dari kantor tempat ia bekerja sebagai engineer.

"Eh... Kamu bareng Mamam di Balinya ya..??" Mike memutus percakapan.

"Mamam...??" Bon-bon heran bercampur bingung. Darimana Mike bisa kepikiran kalau ia sedang bersama Mamam..??

Parfum itu.. Ya.. Wangi parfum yang sejak tadi juga telah terekam dalam ingatan Bon-bon. Nengnong baru saja melintas dari belakang setelah kembali dari arah meja prasmanan mengambil sepiring makanan untuk disantap. Wajahnya terekam dalam kamera gawai Bon-bon saat berbincang dengan Mike. Bon-bon kini menyadari asal muasal pertanyaan Mike.

No comments:

Post a Comment