Blogger Tricks

Thursday, October 1, 2015

>>>KULTUR LISAN - 1

     Jika kita cermati lebih banyak, tanda-tanda bahwa masyarakat nusantara memiliki kultur lisan yang kuat bukanlah sebuah hal baru dan aneh. Mereka lebih senang mendengarkan ceramah dibanding harus membaca tabloid religius. Lebih memilih radio dan TV daripada koran dan majalah. Juga akan lebih mudah menikmati tontonan atau hiburan verbal-visual daripada literatur dalam berbagai media.
img.  Nonton TV
     Budaya membaca yang sangat rendah juga menguatkan argumen bahwa masyarakat nusantara lebih mudah menyerap informasi dalam bentuk lisan daripada melalui tulisan serta medium literasi lain. Ketika facebook dan twitter mewabah, banyak orang malah lebih akrab pada ikon "share" dan "retweet" daripada membaca dan memahami dengan utuh lalu memilah layak-tidaknya sebuah artikel untuk disebarluaskan. Sering tertipu oleh rangkaian pendek kata-kata dalam sebuah judul bombastis dan provokatif.
     Seseorang boleh saja tak berlangganan koran atau majalah, tapi tidak dengan radio dan televisi. Keduanya kini sudah mendekati kriteria sebagai sebuah kebutuhan primer keempat setelah pangan, sandang dan papan. Mungkin akan terdengar aneh bagi kita jika seorang pejabat di negeri asing, bahkan tak memiliki satupun televisi di rumahnya. Penulis N.H. Dini tahu persis tentang fenomena janggal tersebut. 
     Pertunjukan wayang, tari-tarian, ketoprak, lenong serta prosesi nembang adalah beragam bentuk penyampaian informasi lisan paling populer di tanah air. Bentuk lain dengan nama berbeda juga banyak dijumpai di berbagai daerah. Kisah I La Galigo dari tanah Bugis awalnya adalah sebuah tradisi lisan dalam bentuk puisi dan irama lagu. Kisah ini sering ditampilkan dalam upacara-upacara sakral masyarakat Bugis kuno. Tak sembarang orang boleh menembangkan kisah sakral tersebut. Bahkan sebelum pertunjukan berlangsung, berbagai ritual khusus selalu mendahului momen pementasan kisah I La Galigo. 
     Hingga saat ini, kecenderungan untuk lebih mengutamakan medium lisan dalam interaksi ilmiah antara guru dan murid, pembicara dan pendengar atau antara orangtua dan anak masih cukup kuat dan dominan. Ketika Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam sistem pendidikan kita diterapkan, hasil yang dicapai belumlah terlalu menggembirakan. Sekali lagi, minat baca siswa kembali menjadi sumber masalah. 

No comments:

Post a Comment