Mau ke manakah negeri ini...? Indonesia mempunyai potensi untuk menjadi Negeri Adidaya. Namun hal-hal kecil masih harus dijawab terlebih dulu. Bung Karno berpesan, “Janganlah kita menjadi bangsa kuli atau menjadi kuli di tengah bangsa-bangsa”. Kita masih mengirim para TKW dengan embel-embel “Pahlawan Devisa”. Apapun kata-kata pemanisnya mereka dikirim tak lebih untuk menjadi kuli di negeri orang. Secara tidak sadar kita dengan bangga memberi cap sebagai Bangsa Kuli kepada negeri sendiri di tengah pergaulan bangsa-bangsa.
img. Mencari arah dan tujuan |
Bangsa kita memiliki modal sangat kuat untuk menjadi salah satu Negara Besar. Selain sumber daya alam yang melimpah sebagai karunia karena letaknya merupakan pertemuan lempeng-lempeng di permukaan bumi, juga oleh adanya sebuah tradisi yang bernama Gotong Royong. Namun sebagian tradisi itu telah terkikis zaman. Digilas oleh sesuatu yang begitu Besar dan Kuat yang bernama Uang atau Modal. Nafas dan tenaganya tidak dibatasi sekat-sekat negara. Mengalir seperti aliran darah dalam tubuh Indonesia.
Ciri masyarakat Indonesia adalah masyarakat sosialis, dengan individu-individu yang larut dalam beragam corak paternalistik kesukuannya. Walaupun demikian saat ini keberagaman itu telah luntur dan mulai kehilangan jati dirinya. Uang dan Modal telah menjadi Ratu panutan mereka bersama. Lihatlah betapa dengan mudah para pemilik modal, entah dalam bentuk korporasi Industri, penguasaan media massa, bahasa politik, dunia hiburan dan semacamnya, telah membentangkan tabir antara masyarakat dengan nilai-nilai luhur mereka. Walaupun belum terkikis habis, anda akan sulit menemukan seseorang yang dengan ikhlas akan membantu mendorong mobil anda yang mogok. Bersiaplah mendengar kata-kata, “ Hanya kentut yang gratis di tempat ini..”.
Untungnya, dari sekian banyak pesimisme yang ada, bangsa kita telah diuji oleh sejarah dan menjadi sebuah bangsa dengan daya tahan luar biasa terhadap tekanan apapun. Harapan akan sebuah Indonesia yang Adil dan Makmur tidak pernah sirna. Selalu berusaha “menghentikan penderitaan walaupun dengan cara menjalani penderitaan itu sendiri” ucap Bung Karno. Pernah mendengar cerita tentang sepatu kekecilan..?? Seseorang yang melarat dengan sengaja tetap memakai sepatunya yang kekecilan walaupun dengan keadaan sangat menderita dan kesakitan. Selain tak punya pilihan, hal tersebut dilakukannya dengan senang hati dan penuh suka cita semata-mata untuk merasakan satu-satunya kebahagiaan yang dia miliki, satu-satunya impian dan harapan yang ia punyai, satu-satunya masa yang paling ia tunggu-tunggu, yakni pada saat-saat ia melepaskan sepatu tersebut dari kakinya dan merasakan kelegaan luar biasa setelah seharian dipakai mencari nafkah..
Jadi, akan ke mana Indonesia sesungguhnya..?? Sebuah pertanyaan gampang dengan jawaban yang sulit..!! Mungkin hanya waktu yang bisa menjawabnya.
No comments:
Post a Comment