img01. Mesh/Ayakan
Secara sederhana interaksi politik dalam pengambilan keputusan dapat digambarkan dalam tiga gambaran. Pertama adalah tipe “Mesh”, adalah pengambilan keputusan dengan mekanisme voting. Karakteristik pengambilan keputusan seperti ini meniru bentuk-bentuk dalam sebuah proses filterisasi dalam kehidupan sehari-hari dimana hanya benda-benda berukuran lebih besar saja yang tertinggal di atas, sedangkan yang kecil-kecil akan terjatuh dan hilang dari permukaan. Akibat dari proses pengambilan keputusan seperti ini unsur-unsur minoritas tak akan memberikan kontribusi apapun terhadap hasil dari keputusan yang diperoleh dan juga menjadi tidak terwakili lagi di dalamnya.
img02. Blender
Jenis kedua adalah tipe “Blender”, yaitu pengambilan keputusan dengan merangkum semua unsur yang ada, menguliti seluruh identitas individu maupun kelompok dan kemudian dilebur menjadi satu sehingga menghasilkan sebuah keputusan yang baru sama sekali tanpa ciri-ciri dan bentuk-bentuk pikiran yang khas dari para kontributornya. Interaksi seperti ini biasanya terlihat dalam sebuah sistem otoriter dimana terjadi penyeragaman pikiran dengan doktrin-doktrin yang mewakili kepentingan penguasa setempat.
img03. Puzzle
Bentuk ketiga adalah tipe “Puzzle”, merupakan mekanisme pengambilan keputusan melalui cara musyawarah untuk mufakat. Bisa digambarkan sebagai perilaku kepingan-kepingan puzzle dengan coraknya sendiri-sendiri. Ketika kepingan-kepingan tersebut berinteraksi satu sama lain dan akhirnya memutuskan untuk mengambil sebuah posisi yang membuatnya nyaman, maka sejumlah kepingan puzzle tadi akan segera memperlihatkan gambar baru yang unik. Gambar akan terlihat jelas saat para pengamat menyaksikannya dalam jarak pandang yang cukup serta ruang pemahaman yang luas. Identitas setiap kepingan puzzle akan kembali terlihat dengan jelas saat jarak pandang pengamat didekatkan pada jarak tertentu.
Keputusan yang lahir dari interaksi seperti ini akan tetap menggambarkan keterwakilan unsur-unsur minoritas, meskipun secara garis besar pikiran-pikiran dari anggota terbanyaklah yang akan disepakati bersama. Kelemahannya adalah proses tersebut akan memakan waktu lebih lama serta proses yang berkepanjangan. Namun hal tersebut dapat disiasati dengan meningkatkan intensitas pertemuan dan dialog di luar arena sidang-sidang formal. Dalam tipe “Puzzle” inilah sesungguhnya wilayah Demokrasi Pancasila itu menunjukkan identitasnya.
No comments:
Post a Comment