Sebagai negara maritim ada baiknya Indonesia mengambil falsafah maritim juga dalam tata kelola dan tahapan pembangunannya. Yang paling dekat adalah dengan memperhatikan proses penangkapan ikan tradisional oleh nelayan nusantara dengan menggunakan jaring atau pukat sederhana. Jika kita amati, jaring nelayan tersebut dilengkapi cincin pemberat di beberapa titik terluar jaring mereka.
Proses membangun dengan mekanisme cincin jaring adalah dengan menciptakan sejumlah pusat pertumbuhan ekonomi pada daerah dan wilayah terluar negeri dengan daya pacu yang setara. Tentu saja dengan tetap memperhatikan komoditas dan potensi unggulan daerah setempat. Bisa digambarkan sebagai jaring nelayan dengan beberapa cincin pemberat pada sisi terluar jaring, seperti disebutkan tadi.
img01. Jaring Nelayan
Ketika kepala jaring yang berada pada bagian tengah ditarik (mewakili pertumbuhan di pusat pemerintahan) maka cincin jaring dalam air bergerak ke dalam untuk memastikan jaring memberikan hasil tangkapan yang optimal. Tentu hasilnya akan jauh berbeda jika jaring tersebut tidak memiliki cincin pemberat.
Cincin jaring ini bisa dianalogikan; kota terluar sebagai sentra ekonomi dan pusat pertumbuhan mandiri dengan infrastruktur dan sarana penunjang lengkap seperti pasar rakyat berskala besar, kawasan pergudangan, bandara dan pelabuhan kapasitas sedang hingga besar, jalur transportasi dari dan ke pedesaan sampai kepada pemanfaatan teknologi informasi sederhana dalam pengelolaan kotanya.
Kota-kota mandiri tersebut haruslah cukup banyak dan tersebar merata di sekitar garis wilayah terluar nusantara. Semakin banyak jumlahnya maka semakin merata pula hasil pembangunan yang kita dapatkan.
No comments:
Post a Comment