Hewan adalah penguasa bumi saat species manusia belum diciptakan. Tetumbuhan menjadi makhluk perantara tanah untuk memberi makan para hewan. Bumi tumbuh secara alami mengikuti siklus cuaca dan pergantian musim. Tak ada pencemaran dan sampah bertebaran seperti saat ini.
Pada waktu yang telah ditentukan, Sang Khalik menciptakan manusia sebagai penghuni bumi. Musim berlalu dan berganti hingga manusia beranak-pinak milliaran orang. Malaikat hanya bisa geleng-geleng kepala. Kekhawatiran malaikat tentang karakter merusak yang dimiliki manusia nyatanya terbukti. Sang Pencipta berulangkali menurunkan kitab petunjuk melalui manusia-manusia pilihan. Namun semuanya kembali berantakan dalam tempo singkat.
Apa yang salah dengan manusia? Bukankah ia adalah makhluk paling mulia? Jika dibandingkan dengan hewan, manusia jauh lebih pandai dan terampil. Volume otak yang besar serta struktur anatomi tubuh yang sempurna membuat manusia hampir dapat melakukan apapun yang bisa dilakukan oleh hewan. Walaupun tak punya sayap, toh pada akhirnya manusia mampu membuat pesawat terbang yang geraknya meniru kemampuan burung. Meskipun tak bersirip manusia dapat menyelami lautan dengan kapal selam. Manusia bahkan dapat menjelajahi angkasa, sesuatu yang belum pernah dilakukan hewan terhebat sekalipun.
Sayangnya, memang tak semua manusia mampu berperilaku sebagai manusia. Kodrat hewani dalam tubuh manusia membuatnya sering terjerumus dalam masalah. Namun, tanggungjawab terbesar tentunya berada pada para pemimpin dan penguasa. Merekalah yang memiliki kemampuan dan kapasitas untuk melakukan atau mencegah sesuatu. Rakyat berada pada posisi menerima dan melaksanakan saja.
No comments:
Post a Comment