Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negeri yang didirikan dan dipimpin langsung oleh para penulis. Bung Karno dan Hatta merupakan dua sosok penulis hebat di masanya. Diawali oleh tulisan-tulisan provokatif Tan Malaka, para cendekiawan nusantara saling sapa melalui tulisan-tulisan mereka dalam bentuk brosur dan buletin sederhana. Maklum, teknologi percetakan kala itu masih amat sangat sederhana. Hanya semangat dan impian untuk sebuah negara Indonesia merdekalah para penulis independen itu terus berusaha menulis dan menuangkan ide-ide kebangsaan mereka.
Di akar rumput, para pejuang kemerdekaan dilanda rasa haus luar biasa terhadap ide, gagasan serta semangat kebangsaan dari para pemikir dan konseptor negara. Tulisan-tulisan Tan Malaka, Sukarno, Hatta dan pendiri bangsa lain terus "meracuni" pikiran para pemuda pejuang, terutama di tanah Jawa yang relatif mudah dijangkau oleh jalur transportasi masa itu.
Kemerdekaan Indonesia bukanlah sebuah hal yang terjadi dalam semalam. Ia telah lebih dulu disemai dalam pikiran dan hati para pejuang kemerdekaan. Mereka harus sadar akan pentingnya kemerdekaan untuk mengubah nasib rakyat. Rakyat terjajah yang justru menjadi kuli di negeri mereka sendiri. Tulisan menjadi sarana efektif untuk memupuk semangat berjuang menuju mimpi kemerdekaan. Dan, semua itu mereka lakukan bukannya tanpa resiko. Penjara adalah pelengkap perjalanan para anak muda pemimpi dalam usahanya mendirikan sebuah negara Indonesia merdeka.
Penjara dan pengasingan mereka jalani tanpa sedikitpun rasa takut dan penyesalan. Nilai-nilai Pancasila bahkan meresap ke pikiran Bung Karno saat masih menjalani pengasingan di Ende. Meskipun falsafah nilai tersebut belum tersurat dalam susunan kata dan kalimat yang tegas.
Pancasila bukanlah konsep dangkal dan asal-asalan. Berawal dari pidato tanpa teks Bung Karno pada forum BPUPKI 1 Juni 1945, para pemikir dan konseptor negara akhirnya berhasil menyusun naskah final Pancasila. Dua bulan kemudian, 17 agustus 1945 ditakdirkan menjadi hari kemerdekaan bangsa ini. Proklamasi dibacakan dengan hikmat oleh dua orang penulis ulung, Sukarno - Hatta.
No comments:
Post a Comment