Setahun sudah bahtera itu berjalan, pulau tujuan masih jauh dan bahkan belum nampak. Sebagian rakyat sudah tak sabar, ingin mengusik Sang Nahkoda. Mereka lupa, posisi rakyat adalah untuk dipimpin. Di pihak lain, tugas pemimpin adalah untuk memastikan arah bahtera tak melenceng dari tujuan.
img. Presiden Joko Widodo |
Kegagalan seorang pemimpin bisa bersumber dari dua hal. Pertama dan paling sering terjadi adalah dari individu sang pemimpin. Ia tak mampu mempertahankan arah bahtera dari gangguan angin dan gelombang. Kedua, rakyat tak berhasil menjalankan perannya sebagai penumpang yang baik. Sebagian dari mereka tak memiliki cukup kesabaran untuk menanti hingga saat-saat berlabuhnya bahtera di pulau tujuan. Bahkan saat bahtera transit di sebuah pulau, mereka sudah memiliki alasan untuk menyalahkan Sang Nahkoda dengan mengatakan bahwa mereka telah tiba pada sebuah pulau yang salah. Mereka tak tahu pulau itu hanyalah tempat berhenti sementara. Mereka gagal menjadi rakyat. Rakyatlah yang gagal dipimpin.
Presiden diberi waktu lima tahun untuk mengarahkan bahtera ke pulau idaman. Rakyat perlu memiliki wawasan memadai tentang tujuan dan sejumlah etape yang akan dilalui bersama. Jika Sang Nahkoda berjalan sesuai arah dan tahapan itu maka tak ada alasan untuk menghentikan bahtera di tengah jalan. Setiap penumpang harus paham bahwa mengusik tugas Sang Nahkoda justru lebih berpotensi mengganggu arah perjalanan bahtera. Setiap warga negara wajib menaati aturan main dalam sistem ketatanegaraan kita.
Tak dapat dipungkiri, dalam setiap perjalanan akan selalu ada penumpang gelap. Mereka memiliki misi, agenda dan tujuan sendiri. Penumpang gelap tak punya hasrat untuk mengarahkan bahtera ke pulau idaman. Mereka telah menetapkan pulau tujuan berbeda dan tentu paling sesuai dengan hasrat mereka. Sang Nahkoda harus bisa dibujuk dengan segala cara agar mau membelokkan bahtera ke arah lain. Kalau perlu dengan cara kekerasan.
1 | 2
No comments:
Post a Comment