Jokowi dan Rakyatnya - 1
Sesuatu yang tidak mudah untuk mengidentifikasi para penumpang gelap. Mereka juga memiliki tiket perjalanan sehingga tak ada alasan untuk mengeluarkannya dari bahtera. Satu hal yang tak mereka miliki adalah nasionalisme. Kalaupun ada, nasionalisme mereka hanyalah sebatas perut dan selangkangan. Sesungguhnya mereka tak memiliki negara. Negara sebatas ungkapan tanpa makna. Mereka tak memiliki sejarah, yang ada sekedar nostalgia. Tak ada keharusan bagi mereka untuk menebus pengorbanan harta, darah, raga dan jiwa dari para pahlawan kemerdekaan. Penumpang gelap bergaul dengan leluasa di tengah-tengah kerumunan para penguasa. Hanya penguasa cerdas dan waspada yang mampu mengenali gerak-gerik mereka.
img. Bahtera di Lautan |
Jokowi atau siapapun presiden sebelum dan sesudahnya adalah sosok pemimpin yang dipilih oleh rakyat Indonesia. Namun sebagai sebuah negeri berTuhan, setiap pemimpin terpilih harus kita yakini juga sebagai anugerah Sang Pencipta untuk negeri ini. Mau tidak mau, suka tidak suka, apapun pemberian Sang Khalik haruslah kita syukuri dan menerimanya dengan lapang dada. Tak ada pemimpin yang mampu memuaskan semua kalangan.
Jika Sang Pencipta telah menetapkan seseorang untuk memimpin sebuah negeri, maka ia akan segera menjadi ujian bagi rakyat negeri itu. Apakah mereka ikhlas dan mampu mensyukuri apapun ketetapan Ilahi dalam kehidupan berbangsa mereka atau malah membangkang serta menolaknya. Saat mereka membangkang, jadilah mereka sebagai kaum yang kufur nikmat. Azab pedih bisa menjadi konsekwensi terhadap pembangkangan ini.
Jokowi dan rakyat Indonesia menjadi potret hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Sanggupkah mereka menjalankan peran masing-masing sesuai ketetapanNya. Sanggupkah Jokowi mengemban amanah sebagai seorang pemimpin? Di sisi lain, mampukah rakyat menempatkan diri mereka sebagai pribadi-pribadi yang patuh untuk dipimpin? Kegagalan bisa saja menghampiri keduanya. Sangat disayangkan jika ternyata rakyatlah yang gagal untuk dipimpin, sebab ia bisa berarti bahwa bangsa ini kufur nikmat. Menolak pemimpin pilihan Sang Pencipta bagi bangsa Indonesia. Mungkin kita bisa belajar dari kaum-kaum terdahulu, saat mereka mendustakan utusan Tuhan yang telah ditetapkan buat mereka.
*****
No comments:
Post a Comment