Bon-Bon menyusuri jalan utama di wilayah Ubud. Banyak toko cenderamata dan pernak-pernik khas Bali. Tak ketinggalan berbagai jenis lukisan bertema Bali terpampang indah menghiasi etalase toko. Juga terdapat beberapa kafe moderen bagi para turis mancanegara yang telah akrab dengan brand terkenal.
Bon-Bon memilih sebuah kafe sebagai sasaran riset pertamanya. Ia ingin mengetahui alasan turis-turis asing itu mengunjungi Ubud.
"Hi, excuse me. My name is Bond...!!" Bon-Bon menjulurkan tangannya pada tiga orang gadis berkulit putih. Mereka duduk semeja, satu kursi kosong nampak tak terpakai.
"Wow, James Bond..??!" Salah seorang dari mereka coba menerka, meniru kalimat anyar film hollywood. Bon-Bon tersenyum, trik ini memang tak pernah gagal. Kesan pertama akan selalu menentukan langkah selanjutnya.
"No... sorry. My name is Bon-Bond.." Ketiga gadis bule saling berpandangan, sedikit bingung, tersenyum geli dan akhirnya tertawa lepas. Sebuah respon alami setiap orang saat mendengar Bon-Bon mengenalkan nama.
"May I join you for a minute, girls? I need to ask you some questions" Bon-Bon berusaha merayu untuk memohon kesediaan waktu wawancara kilat pada mereka. Ketiganya kembali saling berpandang dengan senyum yang masih tersungging.
"Boleh, boleh.... ayo silakan duduk!" Bon-Bon terkejut. Salah seorang gadis ternyata sangat fasih berbahasa Indonesia.
"Ha ha ha... tak usah kaget, saya pernah bekerja di Kedubes Australi di Jakarta." Cheryl menanggapi keheranan Bon-Bon.
"Saya Cheryl..!!"
"..........??!!!"
Jam berhenti berdetak. Nama itu tak asing bagi Bon-Bon. Ingatannya segera melesat pada kucing kesayangan. Apakah Cheryl nekad menyusulnya ke Bali? Ah, pertanyaan tolol... mana mungkin..??
"Ini Judith dan Rosemary, kawan saya dari Canada." Ketiganya menyalami Bon-Bon, ia masih berdiri mematung. Hanya tangan saja yang masih mampu merespon perkenalan itu.
"Hey, is there something wrong with us?" Judith, gadis bertubuh sedikit kecil menegur Bon-Bon.
Angan-angan mengajak si kucing kesayangan dalam wujud manusia kembali mengusik khayalnya. Kini ia mulai sedikit tersenyum namun masih dengan tatapan kosong dan misterius.
Ketiga gadis bule kembali saling bertatapan, hanya saja kali ini dengan mimik penuh kebingungan. Untung saja Bon-Bon segera dapat kembali ke alam nyata.
"Oh.. eh.. I... oh, I'm sorry" Bon-Bon gelagapan dan berusaha mengendalikan situasi.
Bon-Bon kembali menyalami ketiganya. Celaka, ia tak menyimak dua nama yang lain.
"Hi, Cheryl.."
"Hi, ....." Bon-Bon menunggu Judith menyebutkan sendiri namanya.
"Judith..!!"
"Oh, eh.. Hi, Judith. Nice to meet you..!" Kini ia beralih ke Rosemary. Bon-Bon menunggunya menyebut nama. Rosemary nampak kesal. Cheryl dan Judith cekikikan.
"Rose...mary...!!" Mary menatap Bon-Bon dengan tajam, memastikan namanya terekam kuat diingatan Bon-Bon.
"Eh, oh.. Hi, Mary. Nice to meet you too..!" Mary mengingatkan Bon-Bon pada kegalakan Mamam.
Tak lama kemudian suasana kembali cair. Cekikikan dan derai tawa menghiasi ruangan kafe yang tak begitu luas. Bon-Bon segera memulai wawancara singkat dengan para gadis. Wawancara yang akhirnya baru selesai setelah dua jam. Bon-Bon mentraktir mereka sebagai ungkapan persahabatan dan terima kasih.
No comments:
Post a Comment