Jika derajat sosial manusia moderen berbanding lurus dengan kekayaan, yang akhirnya menjelma menjadi sebuah kebenaran sendiri, maka isi kitab suci mungkin tak perlu lagi dijadikan rujukan. Padahal Tuhan dikatakan akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu [QS 11:3], bukan yang berharta. Di sini terlihat kontradiksi antara selera Tuhan dan selera manusia moderen.
Manusia moderen meletakkan kemuliaan pada harta (Money). Mereka percaya bahwa harta adalah kemuliaan. Sementara Tuhan lebih senang untuk memuliakan hambaNya yang beriman dan berilmu (ilmu yang bermanfaat). Harta hanyalah bonus, bukan kemuliaan itu sendiri.
Akan sangat sulit dielakkan di kehidupan nyata bahwa harta adalah penunjang gengsi dan popularitas seseorang. Popularitas pun dianggap salah satu indikator kemuliaan. Kemuliaan dan puja-puji selalu menyertai orang-orang populer. Dalam budaya konsumerisme, popularitas menjadi andalan utama untuk mengangkat citra sebuah produk. Artinya, orang populer akan mudah mendatangkan uang dan juga berpotensi mengundang konsumen baru. Dalam iklim seperti inilah MRP akan tumbuh sehat dan subur.
Kapitalis mengandalkan uang untuk meraih respek/penghormatan dan kekuasaan. Kekuasaan adalah payung kemuliaan. Sesiapa yang loyal dan penurut (beriman pada uang) dialah pemenang yang berhak atas derajat kemuliaan. Tuhan tak punya tempat dalam dunia mereka. Keadilan dan Surga bisa dibeli..!! Benarkah??
Ketika kita menerima bahwa uang adalah kunci kemuliaan dalam diri manusia moderen, maka sampailah kita pada pertanyaan; Apakah uang itu sungguh-sungguh eksis/nyata? Andaikan ia nyata, lalu; Siapakah sebenarnya pengendali distribusi keuangan dunia?
Kita urai dulu misteri dari pertanyaan kedua. Siapakah pengendali keuangan dunia? Akan sangat sulit untuk menjawab. Perdebatannya bisa tak berujung. Namun indikator utama pihak ini tentu adalah; kekayaan dan kemakmuran sudah pasti berpusat pada Sang Pengendali uang itu sendiri. Kekayaan pastilah milik Sang Pengendali. Pesannya berbunyi, "Follow the money".
Pesan berbeda kita peroleh dari ajaran agama, "Follow the Prophet" atau "Follow the God". Perdebatan soal ini tentu akan berujung pada panutan tertinggi dalam agama masing-masing. Yang jelas, belum pernah terdengar sebuah agama mengajarkan "Follow the money" dalam prinsip-prinsip ajaran maupun kepercayaan mereka. Jika pun ada, maka seharusnya tindakan pertama Tuhan setelah menurunkan Adam dan Hawa ke permukaan bumi adalah: Membukakan rekening bank untuk mereka berdua.
Apakah ada..??!! Nyatanya belum ada satupun bukti sejarah jika Adam dan Hawa pernah memiliki rekening bank. Ada..?? Ya, ialah... Kalau pemilik rekening yang bernama Adam atau Hawa sih mungkin saja ada. Tapi bukan Adam dan Hawa dari surga, ya kan..?!
Kembali pada misteri pertama; Apakah uang itu eksis/nyata?
Uang dan emas adalah alat tukar yang lumrah digunakan oleh manusia. Namun eksistensi emas jauh lebih tua dan juga jauh lebih kekal dibanding uang (koin maupun kertas). Manusia moderen sepakat menggunakan uang sebagai alat tukar. Mobilitas dan daya jelajah uang memang luar biasa. Perkembangan terakhir, uang kini bertransformasi dalam bentuk digital.
Berpedoman pada hukum fisika bahwa; "Energi adalah kekal. Ia tak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Ia hanya akan berubah bentuk," pertanyaan mulai muncul. Pertama; Apakah uang adalah perwujudan sebuah energi? Kedua; Bagaimana mengukurnya? Ketiga; Konsistensinya seperti apa? Keempat: Daya tahannya sejauh mana?
No comments:
Post a Comment