Pada umumnya solusi dan masalah tak datang bersamaan. Masalahlah yang biasanya lebih dulu muncul. Namun bagi golongan manusia-manusia cerdas, menemukan solusi justru wajib didahulukan. Kok gitu? Ya, sebab bagi mereka masalah bisa diciptakan.
Logika ini bersumber dari faham industri tentang supply and demand. Secara alami kebutuhan manusia akan menuntut pemuasan berupa benda atau sarana pemuas. Lapar dan haus adalah kebutuhan primer, industri menawarkan/memaksakan solusi lewat produk-produk kuliner berskala besar. Dalam perkembangannya industri kuliner menemukan bahwa produk mereka adalah (harus menjadi) satu-satunya solusi bagi masalah lapar dan haus itu.
img. Problem dan Solusi |
Mereka kini telah memiliki solusi, brand merekalah solusinya. Nah, sekarang tinggal menciptakan masalah. Masalah yang dimaksud adalah kebutuhan atau ketergantungan pada produk-produk industri. Di tahap inilah iklan memegang peranan sangat penting.
Iklan memanipulasi otak manusia untuk (seakan-akan) menemukan solusi bagi setiap masalah. Manusia seperti ini dikenal dengan sebutan konsumen. Konsumen adalah pasar bagi para produsen. Logikanya menjadi; produsen adalah solusi bagi masalah para konsumen.
Solusi dan masalah menemukan bentuk relasi barunya. Sebab solusilah kini yang membutuhkan masalah. Solusi berupa berbagai produk industri bertebaran di sekeliling kita dan seakan berkata, "Anda bermasalah dan kamilah solusinya."
Fenomena ini sejatinya tak menjadi masalah apabila konsumen tetap arif dan bijaksana dalam mengkonsumsi sesuatu. Namun kenyataan seringkali berkata lain. Kaum Sophiholic membelanjakan banyak uang untuk hal-hal yang seakan-akan menjadi kebutuhan. Mereka tak lagi mampu membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
Belanja dan transaksi dalam berbagai bentuk dan kemudahan seakan menjadi ritual tersendiri. Sistem poin dan iming-iming hadiah membuat berbelanja menjadi sebuah kenikmatan tersendiri. Berbelanja bukan lagi proses pemenuhan kebutuhan, namun telah bertransformasi menjadi ritual manusia moderen untuk melarikan diri dari masalah.
Berbelanja adalah solusi segala masalah, yaitu masalah kehilangan IDENTITAS sebagai manusia produktif.
Masalah butuh solusi atau solusi yang mencipta masalah? Mungkin ini yang disebut Menyelesaikan Masalah tanpa Solusi..!!
*****
No comments:
Post a Comment