Gambar dan aksara adalah medium tertua komunikasi umat manusia setelah gerak dan suara. Aksara sendiri adalah penyederhanaan dari sebuah gambar. Aksara adalah unit kodifikasi terkecil yang mampu beradaptasi dan sekaligus menjadi ciri kebudayaan lokal di setiap tempat dan zaman. Aksara pulalah yang mencatat serta membentuk sejarah manusia.
Dibanding aksara, gambar lebih mudah menjangkau audiens dari budaya berbeda. Gambar jauh lebih universal. Gambar secara langsung bersentuhan dengan respon otak terhadap berbagai hal. Sebuah gambar apel berwarna merah amat mudah dipahami otak manusia dari beragam latar belakang dan budaya. Sedangkan aksara bertuliskan "apel merah" memerlukan translasi agar dapat dimengerti orang-orang dari tempat dan budaya berbeda.
Gambar dan aksara memerlukan perangkat atau indra khusus untuk dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi. Keduanya memerlukan mata sebagai indra pengelihatan manusia. Gambar dan aksara hanya mampu berfungsi efektif melalui mata kita. Nyatanya, mata adalah pemasok informasi dominan bagi otak homo sapiens. Itulah sebabnya pikiran manusia amat mudah dibentuk oleh segala sesuatu yang terlihat oleh mata. Mata dan pikiran menjadi dua karib terbaik di berbagai kebudayaan dunia.
Hal berbeda dihasilkan oleh suara. Suara memerlukan telinga sebagai perangkat komunikasi. Sementara antar sesama manusia mulut menjadi sarana untuk menghasilkan suara. Sebelum gawai perekam suara ditemukan maka hanya gambar dan aksaralah yang menjadi medium sejarah umat manusia. Sejarah pada awalnya bahkan hanya tercatat dalam bentuk teks dan aksara kemudian menyebar dengan cepat ke berbagai bahasa dan kebudayaan.
Meskipun gambar dan relief di berbagai situs arkeologi telah lama diciptakan, kesederhanaan serta kemudahan mobilisasi informasi dalam bentuk aksara menjadi pilihan terbaik dan utama medium sejarah di masa lalu. Sementara dalam era teknologi informasi saat ini, kecenderungan untuk meggunakan medium suara dan gambar untuk mencatat dan menyebarkan informasi kembali menjadi trend. Hal ini disebabkan oleh tingkat mobilitas data digital non kertas jauh lebih tinggi bahkan jika dibandingkan dengan aksara dalam kertas cetakan. Sebuah surat dalam media kertas tak akan seringan dan semudah mengirim gambar dalam bentuk digital. Meskipun demikian, aksara digital tetap saja masih lebih ringan daripada gambar digital tadi.
Teknologi Informasi memanjakan mata siapa saja. Berbagai informasi menyebar dan menyasar setiap kalangan, tak membedakan usia, jenis kelamin, budaya maupun agama. Filter menjadi sangat penting agar mata hanya melihat hal-hal positif dan bermanfaat. Sebab jika tidak, tanpa disadari mata akan menjadi pintu masuk bagi sampah pengganggu dan perusak pikiran kita. Provokasi dan hasutan dapat menyebar dengan cepat di kalangan masyarakat. Menjaga mata kini juga bisa berarti menjaga pikiran.
No comments:
Post a Comment