Saat ini kita membutuhkan manusia-manusia politik. Menurut Budiman Sudjatmiko manusia politik adalah orang yang mencintai dan mereproduksi ide, punya empati yang besar terhadap rakyat jelata, punya tradisi berorganisasi, dan punya hasrat berkuasa. Sementara politisi, hanya punya hasrat berkuasa tanpa dibarengi oleh reproduksi ide dan empati kepada rakyat. Kita butuh manusia politik sebagai aktor politik, bukan sekedar politisi yang berprofesi sebagai politikus (segerombolan tikus).
Kembali pada pernyataan bahwa tak ada kawan dan lawan abadi dalam dunia politik, yang ada hanyalah kepentingan abadi; kepentingan abadi, mari kita fokus pada kedua kata ini. Jika kepentingan abadi itu adalah usaha untuk mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, apakah pameo tadi masih akan terasa negatif dan pesimistik?? Apakah jika para aktor politik memiliki kepentingan bersama untuk merealisasikan cita-cita kemerdekaan, pameo tersebut tak lagi bisa berlaku? Apakah pameo tersebut tak bisa kita gunakan untuk hal-hal positif dan optimistik?
Bukankah jika ada perbedaan cara dan strategi dalam merealisasikan cita-cita para pendiri negeri, tak harus menempatkan kita sebagai lawan atau musuh bagi yang lain? Bukankah tak ada lawan abadi? Tak ada pula kawan abadi? Yang ada hanyalah kepentingan abadi untuk secepat-cepatnya mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal terpenting untuk terus dipertanyakan bukanlah siapa yang akan menjadi kawan atau lawan kita esok hari, tapi apakah kiranya yang menjadi kepentingan abadi kita saat ini. Jika kepentingan abadi kita adalah sama, maka siapapun kawan dan lawan anda saat ini atau esok hari tentu bukan lagi menjadi sebuah masalah.
No comments:
Post a Comment