Blogger Tricks

Monday, December 2, 2024

TRANSFORMASI MERAH PUTIH 4

Baca dari awal...

URGENSI BENDERA BARU

Dari perbandingan dengan dua negara di belahan bumi berbeda, terlihat jelas bahwa Merah Putih terlalu sederhana untuk mengakomodasi eksistensi elemen-elemen pembentuk NKRI yang multi etnis dan terdiri dari beberapa kerajaan besar sebelumnya. Kita perlu menggali lebih dalam beberapa alternatif kombinasi unsur-unsur grafis dari kekayaan budaya Nusantara. Tentu dengan syarat, terdapat beberapa penyederhanaan bentuk agar lebih mudah terserap dalam ingatan banyak orang.

Hal lain perlunya segera memiliki desain bendera baru adalah adanya kemiripan dengan bendera negara lain. Polandia memiliki bendera persis kebalikan bendera Indonesia, Putih dan Merah. Sedangkan dengan Monako sangat mirip, Merah-Putih, namun memiliki proporsi sedikit lebih pendek.

Di sini sangat mudah terlihat bahwa baik Polandia maupun Monako memiliki struktur sosial sederhana dan relatif homogen, sehingga dwiwarna telah cukup mewadahi simbol-simbol dan karakter masyarakatnya. Sedangkan keragaman Nusantara sudah tentu belum cukup terwakili hanya dengan kombinasi dwiwarna tersebut. Kita dapat menengok kembali bagaimana proses terciptanya format bendera Amerika Serikat dan United Kingdom yang begitu lugas menggambarkan serta mengakomodasi unsur-unsur pembentuk negara.

Format dwiwarna juga sangat mudah ditafsirkan sebagai visi Jawa sentris yang sangat kental di tengah upaya negara untuk memajukan visi Indonesia sentris. Terlihat dengan perpindahan Ibu Kota ke Kalimantan Timur dan sebutan baru sebagai Ibu Kota Nusantara. Tentu semangat tersebut tak akan lengkap tanpa adanya penyesuaian format bendera negara yang saat ini cenderung terasa masih memiliki aura Jawa sentris.

Wacana format bendera baru ini memang sensitif, mengingat romantisme masa perjuangan merebut kemerdekaan masih melekat erat di benak masyarakat. Namun seperti kata Bung Karno, “Perjuanganku lebih mudah karena hanya melawan penjajah. Perjuangan kalian akan lebih sulit karena akan melawan bangsamu sendiri”, maka urgensi format bendera baru bagi NKRI menjadi sangat realistis. Kita butuh panji kebangsaan yang “up to date” dan sesuai tantangan zaman saat ini.

Setelah berjalan beberapa generasi maka romantisme perjuangan merebut kemerdekaan perlahan akan memudar. Nasionalisme generasi penerus mudah terkikis arus globalisasi yang begitu masif. Format bendera baru diharapkan mampu memberi gairah dan semangat nasionalisme lebih tinggi mengingat tantangan ke depan akan lebih berat serta memerlukan daya juang terbaik yang ditopang semangat persatuan antar beragam elemen-elemen kebangsaan.

Wacana ini telah penulis ungkapkan sejak 2019 melalui platform twitter (X) lewat akun @djasMpu. Dan Alhamdulillah sepi respon. Ya, wacana ini memang terlalu sensitif dan nampak sangat tidak urgen. Bisa dianggap mengkhianati nilai-nilai perjuangan para Pahlawan Kemerdekaan. Namun realitas saat ini mendorong penulis untuk kembali mengungkit wacana tersebut demi berbagai upaya mengejar mimpi para bapak bangsa menuju masyarakat adil dan makmur bernafaskan sila kelima Pancasila, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Sekali lagi penulis tekankan bahwa tantangan terberat setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945 adalah potensi perpecahan antar anak bangsa setelah kita tak lagi memiliki figur perekat persatuan sekaliber dwitunggal Bung Karno-Hatta. Ditambah pula pengaruh politik uang serta politisasi agama dalam setiap kontestasi Pilpres, Pilleg dan Pilkada membuat suhu politik akan sangat rawan memicu konflik horisontal (chaos) di tengah masyarakat.

Sebuah panji baru pemersatu setelah panji kemerdekaan 1945 menjadi sangat realistis untuk segera diwujudkan sehingga kita tak perlu lagi menghabiskan banyak waktu dan tenaga mengatasi berbagai konflik “by design” baik dari dalam maupun luar negeri.

Persatuan haruslah menjadi harga mati dan tak bisa ditawar lagi. Kemajuan teknologi informasi saat ini pun seharusnya mampu memicu percepatan upaya-upaya mencapai masyarakat adil makmur, bukan malah menjadi sumber perpecahan melalui disinfomasi dan agitasi di berbagai platform media sosial.

Semoga para pemimpin yang mendapatkan amanah menjalankan pemerintahan periode 2024-2029 dan periode setelahnya tetap fokus pada cita-cita proklamasi, mewujudkan masyarakat adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia.

bersambung...

No comments:

Post a Comment